Khutbah Idul Fitri 1427 di TVRI Banjarmasin
Oleh Abu Hamzah Agus Hasan Bashori
Ibnu Qomari, Lc, M.Ag.
           الله٠أَكْبَر٠(( تسعا))ØŒ اَلله٠أَكْبَر٠كَبشيْرًا، وَالْØَمْد٠لÙلَّه٠كَثÙيْرًا، وَسÙبْØَانَ الله٠بÙكْرَةً وَأَصÙيْلًا. الله٠أَكْبَرÙØŒ ألله٠أَكْبَرÙØŒ لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا اللهÙ وَالله٠أَكْبَرÙØŒ أللهَ أكْبَر٠وَلÙلَّه٠اْلØَمْدÙ. لَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلَّا اللهÙØŒ الوَلÙيّ٠اْلØÙŽÙ…ÙيْدÙØŒ لَا Ø¥Ùلهَ Ø¥Ùلَّا الله٠يَÙْعَل٠مَا يَشَاءÙØŒ ÙˆÙŽÙŠÙŽØْكÙم٠مَا يÙرÙيْدÙ.
ألله٠أَكْبَر٠عَدَدَ مَا ذَكَرَ اللهَ ذَاكÙرٌ وَكَبَّرَ، الله٠أكبر٠عَدَدَ مَا ØÙŽÙ…Ùدَ اللهَ ØَامÙدٌ وَشَكَرَ، الله٠أكبر٠عَدَدَ مَا تَابَ تَائÙبٌ ÙˆÙŽ اسْتَغْÙَرَ، الله أكبر عَدَدَ مَا أَعَادَ عَلَيْنَا Ù…Ùنْ عَوَائÙد٠ÙَضْلÙه٠وَجÙوْدÙه٠مَا يَعÙوْد٠ÙÙيْ ÙƒÙلّ٠عÙيْد٠وَيَظْهَرÙ.
         اللَّهÙمَّ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠كَالَّذÙيْ Ù†ÙŽÙ‚ÙوْلÙØŒ وَخَيْرًا Ù…Ùمَّا Ù†ÙŽÙ‚ÙوْلÙØŒ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الØْمَدْ ÙكَالَّذÙيْ تَقÙوْلÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠Øَتَّى تَرْضَى، ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الØْمَد٠إÙذَا رَضÙيْتÙØŒ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠بَعْدَ الرَّضاَ.
         لَكَ الْØَمْد٠بÙÙƒÙلّ٠نÙعْمَة٠أَنْعَمْتَ بÙهَا عَلَيْنَا، ÙÙيْ قَدÙيْم٠أَوْ ØَدÙيْثÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠بÙالْإÙسْلَامÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØÙمْدÙ       بÙالْقÙرْآنÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠باÙلْإÙيْمَانÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠بÙاْلأَمْن٠وَالْأَمَانÙØŒ وَالرَّاØَة٠وَالْاÙطْمÙئْناَنÙØŒ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمءد٠بÙاْلأَهْل٠وَالْمَال٠وَ اْلمÙعَاÙَاةÙ. ÙÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠كَثÙيْرًا كَمَا تÙنْعÙÙ…Ù ÙƒÙŽØ«Ùيْرًا، ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الشّÙكْر٠كَثÙيْرًا كَمَا تÙجْزÙÙ„Ù ÙƒÙŽØ«Ùيْرًا، ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠عَلَى مَا مَنَنْتَ بÙه٠عَلَيْنَا Ù…Ùنْ بÙÙ„Ùوْغ٠هَذَا الْيَوْم٠الْعَظÙيْمÙØ› يَوْم٠عÙيْد٠الْÙÙطْر٠الْمÙبَارَك٠بَعْدَ شَهْر٠رَمَضَان٠الْمÙبَارَكÙ. ÙÙŽØ£ÙهَنّÙؤÙÙƒÙمْ بÙه٠أَيّÙهَا الْمÙسْلÙÙ…Ùوْنَ! عÙيْدٌ Ù…Ùباَرَكٌ، تَقَبَّلَ الله٠مÙنَّا ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ ÙˆÙŽ ÙƒÙلَّ عَام٠وَأَنْتÙمْ بÙخَيْرÙ.
         أَشْهَد٠أَنْ لَا Ø¥Ùلهَ Ø¥Ùلَّا الله٠وَØْدَه٠لَا شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ شَهَادَةً أَدَّخÙرÙهَا Ù„Ùيَوْم٠كاَنَ شَرّÙÙ‡Ù Ù…ÙسْتَطÙيْرًا، سÙبْØَانَ مَنْ لَمْ يَزَلْ عَلÙيًّا كَبÙيْرًا، سَمÙيْعًا بَصÙيْرًا، Ù„ÙŽØ·ÙيْÙًا خَبÙيْرًا، عَÙÙوًّا غَÙÙوْرًا!
         وَأَشْهَد٠أَنَّ نَبÙيَّنَا ÙˆÙŽØَبÙيْبَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْد٠الله٠وَرَسÙوْلÙÙ‡ÙØŒ بَعَثَه٠الله٠بÙاْلهÙدَى وَدÙيْن٠الْØَقّÙØŒ بَشÙيْرًا ÙˆÙŽÙ†ÙŽØ°Ùيْرًا، وَدَاعÙيًا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ الله٠بÙØ¥ÙذْنÙÙ‡ÙØŒ وَسÙرَاجًا Ù…ÙÙ†Ùيْرًا. اَللَّهÙÙ…ÙŽÙ‘ صَلّ٠عَلَى عَبْدÙÙƒÙŽØŒ وَرَسÙوْلÙÙƒÙŽØŒ وَخَلÙيْلÙÙƒÙŽØŒ Ù…ÙØَمَّد٠بْن٠عَبْد٠الله٠اْلهَاشÙÙ…Ùيّ٠اْلقÙرَشÙيّÙØŒ مَا ذَكَرَه٠الذَّاكÙرÙوْنَ وَالْأَبْرَارÙØŒ وَصَلّ٠عَلَى عَبْدÙÙƒÙŽ وَرَسÙوْلÙÙƒÙŽ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْل٠وَالَّنهَارÙØŒ وَصَلّ٠عَلَيْه٠مَا لَاØَت٠الْأَنْوَارÙØŒ وَغَرَّدَت٠الْأَطْيَارÙØŒ وَأَوْرَقَت٠الْأَشْجَارÙØŒ وَأَيْنَعَت٠الثّÙمَارÙØŒ وَاخْتَلَÙَت٠الْأَمْصَارÙØŒ وَتَتَابَعَت٠الْأَعْصَارÙØŒ وَسَلّÙمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙŽØ«Ùيْرًا.
         أمَّا بَعْدÙ:
         Ùيا أيها الإخوة المسلمون! أوصيكم بتقوى الله جل وعلا، Ùهي وصية الله للأولين والآخرين: )) ولقد وصينا الذين أوتوا الكتب من قبلكم وإياكم أن اتقوا الله)) (النساء: 131)
         عباد الله:
           Segala puji hanya milik Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Yang merajai hari pembalasan. Tidak ada kebahagiaan kecuali dengan taat kepada-Nya. Tidak ada kemuliaan kecuali dengan tunduk pada keagungan-NYa. Tidak ada kecukupan kecuali dengan rahmat-Nya. Tidak ada aman dan tenteram kecuali dengan naungan syariat-Nya.
Ya Allah! Hanya milik-Mulah segala pujian di langit dan bumi. Maha suci Engkau ya Allah. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Engkau satu-satunya Rabb Pencipta, pemilik dan pengatur alam. Satu-satunya Ilah yang disembah dan diagungkan dengan benar. Satu-satunya Tuhan yang menyandang asma’ul husna dan sifat-sifat yang Sempurna.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah untuk nabi teragung dan termulia; Muhammad صلى الله عليه وسلم, yang diutus sebagai rahmat bagi semesta, imam bagi yang bertakwa, dan hujjah bagi seluruh manusia. Dengannya Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang terlena. Tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti syari’atnya. Tidak lupa, semoga shalawat dan salam juga untuk keluarga Nabi, para sahabat dan pengikutnya yang setia dengan sunnah-sunnahnya.
Allahu akbar! Ma’asyiral muslimin!
Kenikmatan demi kenikmatan telah kita rasakan, hingga Allah mengantarkan kita kepada hari ini; Hari Raya Idul Fitri 1427 H, satu dari dua Hari Raya milik umat islam. Satu bulan penuh kita ditempa dan melakukan tirakat untuk memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu. Kita berusaha keras menundukkan nafsu di bawah bimbingan syariat Allah. Kita mengatur makan, minum, hubungan suami-istri serta berbagai aktifitas lainnya sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh Allah.
Seandainya kita umat islam konsisten dengan semangat Ramadhan pastilah umat islam jaya memimpin umat manusia, menebar ajaran rahmatan lil-‘Alamin. Akan tetapi sangat ironis, banyak umat islam yang memperturutkan nafsu dan bermakmum pada setan jin dan manusia. Akibatnya umat islam menjadi bulan-bulanan, kambing hitam, bahkan sesajen atau tumbal bagi orang-orang atau bangsa yang kufur kepada al-Qur’an dan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.  Secara bertubi-tubi umat Islam dihina dan dianiaya, mulai dari tuduhan dan cap teroris, penghancuran beberapa negara Islam oleh pasukan Nashara dan Yahudi (seperti Afganistan, Irak dan Palestina) karikatur-karikatur yang ditujukan untuk menghina Nabi yang mulia Muhammad صلى الله عليه وسلم, hingga pernyataan Paus bahwa Islam tersebar dengan pedang dan ajaran Nabi Muhammad yang suci dianggap tidak manusiawi. Rasa takut yang dulu bersemayam di hati orang kafir dicabut oleh Allah lalu dilontarkan kepada hati umat islam. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
ÙŠÙوْشÙك٠اْلأÙمَم٠أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكÙمْ، كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَة٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ قَصْعَتÙهَا . Ùَقَالَ قَائÙÙ„ÙŒ : ÙˆÙŽÙ…Ùنْ Ù‚Ùلَّة٠نَØْن٠يَوْمَئÙØ°Ù ØŸ قَالَ : بَلْ أَنْتÙمْ يَوْمَئÙØ°Ù ÙƒÙŽØ«Ùيْرٌ Ø› ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙنَّكÙمْ غÙثَاءٌ كَغÙثَاء٠السَّيْلÙØŒ َولَيَنْزعÙنَّ َالله٠مÙنْ صÙدÙوْر٠عَدÙوّÙÙƒÙمْ اَلْمÙهَابَةَ Ù…ÙنْكÙمْ، وَلَيَقْذÙÙÙŽÙ†ÙÙŽ اللًه٠Ùَيْ Ù‚ÙلَوْبÙكَمْ الوَهَنَ . Ùَقَالَ قَائÙÙ„Ù : يَا رَسÙوْلَ الله٠! وَمَا اْلوَهَن ÙØŸ قَالَ : ØÙبّ٠الدÙنْيَا، وَكرَاَهÙيَة٠الْمَوْتÙ.
           “Hampir tiba masanya bangsa-bangsa itu mengeroyok kamu sebagaimana orang-orang yang makan itu mengerumuni nampan. Seorang bertanya: “Apakah karena jumlah kita sedikit pada waktu itu? Beliau bersabda: “Bahkan kalian pada hari itu banyak, akan tetapi kalian seperti buih air bah. Allah akan mencabut rasa takut (kepada kalian) dari dada musuh-musuh kalian, dan melontarkan di hati kalian rasa wahan. Maka seseorang bertanya: “Wahai Rasul Allah! Apa Wahan itu? Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati” (Silsilah Shahihah: 958)
Itulah dosa dan kesalahan kita: mengikuti nafsu, cinta materi dan takut mati. Dulu umat Islam memimpin, yaitu ketika mereka mencari mati sebagaimana orang kafir mencari hidup. Namun kini, ketika umat islam mencari hidup seperti orang kafir mencari hidup maka umat Islam menjadi pengikut orang kafir, sebab orang kafir yang memimpin dunia saat ini, dengan materi dan teknologi.
