Liputan Safari Dakwah Jayapura-Merauke dan Papua Nugini (Bagian I)

Alhamdulillah, dengan izin Allah safari Papua (Jayapura, Merauke) dan Papua Nugini bisa terlaksana dengan sempurna meskipun sangat mendadak, tanpa perencanaan dan persiapan yang cukup, dan di tengah kesibukan jadwal di Yayasan Bina’ al-Mujtama’ (YBM) serta lainnya.

Safari dakwah kali ini sangat istimewa karena:

  1. Bisa meluruskan pemahaman atau persepsi dan anggapan yang salah tentang Papua yang selama ini telah melekat di benak banyak orang termasuk di benak kami sendiri. Anggapan selama ini bahwa Papua primitif, Papua sama dengan koteka, Papua adalah pulau Nasrani atau pulau Injil, umat Islam minoritas, pulau yang menakutkan, tidak aman; banyak malaria dan sparatis OPM, dst. Maka banyak dari anggapan itu tidak benar. Dan di makalah ini insyaallah akan kami jelaskan.

  2. Bisa turut serta mempromosikan keindahan dan kekayaan alam Papua yang selama ini miskin promosi. Dan secara umum, diakui atau tidak, kita memang lemah dalam mempromosikan keindahan dan kekayaan alam Indonesia, kebaikan dan keutamaan bangsa Indonesia,tingginya mutu produk-produk Indonesia, serta kemudahan dan keluasan bahasa Indonesia di dunia internasional. Satu contoh kecil adalah foto-foto tentang keindahan Papua di dunia maya masih sangat minim dan kurang memadai.

  3. Safari kali ini memang ke luar negeri, yaitu Papua Nugini, namun di Papua RI pun serasa di luar negri, sebab jaraknya sangat jauh, beda waktu 2 jam, harga tiket dan harga barang-barang relatif mahal, program talk mania bagi kartu simpati tidak berlaku. Betul-betul serasa di luar negeri.

  4. Panitia adalah teman-teman biasa yang terkumpul dalam wadah kecil mungil “majlis ta’lim al-Ilmu” namun bisa membuat acara yang sarat makna di Propinsi Papua, bekerja sama dengan semua komponen umat Islam yang ada, guna memberikan motivasi, pencerahan, dan meningkatkan ukhuwah imaniyyah sesama ahlussunnah waljamaah dalam membangun negeri ini dan dalam membentengi dari faham dan aliran sesat seperti liberalism, pluralism dan syiah rafidhah yang mengancam dunia Islam dan Negara Indonesia.

  5. Safari yang pertama kali ke Jayapura, Merauke dan Papua Nugini, setelah tahun 2004 melakukan safari dakwah di Timika dan Tembaga Pura- Freeport.

  6. Safari ini bagian dari cita-cita: berdakwah dari Sabang sampai Merauke, dan menyempatkan diri mengunjungi titik nol kilo meter Indonesia di Sabang dan nol kilo meter Indonesia di Merauke.

 
 Peta Sabang – Merauke

Tahun 2010 (Desember) kami sempat melakukan safari dakwah sampai ke ujung Aceh, namun tidak sampai ke Sabang karena padatnya jadwal, padahal tinggal menyebrang saja dari Ulelhee (Banda Aceh) ke Balohan (Sabang, Pulau We) dengan kapal motor exspress dalam ± 45 menit – 60 menit. Namun qaddarallah kesempatan itu masih tertunda. Semoga Allah segera mewujudkannya.

Alhamdulillah, untuk titik nol kilo meter paling timur kita berhasil mengunjunginya.

Baiklah, di bagian pertama ini kami sampaikan perjalanan kami dari Malang menuju Jayapura.

Hari Senin, 3 juni 2013 berangkat dari Malang ke Surabaya diantar oleh Bendahara YBM bapak Ali Abu Hasan Rabbani. Pukul 20.00 WIB pesawat berangkat dengan rute Surabaya-Makasar ditempuh 1 jam 20 menit. Kemudian transit di Makasar sampai pukul 1 malam, padahal jadwalnya sampai 22.20 WIB. Kemudian berangkat lagi menuju Biak ditempuh 2 jam 40 menit, dan mendarat hampir pukul 07.00 WIT. Setelah transit lebih dari 45 menit kami kembali terbang selama 1 jam dan sampai Sentani pukul09.00 WIT, Selasa, 4 Juni.

Di bandara, telah menunggu teman-teman panitia Bapak Abu Abrar Agus, Abu Faris Edi, Rahmat Hidayat, Ahmad, Nanang Abu Hudzaifah, dan Muhammad.

Mobil pun meluncur menuju Jayapura yang berjarak 40 km dari Bandara Sentani melewati Danau Sentani. Pertama kali yang dituju adalah bubur mandala Komplek Ruko Pasifik dok II Jayapura. Maklum semua belum sarapan. Kemudian dibawa ke rumah Bapak Mudiono, belakang ASPOL.Setelah menaruh barang-barang kami langsung pergi bersama akhi Nanang untuk mengambil gambar Kota Jayapura dari depan Kodam XVII Cendrawasih Jayapura menghadap lapangan Golf terus ke Teluk Yotefa. Sungguh pemandangan yang sangat indah mempesona!

 
Lapangan Golf Depan Kodam XVII Cendrawasih Jayapura

Kemudian keliling ke beberapa sudut kota sampai akhirnya makan di RM Simpang Raya Entrop Kelapa Dua milik satusatunya ikhwah.

 
 RM Simpang Raya Entrop Kelapa Dua

Lalu shalat di Masjid al-Mahdi depan Angkatan Laut yang sudah dibetulkan shafnya sehingga menghadap ke pojok masjid.

 
 Masjid al-Mahdi

Saat itu turun hujan, lalu kami pulang untuk istirahat dan siap-siap kajian pertama.

Sebelum maghrib kami sudah dijemput panitia menuju Masjid al-Taubah Entrop. Setelah mahgrib sampai dengan pukul 20.00 WIT kami menyampaikan materi berjudul Wasiat bagi para Da’i dan Thulabul‘ilmi.

Setelah kajian yang diikuti dengan antusias oleh teman-teman yang ahli ngaji itu kami makan bersama-sama di RM Simpang Raya, lalu istirahat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *