Adab Berteman dan Bersahabat

Abdul Majid Muhammad Ahmad

Segala puji hanya bagi Allah -Subhanahu wa ta’ala-, shalawat dan salam mudah-mudahan tetap tercurah kepada seorang Nabi yang tidak ada Nabi sesudahnya, yaitu Nabi kita Muhammad -Shalallahu alaihi wa salam-, juga kepada keluarga dan para sahabat beliau, serta pengikut setianya hingga hari kiamat.

Amma ba’du:

Sesungguhnya persahabatan memiliki adab-adab yang sedikit sekali orang yang menjaganya. Oleh karena itulah banyak kita dapati rasa cinta berubah menjadi permusuhan, persahabatan berubah menjadi kebencian dan dendam. Seandainya dari dua orang yang bersahabat masing-masing memegang teguh adab-adab persahabatan, tentunya tidak akan terjadi perpecahan di antara mereka, dan setanpun tidak akan mendapatkan jalan untuk memecah belah keduanya.

Di antara adab persahabatan yang wajib dijaga adalah:

  1. Hendaknya persahabatan itu terjadi karena Allah -Subhanahu wa ta’ala-.

  2. Seorang sahabat hendaknya memiliki akhlak dan konsisten dengan agamanya. Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- telah bersabda:

اَلْمَرْءُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ

“Seseorang itu berada di atas agama sahabatnya, maka hendaknya salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang menjadi sahabatnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani)

  1. Seorang sahabat hendaknya memiliki akal yang bagus.

  2. Seorang sahabat adalah orang yang adil, bukan fasiq, orang yang mengikuti sunnah dan bukan orang yang mengikuti bid’ah.

  3. Menutup aib sahabatnya dan tidak menyebarkannya.

  4. Menasehatinya dengan lemah lembut serta penuh kasih sayang, dan tidak berkata-kata kasar kepadanya.

  5. Sabar dalam memberikan nasihat, dan tidak putus asa dalam memperbaikinya.

  6. Sabar atas gangguan sahabatnya.

  7. Hendaknya menjadi penolong bagi sahabat dalam keadaan apapun.

  8. Menziarahinya karena Allah -Subhanahu wa ta’ala-, bukan karena mashlahat duniawi.

  9. Menanyakannya jika dia tidak ada, dan mencari keluarganya jika safar.

  10. Menjenguknya jika dia sakit, mengucapkan salam jika bertemu, memenuhi undangannya jika dia mengundang, menasehatinya jika dia meminta nasihat, mengucapkan yarhamukallah jika dia bersin, dan mengikuti jenazahnya jika dia mati.

  11. Menyebarkan kebaikannya, dan menyebutkan keutamaannya.

  12. Menyukai kebaikan baginya, sebagaimana ia suka kebaikan untuk dirinya sendiri.

  13. Mengajari perkara agama yang tidak ia diketahui, serta memberi petunjuk kepada sesuatu yang di dalamnya terdapat maslahat agama dan dunia.

  14. Membelanya serta menolak ghibah jika dia dibicarakan pada sebuah majelis.

  15. Menolongnya, baik dalam keadaan berbuat zalim maupun terzalimi. Menolong dalam keadaan zalim artinya mencegahnya dari kezaliman, serta melarang berbuat zalim.

  16. Tidak bakhil kepadanya jika dia membutuhkan pertolongan. Sahabat sejati adalah sahabat ketika dalam keadaan sulit.

  17. Memenuhi kebutuhannya, bersegera dalam memenuhi apa yang maslahat baginya, dan ridha dengan sedikit kebaikannya.

  18. Lebih mengutamakannya atas dirinya sendiri, dan mendahulukannya daripada orang lain.

  19. Menyertai dalam kebahagiaannya, dan menolong dalam kesedihannya.

  20. Memperbanyak do’a baginya tanpa sepengetahuannya.

  21. Berbuat adil kepadanya saat terjadi perselisihan.

  22. Tidak melupakan kasih sayangnya, karena orang yang merdeka adalah orang yang menjaga kasih sayang walaupun sekejap.

  23. Tidak memperbanyak caci-maki terhadapnya.

  24. Berusaha memberikan udzur kepadanya dan tidak memaksanya untuk meminta udzur (maaf).

  25. Menerima udzurnya jika dia minta udzur.

  26. Menyambutnya dengan baik saat ia berkunjung, menebarkan senyum di hadapannya, serta memuliakannya dengan segenap pemuliaan.

  27. Memberinya hadiah, dan tidak melupakan kebaikan-kebaikannya.

  28. Melupakan kesalahannya.

  29. Tidak mengharap balasan (kebaikan)nya.

  30. Memberitahukan kecintaannya kepadanya. Sebagaimana sabda Nabi -Shalallahu alaihi wa salam-:

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ

“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudanya, maka hendaklah ia memberitahukan bahwa dia mencintainya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani)

  1. Tidak mencela (menghina)nya dengan sebuah dosa yang ia lakukan, dan tidak pula dengan kejahatan yang ia lakukan (melainkan menasehatinya).

  2. Bersikap tawadhu` kepadanya dan tidak sombong. Allah -Subhanahu wa ta’ala- berfirman: وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. As-Syu’ara`: 215)

  1. Tidak banyak berdebat, dan jangan sampai hal ini dijadikan jalan untuk memboikot atau memusuhinya.

  2. Tidak berburuk sangka kepadanya. Rasulullah bersabda:

“Berhati-hatilah kalian dari persangkaan, karena persangkaan itu adalah sedusta-dusta ucapan.” (HR. Muslim)

  1. Tidak membuka rahasianya, tidak mengingkari janji bersamanya, dan tidak mengikuti keinginan musuh dalam urusannya.

  2. Bersegera mengucapkan selamat dan memberikan kabar gembira saat ia mendapat kebaikan.

  3. Tidak meremehkan sesuatu dari kebaikannya sekecil apapun.

  4. Selalu menyemangatinya untuk meraih kemajuan dan kesuksesan.

Di terjemah Oleh Ust. Muhammad Syahri dari http://hibapress.com/details-22218.html

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *