Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup

Oleh: M. Mujib Ansor, SH.

Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jum’at rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan iman dan takwa kepada Allah dengan sebenarnya. Selanjutnya mari kita semakin mendekat dan memperhatikan al-Qur’an: kita baca, kita pahami dan renungkan maknanya, serta kita taati dan amalkan kandungannya, karena ia pedoman hidup kita.

Berdasarkan Surat Al-Baqarah, al-Qur’an berfungsi sebagai “petunjuk bagi manusia” (لِلنَّاسِ هُدًى) (ayat 185) atau “petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ) (ayat 2).

Petunjuk bagi manusia maksudnya kitab suci ini diarahkan bagi seluruh manusia termasuk di antaranya adalah orang-orang kafir, atau juga kepada para ahli kitab, yaitu umat Yahudi dan Nasrani.1 Sementara menjadi petunjuk bagi orang yang bertakwa, karena hanya merekalah yang akan efektif menggunakan hidayah al-Qur’an dalam kehidupan mereka.2

Ibnu Katsir menjelaskan, “Yang dimaksud “al-huda” (petunjuk) adalah keimanan yang tertanam di dalam hati. Dan tiada yang dapat meletakkannya di dalam hati manusia kecuali Allah swt… Selain itu, hudan dimaksudkan juga sebagai penjelasan mengenai kebenaran, pemberian dalil terhadapnya, serta bimbingan menuju kepadanya.”3

Kemudian ketika menafsiri Surat Al-Baqarah ayat 185 beliau berkomentar, “Yang demikian itu merupakan pujian bagi al-Qur’an yang diturunkan sebagai petunjuk bagi hati para hamba-Nya yang beriman, membenarkan dan mengikutinya. [وَبَيِّنَاتٍ]Dan penjelasan-penjelasan”. Yaitu sebagai dalil dan hujjah yang nyata dan jelas bagi orang yang memahami dan memperhatikannya. Hal ini menunjukkan kebenaran ajaran yang dibawanya, berupa petunjuk yang menentang kesesatan, dan bimbingan yang melawan penyimpangan, serta pembeda antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram.4

  • Dalam QS. Al-Isra’: 9 Allah Subhanahu wa ta’ala- berfirman:


    إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sebagai huda/petunjuk, maka tidak bisa tidak, al-Qur’an harus dibaca dan dikaji oleh umat Islam. Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap muslim, direnungkan dan dipahami maknanya, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.

Berkaitan dengan hal ini, para ulama telah memberikan tuntunan kepada kita tentang sikap kita terhadap al-Qur’an. Apa yang harus kita lakukan?!

Pertama: Membacanya

Kewajiban dasar terhadap al-Qur’an bagi setiap muslim adalah membacanya. Membaca adalah ibadah utama. Banyak hadits yang menjelaskan hal ini. Apalagi di bulan Ramadhan. Setiap muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya sangat ditekankan untuk memperbanyak membaca al-Qur’an, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Karena al-Qur’an adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia, dengan syari’at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Rasulullah bersabda:

إِقْرَاُوْ الْقُرْاَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ

Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim, dari Abu Umamah )

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا, لَااَقُوْلُ الم حَرْفٌ, بَلْ اَلِفٌ حَرْفٌ, وَلَامٌ حَرْفٌ, وَمِيْمٌ حَرْفٌ

Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. at-Turmudzi, dan ia mengatakan hadits hasan shahih)

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)

Kedua: Memahami dan menghayati ayat-ayatnya

Allah befirman:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an?” (QS. An-Nisa’: 82)

Amru bin Murrah berkata, “Aku tidak suka kalau melewati sebuah perumpamaan (matsal) dalam al-Qur’an lalu aku tidak dapat memahaminya. Karena Allah berfirman:

وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَآ إِلَّا ٱلْعَٰلِمُونَ

Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut: 43)5

  • Ibnu Umar jika membaca QS. Al-Hadid ayat 16, maka ia menangis hingga tangisan menguasainya (sejadi-jadinya, pen.).6

  • Ibnul Qoyyim berkata, “Apabila Anda ingin mengambil pelajaran dari al-Qur’an, maka hendaklah Anda memusatkan hati dan pikiran Anda pada saat membaca dan mendengarkannya, dan pasanglah pendengaran Anda dengan baik. Allah berfirman:

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau menggunakan pendengarannya, sedangkan ia menyaksikan.” (QS. Qaf: 37)

Lanjut Ibnul Qoyyim, “Tidak ada sesuatu yang lebih berguna bagi hati daripada membaca al-Qur’an dengan pemahaman dan penghayatan.”7

Ketiga: Mengamalkannya

Inilah maksud diturunkannya al-Qur’an, yaitu untuk diikuti petunjuknya, ditaati perintahnya, ditegakkan hukumnya, dan diamalkan dalam perbuatan nyata. Allah berfirman:


وَٱتَّبِعُوٓا۟ أَحْسَنَ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ ٱلْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar: 55)

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu mengikuti pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran darinya.” (QS. Al-A’raf: 3)

Ini adalah dalil tentang wajibnya mengikuti al-Qur’an serta mengamalkannya, mengalahkan yang lain. Tidak seperti paham kebatinan maupun liberal, yang menakwilkan al-Qur’an (menyelewengkan makna dari yang sebenarnya) karena mengikuti hawa nafsunya.

Keempat: Sabar dalam mengamalkan kandungannya

Seperti menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangannya, melaksanakan kewajiban jasad dan harta, menundukkan nafsu agar tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Semua itu tidak akan terwujud kecuali jika disertai kesabaran dan mujahadah (bersungguh-sungguh) –tentu saja setelah mendapat taufik dari Allah – serta selalu membayangkan lezatnya balasan kesabaran tersebut yang akan ia peroleh. Allah berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)8

Imam Ahmad bin Hambal menegaskan, “Kata sabar di dalam al-Qur’an disebutkan di tujuh puluh tempat. Menurut ijma’ ulama’, sabar itu wajib, dan merupakan separoh dari iman. Karena iman itu mempunyai dua bagian, sebagian adalah sabar dan sebagian lagi adalah syukur. Kesyukuran disebutkan enam belas kali dalam al-Qur’an.”9

Kelima: Berdakwah untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan

Yaitu berdakwah untuk memberlakukan hukum-hukum al-Qur’an di dalam seluruh bidang kehidupan, mengamalkan ajarannya dan berperilaku/berakhlak dengan akhlak al-Qur’an. Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)

Rasulullah bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخارى)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Hadirin, jamaah rahimakumullah,

Demikianlah, sikap kita yang benar kepada al-Qur’an, kitab suci umat Islam, yaitu: membacanya, memahami dan menghayati ayat-ayatnya, mengamalkan ajarannya, sabar dalam mengamalkannya, dan mendakwahkannya untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan. Semoga Allah swt memberi taufik kepada kita agar kita bisa memahami dan mengikuti petunjuk al-Qur’an serta mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Khutbah Kedua

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya, tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat, dengan firman-Nya:

فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

“Maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123)

Dan Allah mengancam orang yang berpaling dari al-Qur’an:

مَّنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُۥ يَحْمِلُ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وِزْرًا

“Barangsiapa berpaling dari al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100)

Dengan demikian, maka marilah kita semua beriltizam untuk menjadikan al-Qur’an benar-benar sebagai petunjuk dan pedoman hidup kita. Semoga Allah membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus, jalan yang diridhai-Nya, dunia dan akhiar. Amin. [*]

Sumber Rujukan:

  1. Al-Hafizh Imaduddin Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Azhim, Juz 1, Bairut: Darul Jiil, tt.

  2. Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Aal asy-Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, terj. Abdul Ghaffar, Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2001.

  3. Muhammad al-Khalaf, Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup, terj. Musthafa ‘Aini, Lc., Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 1422/2002.

  4. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarijus Salikin Pendakian Menuju Allah, terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet. V, 2003.

  5. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur’an, PT Qaf Media Kreative, 2017.

1 Lihat Keberkahan Al-Qur’an, 26.

2 Keberkahan Al-Qur’an, 27.

3 Tafsir Ibnu Katsir, 1/38; edisi Indonesia, 1/46.

4 Tafsir Ibnu Katsir, 1/205; edisi Indonesia, 1/347.

5 Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup, 11-12.

6 Lihat Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup, 12-13.

7 Ibid, 13.

8 Lihat Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup, 28-29.

9 Lihat, Madarijus Salikin, 203.

n harus dibaca dan dikaji oleh umat Islam. Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca oleh setiap muslim, direnungkan dan dipahami maknanya, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.

Berkaitan dengan hal ini, para ulama telah memberikan tuntunan kepada kita tentang sikap kita terhadap al-Qur’an. Apa yang harus kita lakukan?!

Pertama: Membaca al-Qur’an

Kewajiban dasar terhadap al-Qur’an bagi setiap muslim adalah membacanya. Membaca adalah ibadah utama. Banyak hadits yang menjelaskan hal ini. Apalagi di bulan Ramadhan. Setiap muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya sangat ditekankan untuk memperbanyak membaca al-Qur’an, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Karena al-Qur’an adalah sebaik-baik kitab, yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah dilahirkan kepada umat manusia, dengan syari’at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Rasulullah r bersabda:

إِقْرَاُوْ الْقُرْاَنَ فَإِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه مسلم عن ابى امامه)

 “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (HR. Muslim, dari Abu Umamah t)

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ, وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا, لَااَقُوْلُ الم حَرْفٌ, بَلْ اَلِفٌ حَرْفٌ, وَلَامٌ حَرْفٌ, وَمِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترمذى, وقال حديث حسن صحيح)

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an) maka baginya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. at-Turmudzi, dan ia mengatakan hadits hasan shahih)

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخارى)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)

Kedua: Memahami dan Menghayati ayat-ayatnya

Allah befirman:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an?” (QS. An-Nisa’: 82)

Amru bin Murrah t berkata, “Aku tidak suka kalau melewati sebuah perumpamaan (matsal) dalam al-Qur’an lalu aku tidak dapat memahaminya. Karena Allah berfirman:

وتلك الأمثال نضربها للناس وما يعقلها إلا العالمون

 “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut: 43)

Ibnu Umar t jika membaca QS. Al-Hadid ayat 16, maka beliau menangis sejadi-jadinya.

