Rubrik ini terilhami oleh sebuah kitab yang ditulis oleh Syekh Zakaria Ibnu Ghulam Qadir al-Bakistani dengan judul Min Akhbar as-Salaf yang dihadiahkan kepada saya oleh penulisnya, saat kami berkunjung di kediamannya di Makkah al-Mukarramah pada tanggal 22 Syawwal 1426 H.

Tujuan rubrik ini adalah untuk memberikan gambaran konkrit bagi ketinggian akhlak Islam yang telah diperankan oleh generasi salafus shalih yang dengan setia dan teguh mengikuti teladan mereka Nabi Muhammad—Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam–. Karena kita ingin mengikuti jejak langkah kebaikan kaum salaf, maka membaca dan mempelajari adab, akhlak, hikmah dan sejarah mereka adalah penting.

Semoga Allah membalas kebaikan syekh Zakaria dengan sebaik-baik balasan. Dan semoga rubrik ini dapat menjadi cermin bagi orang-orang yang ingin mengikuti manhaj salaf.

 

 

DZIKIR KEPADA ALLAH

(bag.3, terakhir)

Agus Hasan Bashori Lc., M.Ag.

  1. Ahmad ibn Harb

Ahmad ibn Harb, apabila ia duduk di hadapan hajjam (tukang bekam) untuk menipiskan kumisnya ia bertasbih. Maka hajjam berkata kepadanya: “Diamlah sesaat.” Maka ia menjawab: “Sudah, kerjakan saja tugasmu.” (as-Siyar, 11/33)

 

  1. Mahan al-Hanafi

Mahan berkata:

 

“Tidakkah salah seorang kamu malu bila hewan yang ia tunggangi dan baju yang ia pakai lebih banyak berdzikir daripadanya? Maka ia tidak pernah bosan dari takbir dan tahlil.” (al-Mushannaf, 7/156)

 

  1. Shilah ibn Usyaim

Shilah ibn Usyaim berkata:

مَا أَدْرِيْ بِأَيِّ يَوْمِيْ أَنَا أَشَدُّ فَرَحًا، يَوْمًا أُبَاكِرُ فِيْهِ إِلَى ذِكْرِ اللهِ أَوْ يَوْمًا خَرَجْتُ فِيْهِ لِبَعْضِ حَاجَتِيْ فَعَرَضَ لِي ذِكْرُ اللهِ.

 

“Demi Allah, aku tidak tahu dengan hariku yang mana aku lebih berbahagia: dengan hari yang aku di pagi buta sudah berdzikir kepada Allah, ataukah dengan hari yang aku keluar untuk keperlanku lalu datang kepadaku dzikir kepada Allah.” (al-Mushannaf 7/223; Thabaqat ibn Saad, 7/135)

 

  1. Aun ibn Abdillah ibn Utbah

Naufal ibnu Abil Furat berkata: saya mendengar Aun ibn Abdillah berkata:

إِنَّ لِكُلِِّ رَجُلٍ سَيِّداً مِنْ عَمَلِهِ، وَإِنَّ سَيِّدَ عَمَلِيْ الذِكْرُ.

“Sesungguhnya setiap orang memiliki penghulu dari amalnya, dan sesungguhnya penghulu amalku adalah dzikir.” (Hilyah, 2/188)

Aun juga berkata:

مَجَالِسُ الذِكْرِ شِفَاءُ الْقُلُوْبِ.

“Majlis-majlis dzikir adalah kesembuhan bagi hati”.

ذِكْرُ اللهِ صِقَالُ الْقُلُوْبِ.

Dzikir kepada allah adalah membuat hati berkilau.”

 

  1. Hassan ibnu Abi Sinan

Hassan berkata:

 

“Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah-tengah orang yang lalai seperti orang yang berperang jauh dari orang-orang yang melarikan diri.” (al-Hilyah, 3/119; juga al-Hilyah, 2/118 dari Aun ibn Abdillah)

 

  1. Ka’b

Ka’ba berkata:

 

“Barang siapa memperbanyak dzikir kepada Allah maka ia terbebas dari nifak.” (as-Syu’ab, 1/577)

 

  1. Muhammad ibn Abdil Wahhab al-Balkhi

Ia berkata: “Alangkah buruknya lalai dari mengingat orang yang tidak lalai dari berbuat baik kepadamu.” (as-Syu’ab, 1/713)

 

  1. Ubaid ibnu Umair

Ubaid ibn Umair berkata: “Sekali tasbih dengan menyebut nama Alllah dalam satu buku (catatan amal) seorang  mukmin lebih baik baginya daripada gunung-gnung dunia yang berjalan bersamanya berubah menjadi emas.” (as-Syu’ab, 1/692) [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *