Alhamdulillah, ahad 29 Nop 2015, telah digelar tabligh akbar yang berubah menjadi Kajian dan Diskusi berjudul : Syiah Ancaman bagi NKRI, hasil kerjasama antara Aswaja Center PCNU dan teman-teman Yayasan Subulussalam Probolinggo dan Masjid Agung Probolinggo.
Acara dihadiri oleh para tokoh agama Probolinggo dan diikuti oleh takmir masjid, dan masyarakat Probolinggo.
Sebagai nara sumber:
- KH. Abu Hamzah al-Sanuwi pengasuh Pesantren Tinggi al-Aimmah Malang
- Ahmad Qusyaeri PP Sidogiri Pasuruan
- Ahyat Ahmad PP Sidogiri Pasuruan
- Dr. Ainu Rofiq, SH, MAg. PC NU Jombang, dosen Ushuluddin UINSA fak Ushuluddin
Acara dimulai dengan sambutan2, yaitu oleh Ketua PCNU Kota Probolinggo, Direktur Aswaja Center Kota Probolinggo, Walikota Probolinggo (diwakili).
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh Kyai Muhtarom.
Pembicara pertama Ustadz Abu Hamzah (masing-masing 15 menit)
Beliau memaparkan:
- Macam-macam syiah, khususnya syiah di Indonesia yaitu Rafidhah Imamiyyah yang meyakini Ali diatas para Nabi dan Rasul, ma’shum, diangkat oleh Allah, dan para sahabat Kafif.
- Syiah Rafidhah adalah sesat, lalu Ustadz Abu Hamzah menjelaskan kata sesat di dalam al-Quran yaitu merujuk kepada 4 unsur: syirik, kufur, nifaq dan bid’ah besar atau ahwa`.
- Bahaya syiah bagi NKRI karena 1) ideologinya yang takfiri, 2) agenda politiknya yang agresif dan ekpansionis, 3) fakta di luar negri, syiah adalah biang kerusakan, pengkhianatan dan pemberontakan, 4) fakta di Indonesia yang sudah konflik berkali-kali
Setelah selesai dilanjutkan oleh pemateri kedua yaitu ustadz Ahmad Qusyairi yang fokus membahas aqidah tahrif al-Qur`an menurut Syiah
Lalu ustadz Ahyat membahas tentang “Syiah buatan yahudi”, beliau fiokus menyoroti sepak terjang Abdullah ibn Saba` al-Yahudi.
Dilanjutkan oleh Doktor dari jombang dosen ushuluddin UIN Sunan Ampel Surabaya. Dia menyiapkan materinya dengan judul “Bahaya gerakan Islam Transnasional”, yang dia lihat dari dua sisi: ideologis dan kebangsaan.
Dia menyimpang dari topic pembahasan, karena bergeser dari ancaman terhadap NKRI menjadi ancaman bagi “kelompoknya”, hingga dia mendoktrin – semua mukhalif (yang berseberangan dengan dirinya) adalah musuh. Tanpa membedakan antara ikhtilaf dan iftiraq.
Dia ingin menggiring jamaah untuk memusuhi Wahhabi.
Kemudian dia membela syiah dengan cara membantah ustadz Ahmad Qusyaeri yang telah menerangkan aqidah tahrif al-qur`an bagi Syiah. Dia menolak itu, dengan alasan:
a) mushhaf di tangan orang syiah sekarang sama dengan mushhaf kita.
B) al-quran sudah dijamin asli oleh Allah, kalau kita mengatakan syiah punya al-quran sendiri berarti kita yang melanggar
c) dalam ahlussunnah sendiri banyak riwayat menunjukkan adanya tahrif!!
d) dan dia mengutip habi Riziq bahwa dalam Bukhari ada para perawi Syiah, kalau kita menolak syiah berarti menolak shahih Bukhari
e) syiah itu sudah lama di Indonesia tidak masalah, hanya yang perlu diteliti syiah lulusan Qum
Setalah mengisi materi dengan kacau dan mengaku tidak ahli tentang syiah ini, dia lalu pergi (sebelum pergi dia mengucapkan satu kalimat kepada ustadz Abu hamzah tetapi ustadz abu hamzah tidak mendengar dengan jelas, tapi faham mau pindah ke belakang, ternyata keluar ruangan).