Ibnul Qoyyim j berkata, “Apabila anda ingin mengambil pelajaran dari al-Qur’an, maka hendaklah anda memusatkan hati dan pikiran anda pada saat membaca dan mendengarkannya, dan pasanglah pendengaran anda dengan baik. Allah berfirman:

 إن في ذلك لذكرى لمن كان له قلب أو ألقى السمع وهو شهيد

 “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau menggunakan pendengarannya, sedangkan ia menyaksikan.” (QS. Qaf: 37)

Lanjut Ibnul Qoyyim, “Tidak ada sesuatu yang lebih berguna bagi hati daripada membaca al-Qur’an dengan pemahaman dan penghayatan.”

Ketiga: Mengamalkannya

Inilah maksud diturunkannya al-Qur’an, yaitu untuk diikuti petunjuknya, ditaati perintahnya, ditegakkan hukumnya, dan diamalkan dalam perbuatan nyata. Allah I berfirman:

واتبعوا أحسن ما أنزل إليكم من ربكم من قبل أن يأتيكم العذاب بغتة وأنتم لا تشعرون

 “Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar: 55)

اتبعوا ما أنزل إليكم من ربكم ولا تتبعوا من دونه أولياء قليلا ما تذكرون

 “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu mengikuti pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran darinya.” (QS. Al-A’raf: 3)

Ini adalah dalil tentang wajibnya mengikuti al-Qur’an serta mengamalkannya, mengalahkan yang lain. Tidak seperti faham kebatinan maupun liberal, yang menakwilkan al-Qur’an (menyelengkan makna dari yang sebenarnya) karena mengikuti hawa nafsunya.

 Keempat: Sabar dalam mengamalkan kandungan al-Qur’an

Seperti menjalankan perintah-perintah dan menjauhi larangannya, melaksanakan kewajiban jasad dan harta, menundukkan nafsu agar tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Semua itu tidak akan terwujud kecuali jika disertai kesabaran dan mujahadah (bersungguh-sungguh) –tentu saja setelah mendapat taufik dari Allah I- serta selalu membayangkan lezatnya balasan kesabaran tersebut yang akan ia peroleh. Allah I berfirman:

 قل يا عباد الذين آمنوا اتقوا ربكم للذين أحسنوا في هذه الدنيا حسنة وأرض الله واسعة إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب

 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Imam Ahmad bin Hambal menegaskan, “Sabar di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 90 kali. Bersabar itu wajib menurut ijma’ ulama’. Ia juga merupakan bagian (separoh) dari iman. Karena iman itu mempunyai dua bagian, sebagian adalah sabar dan sebagian lagi adalah syukur. Kesyukuran disebutkan 16 kali dalam al-Qur’an.”

Kelima: Berdakwah untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan

Yaitu berdakwah untuk memberlakukan hukum-hukum al-Qur’an di dalam seluruh bidang kehidupan, mengamalkan ajarannya dan berperilaku/berakhlak dengan akhlak al-Qur’an. Allah I berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)

Rasulullah r bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْاَنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخارى)

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya, tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat, dengan firman-Nya:

 قال اهبطا منها جميعا بعضكم لبعض عدو فإما يأتينكم مني هدى فمن اتبع هداي فلا يضل ولا يشقى

 “Maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123)

Dan Allah mengancam orang yang berpaling dari al-Qur’an:

من أعرض عنه فإنه يحمل يوم القيامة وزرا

 “Barangsiapa berpaling dari al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat.” (QS. Thaha: 100)

Menurut Ibnul Qoyyim bahwa perilaku meninggalkan (berpaling) dari al-Qur’an itu bermacam-macam bentuknya, antara lain:

  1. Tidak mau (enggan) mendengarkannya
  2. tidak mengamalkan kandungannya
  3. Tidak bertahkim atau menjadikannya sebagai landasan hukum dalam memutuskan setiap perkara
  4. Tidak bertafakkur, memahami, dan mengetahui apa yang dikehendaki Allah
  5. Tidak menjadikannya sebagai obat penyembuh bagi berbagai macam penyakit hati.

Itu contoh kategori “berpaling” dari al-Qur’an. Padahal Allah mengingatkan:

 ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى

 “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124)

 

Dengan demikian, maka marilah kita semua beriltizam untuk menjadikan al-Qur’an benar-benar sebagai petunjuk dan pedoman hidup kita. Semoga Allah membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus. Aamiin.[*]

 

Sumber Rujukan:

  1. Tafsir Ibnu Katsir
  2. Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup: Muhammad al-Kholaf
  3. Sirah Nabawiyah, Syaikh al-Mubarakfuri
  4. 10 Kekasih Allah: Ibnul Qayyim

2 Comments

  1. Subhanallah….sungguh benar-benar informasi yang paling akurat…

    Admin:
    Terimakasih atas kunjungannya,
    semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendapatkan petunjuk dari Alloh ‘azza wa jalla.
    aamiin..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *