“Native Speaker†Syaikh Fawwaz bin Said al-Hunayyin M.A.
(dokumentasi YBM). Ma’had ‘Aliy al-Aimmah (MAA) yang berada di Jl. Joyo Agung No.1 Merjosari Lowokwaru Malang Jawa Timur, telah melampaui satu tahun masa proses belajar mengajar untuk Mahasantri angkatan pertama. Dengan izin Allah ï• Senin, 19 Agustus 2013 kembali kita kedatangan tamu istimewa sebagai native speaker MAA yang ke – dua yaitu Syaikh Fawwaz bin Said al-Hunayyin M.A. ï¯Â dari Riyadh, yang sebelumnya dihadiri oleh Syaikh ‘Adil bin Ibrahim At-Turkiy ï¯Â (kandidat doktor).
Mahasantri al-Aimmah sangat antusias dalam menyambut kedatangan beliau, terlebih lagi ini adalah kesempatan baik bagi mereka untuk mempraktekkan bahasa arab yang sudah mereka pelajari dalam satu tahun ini. Seperti halnya akhi Sulaiman yang berasal dari Sawojajar Malang, subhanallah.. dia adalah salah satu santri yang rajin. Sampai-sampai saat dia berdialog dengan syaikh Fawwaz, beliau meminta akhi Sulaiman untuk memperdengarkan bacaan beberapa ayat suci al-Qur’an kepada kami .
Kami duduk-duduk sebentar bersama beliau untuk saling mengenal lebih dekat, dan pastinya.. tak kenal maka tak sayang, begitulah kira-kira. Lalu kami mengajak beliau untuk meluangkan waktunya yang singkat tersebut untuk keliling melihat-lihat Komplek Masjid Jami’ al-Umm. Masjid, Radio, Kantor YBM, SDI al-Umm dan Majalah, serta Maktabah al-Ghamidi.
Adzan maghrib telah berkumandang, maka tibalah waktu muhadhoroh ba’da sholat maghrib. Alhamdulillah, ternyata tidak hanya mahasantri al-Aimmah yang antusias untuk menyemarakkan kegiatan tersebut, warga sekitarpun juga hadir beserta jama’ah rutin Masjid Jami’ al-Umm. Tema yang beliau angkat dalam muhadhoroh tersebut yakni kisah Nabi Sulaiman ïµ bersama burung Hud-hud didalam al-Qur’an, yang banyak sekali manfaat dan pelajaran yang bisa diambil bagi orang-orang yang beriman. Beliau diterjemah langsung oleh Mudlir Ma’had ‘Aliy al-Aimmah al-Ustadz Abu Hamzah Agus Hasan Bashori Lc.,M.Ag. Dalam kisah tersebut ada do’a nabi Sulaiman ïµ (Yaa Allah.. ampunilah aku, dan anugerahkan kepadaku kerajaan yang besar yang tidak layak bagi siapapun setelahku..), dari do’a tersebut Nabi Sulaiman mendahulukan maghfiroh, karena perkara akhirat itu adalah yang utama dan merupakan kenikmatan yang hakiki. Setelah itu, baru Nabi Sulaiman meminta perkara dunia. Kenapa Nabi Sulaiman ïµdalam perkara duniawi meminta kerajaan yang begitu besar yang tidak layak bagi siapapun setelahnya..?
Nantikan Video Muhadhoroh bersama Syaikh Fawwaz bin Said al-Hunayyin M.A. ï¯Â – dalam proses – anda akan mengetahui jawabannya dan faidah-faidah yang masih banyak lagi, hanya di al-Umm Channel on You Tube (*)
***
Allahuma inna nas-aluka ‘ilman nafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan mutaqobbala. Aamiin..
Semoga kita pada umumnya dan para mahasantri MAA pada khususnya, dapat mengambil hikmah, mau’idhoh hasanah dari muhadloroh yang beliau sampaikan.
Yaa Allah.. berikanlah kami ‘ilmu yang bermanfaat, rizqi yang baik, dan ‘amal yang diterima. aamiin..