Setelah sesi Tanya jawab dibuka dan moderator mempersilahkan maka ustadz abu Hamzah menjawab.
- Ustadz abu hamzah menyayangkan, Doktor ainu Rofiq yang mengaku tidak ahli tentang Syiah ternyata bicara tentang syiah, membela syiah, lalu keluar. Seharusnya dia mendengar karena banyak informasi yang seharusnya dia dengarkan.
-
Tahrif al-Qur`an, itu bukan berarti ada mushhaf tandingan yaitu Syiah mempunyai mushhaf tersendiri, bukan begitu. Tetapi orang syiah meyakini bahwa mushhaf usmani ini muharraf sudah diubah-ubah oleh para sahabat. Lalu ustadz menerangkan dengan bukti-bukti
- Ustadz abu hamzah menambah informasi bagi yang mau mengkritik Wahhabi agar memperhatikan hal-hal berikut:
a) KH Hasyim Asy’ari membedakan antara Syiah dan Wahhabi, kalau Syiah beliau tegas menolak secara totalitas bahkan menyebutnya sampai ada yang tingkat kafir dan zindiq. Juga tidak boleh saling menikahkan, bermajlis, shalat berjamaah, tidak boleh menjenguk yg sakit dan mengantar jenazahnya. Sementara terhadap Ibn Taimiyah, murid-muridnya dan Muhammad ibn Abdul Wahhab, hanya menyebut beberapa masalah “bid’ah” khususnya bid’ah menziarahi kuburan Rasulullah –Shalallahu alaihi wa salam-. lalu kata ustadz abu hamzah; itupun bisa didebat sebab mereka membedakan antara ziyarah dan safar. Kalau safar dilarang, tapi kalau ziarah sunnah. Kemudian sebelum Ibnu Taimiyah juga banyak ulama yang mengharamkan safar (Syaddur rihal) ke kuburan, jadi bukan bid’ah ibn Taimiyah.
B) prof Dr Ali Mushthafa Ya’qub menulis buku titik temu NU-Wahhabi dalam Ushuluddin tidak ada khilaf.
C) Sayyid Muhammad Al-Maliki memuji Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai Imam ahli Tauhid dan dakwahnya benar sehingga tersebar.
D) mengkritik wahabi boleh-boleh saja asal sumbernya valid dan tidak salah terjemah yang akhirnya jadi menfitnah, seperti Idahram yang bicara lantang katanya Syaikh Muhammad ibn Abdul wahhab memerintahkan untuk memalsu kitab-kitab lawan, eh ternyata dia salah menerjemah ucapan Syaikh. Fatal!
Lalu jawaban dilanjutkan oleh Ustad Ahmad soal tahrif al-quran.
Lalu dilanjutkan oleh ustadz Ahyat soal perawi syiah di dalam shahih Bukhari.
Kemudian dilanjutkan oleh penanya terakhir yang ditujukan kepada Ustadz abu hamzah tentang ancaman Syiah terhadap NKRI.
Ustadz sangat menekankan bahwa SYIAH adalah ancaman besar terghadap agama, keluarga, social dan NKRI, bahkan menurut peneliatian ustadz Abu Hamzah Syiah sudah mempengaruhi kurikulum pendidikan agama Islam di Indonesia sejak tahun 2006!
Lalu adzanpun berkumandang, dan acara ditutup dengan pembagian hadiah buku dari ustadz Abu Hamzah kepada para narasumber, takmir masjid, ketua PCNU dan ketua Aswaja Center.
Alhamdulillah.
- Baca link berikut:
http://old.gensyiah.com/?s=idahram
atau
http://old.gensyiah.com/?s=serial+aurat
- http://www.gensyiah.com/mengkafirkan-syiah-berarti-menyerang-dan-menghancurkan-ahlussunnah-masukan-untuk-habib-rizieq-bag-3.html
Alhamdulillah…!
Semua komponen ahlussunnah harus bersatu memang. Lupakan perbedaan-perbedaan masalah furu’ yang tiada habisnya itu. Kalau masing-masing masih ngotot dengan hujjahnya dalam masalah furu’ tersebut, dan tidak mengedapankan toleransinya, maka di sinilah titik-titik rawan yang mudah untuk diadu domba.
Ayu, bangun persatuan, hadapi bahaya besar yang sedang mengancam, yaitu Syiah dan Liberalisme.