majalah al-Umm online – Sabtu subuh, 18 Ramadhan 1434H / 27 Juli 2013 terjadi pembantaian terhadap umat islam penentang kudeta, yang sedang berpuasa Ramadhan, di lapangan Rabi’ah dan di Iskandariah, sehingga dikenal dengan Majzarah al-Shaimin. Para saksi mata menceritakan beberapa cerita pedih dalam pembantaian yang terjadi pada para demonstran damai di lapangan Rabiah al-Adawiyyah kemarin yang menelan korban 200 tewas dan 4.500 terluka. Satu kejahatan kemanusian yang hebat dilakukan oleh para militer pengkudeta presiden yang sah Muhammad Mursi.
|
Salah satu cerita yang menyentuh hati diriwayatkan oleh seorang aktivis bernama Ahmad. Satu kisah yang terjadi di depan matanya, sebuah dialog antara orang pemuda berusia dibawah dua puluh tahun dan seorang syaikh berjenggot. Berikut dialog itu:
———-
Pemuda: “Wahai Syaikh! … Wahai Syaikh!”
Syaikh: “Iya, anakku!”
Pemuda: “Tolong ambil kertas ini ya Syaikh, disitu ada nomor telepon Ibuku. Tolong beritahu beliau kalau saya mati, dan mintakan maaf kepadanya karena aku keluar tanpa meminta izin. Mintakan agar beliau mau memaafkan saya.”
Syaikh: “Wahai putraku, engkau belum genap 20 tahun, megapa engkau berkata begitu! Allah, Tuhan kita akan melindungimu.”
———-
Beberapa saat kemudian, anak muda itu tertembak oleh peluru yang tembus dari atas kepala dan keluar dari bawah dagunya dan terjatuh di hadapan syaikh yang berjenggot tersebut. Dan… akhir kalimat yang terucap darinya:
“Yaa Syaikh … tetaplah ! teruskanlah! Surga itu indah, ya Syaikh!”
Kemudian dia meninggal dunia!
ALLAHU AKBAR! (Ahad, 28 Juli 2013)
Sumber http://www.islammemo.cc/akhbar/locals-egypt/2013/07/27/177546.html