Allah سبØانه Ùˆ تعالى berfirman:
“Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ” (Al-Anfal: 53)
Allahu Akbar! 2x
Oleh karena itu mari dengan semangat Ramadhan kita kembali ke fitrah kita, kembali ke pangkuan Islam, menepis dan menolak kesesatan dan penyesatan, kehinaan dan penghinaan. Itulah satu-satunya jalan untuk bangkit dan hidup mulia. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
 إÙذَا تَبَايَعْتÙمْ بÙاْلعÙيْنَةÙØŒ وَأَخَذْتÙمْ أَذْنَابَ اْلبَقَرÙØŒ وَرَضÙيْتÙمْ بÙالزَّرْعÙØŒ وَتَرَكْتÙم٠الْجÙهَادَ، سَلَّطَ الله٠عَلَيْكÙمْ Ø°Ùلًّا، لَايَنْزÙعÙÙ‡Ù Øَتَّى تَرْجÙعÙوْا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ دÙيْنÙÙƒÙمْ
           “Kalau kamu melakukan perdagangan dengan system riba (yang diakali dan terselubung), mengikut di belakang ekor sapi dan puas dengan pertanian, serta meninggalkan jihad, maka Allah pasti mengurungmu dengan kehinaan. Dia tidak mencabut kehinaan itu darimu hingga kamu kembali kepada agamamu” (HRAhmad, Abu Daud, dll, Silsilah Shahihah, 11, dari ibnu Umar)
Yang dimaksud kembali kepada agama adalah agama islam yang pertama dulu, yaitu agama yang ada pada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan para sahabatnya, sebagaimana hadits Abu Waqid al-Laitsi رضي الله عنهم Rasulullah bersabda:
Ùإنَّهَا سَتَكÙوْن٠ÙÙتْنَةٌ . ÙَقَالÙوْا : كَيْÙÙŽ لَنَا يَا رَسÙوْلَ الله٠أَوْ كَيْÙÙŽ نَصْنَع٠؟ قَالَ: تَرْجÙعÙوْنَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ أَمْرÙÙƒÙم٠الْأَوَّل٠:
           “Sesungguhnya akan terjadi fitnah. Maka mereka bertanya: “Bagaimana dengan kita ya Rasulallah? Atau apa yang harus kita perbuat? Beliau menjawab: “Kalian kembali kepada agama kalian yang pertama” (Hr Thabrani dalam al-Kabir: 3307, al-Ausath: 4452, Silsilah Shahihah: 3165)
Imam Malik berkata:
لَنْ يَصْلÙØÙŽ Ø¢ÙŽØ®Ùر٠هَذÙه٠الْأÙمَّة٠إÙلَّا بÙمَا صَلÙØÙŽ بÙه٠أَوَّلÙهَا
           “Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan agama yang karenanya generasi awalnya menjadi baik”
Ini artinya, ketika Islam bercampur dengan ajaran-ajaran lain dan umat islam berpecah menjadi kelompok-kelompok yang berbeda-beda, maka islam saja tidak cukup, melainkan harus islam yang sunnah, islam jaman dulu, yang telah dipraktekkan oleh generasi awal dengan benar, Islam yang diridhai Allah سبØانه Ùˆ تعالى, sebagaimana yang dinyatakan oleh para imam madzhab empat, al-Auiza’i, dll.
Allahu Akbar!2x
Jalan Kembali Menuju Islam dan Sunnah
           Untuk kembali kepada Islam dan Sunnah hanya ada satu jalan, yaitu apa yang disebut dengan istilah Tashfiyah dan Tarbiyah. Maksudnya:
1. Tashfiyah: membersihkan Islam dalam seluruh aspeknya dari hal-hal asing dan yang menyimpang. Dimulai dari bidang akidah, ibadah, akhlak, hukum, sunnah, fikih, tafsir, dakwah, pemikiran, sejarah, suluk, pendidikan, ekonomi, social, hiburan sampai pada peradaban.
2. Tarbiyah: mendidik generasi muslim yang baru diatas dasar agama islam yang telah dimurnikan.
Syekh Abdur Rahman ibn Yahya al-Muallimi al-Yamani berkata: “Para ulama yang mukhlis telah menetapkan bahwa kelemahan, kehinaan dan kerendahan yang menimpa umat islam adalah karena jauhnya mereka dari hakekat Islam.”
Kemudian Syekh Ali Hasan al-Halabi melihat bahwa jauhnya mereka dari hakekat islam    itu kembali kepada beberapa sebab:
1. Campurnya Islam dengan hal-hal yang bukan bagian dari islam
2. Lemahnya keyakinan terhadap apa yang menjadi bagian dari islam
3. Tidak mengamalkan hukum-hukum islam yang sudah jelas.
Untuk itu supaya bisa kembali kepada kehidupan islami yang sunni diperlukan 4 langkah:
1. Memahami agama ini dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para salafus shalih, para sahabat, tabi’in, para ahli hadits ahlis sunnah.
2. mengamalkan dan mempraktikkan dengan benar apa yang sudah kita pahami tadi
3. berdakwah dan bekerja dengan benar untuk agama ini. Sedangkan pekerjaan dakwah yang terbesar adalah amar ma’ruf nahi anil munkar.
4. teguh, tegar dan sabar dalam menghadapi setiap tantangan dan resiko yang muncul. Karena Qanun tadafu’ bainal haqq wal-Bathil (undang-undang perpertarungan antara yang benar dan yang batil) tidak pernah sirna.
Contoh Kongkrit Untuk Langkah Pertama
Memahami dua kalimah syahadat:
Kewajiban pertama bagi setiap muslim untuk memulai kehidupan islami adalah dengan memahami dua kalimah syahadat secara benar, sebab banyak dari umat islam yang tidak dan belum memahaminya, akibatnya banyak yang terjebak dalam paham yang salah seperti wihdatul wujud, I’tizal, takfiri, harakah siyasiyyah hizbiyyah, kalam manthiqi falsafi, dan liberalisme pluralisme.
Termasuk pemahaman yang keliru atau kurang pas adalah memaknai kalimat Tauhid «لا إله إلا الله» dengan: Tidak ada tuhan kecuali Allah, Tidak ada pencipta kecuali Allah, Tidak ada sesembahan kecuali Allah, Tidak ada hakim kecuali Allah, Tidak ada yang kuasa mencipta kecuali Allah dan tidak ada tuhan kecuali Tuhan.
Padahal makna yang benar adalah: Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, atau tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah «لا معبود ØÙ‚ إلا الله». Ini berdasarkan firman Allah, misalnya surat Luqman ayat 30:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Baca juga al-Hajj:62)
Oleh karena itulah para pembesar Quraisy tidak mau mengucapkan syahadat karena mengetahui bahwa salah satu konsekwensinya adalah meninggalkan semua sesembahan mereka selain Allah.
“Mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (al-Shaffat: 36)
Sebaliknya, kini banyak orang yang mau mengucapkan syahadat karena tidak tahu isinya. Oleh karena itu yang penting sekarang adalah mengembalikan pemahaman yang hilang dari umat islam tentang kalimat syahadat ini, agar mereka menyembah hanya kepada dan untuk Allah, bukan untuk patung, pohon, kuburan, jin, dan makhluk lainnya.
Setelah itu kita ajarkan makna syahadat «مØمد رسول الله » kemudian kita ajarkan rukun, syarat, konsekwensi, hak dan pembatal dari kedua kalimat syahadat tersebut. Dengan begitu akidah umat akan bersih dan kokoh. Kemudian ibadahnya benar, akhlaknya mulia, hukumnya tegak, dakwah dan amar ma’ruf nahi ‘anil munkar kuat dan terlindungi. Jika kondisi umat islam seperti ini maka apa saja yang diupayakan oleh musuh-musuh islam akan berakhir seperti dalam firman Allah سبØانه Ùˆ تعالى:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (al-Anfal: 36)
 الله٠أَكْبَرÙØŒ ألله٠أَكْبَرÙØŒ لَا Ø¥Ùلهَ Ø¥Ùلَّا اللهÙ وَالله٠أَكْبَرÙØŒ أَلله٠أَكْبَر٠وَلÙلَّه٠الْØَمْدÙ. نَسْأَل٠اللهَ تَعَالَى بÙأَسْمَائÙه٠الْØÙسْنَى، وَصÙÙَاتÙه٠الْعÙÙ„ÙŽÙ‰ أَنْ ÙŠÙصْلÙØÙŽ ÙˆÙلَاة٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙÙيْ كَلّ٠مَكَانÙØŒ وَأَنْ ÙŠÙهَيّÙئَ Ù„ÙŽÙ‡Ùمْ Ù…Ùنْ أَمْرÙÙ‡Ùمْ رَشَدًا، وَأَنْ يَتَقَبَّلَ Ù…ÙنْهÙمْ صÙيَامَهÙمْ، ÙˆÙŽÙ‚ÙيَامَهÙمْ، ÙˆÙŽ يَجْعَلَهÙمْ Ù…ÙÙ†ÙŽ الْعاَئÙدÙيْنَ وَالْÙَائÙزÙيْنَ.
*********¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤*********
الله أكبر (( سبعا))ØŒ الله أكبر، ألله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، ألله أكبر ولله الØمد
Akhirnya mari kita hidup pasca Ramadhan ini sampai akhir hayat nanti berbekal firman Allah:
” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (ar-Rum: 30)
Aplikasi ayat di atas dalam untuk hari ini adalah saling bersilaturrahim, dan saling memaafkan dengan tidak melanggar hokum Allah, misalnya berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Kemudian pada esok hari atau hari sesudahnya dianjurkan untuk berpuasa 6 hari dari bulan Syawwal ini agar dicatat sebagai puasa satu tahun penuh.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kebenaran dari Allah dan kesalahan datang dari diri kami dan setan. Mari berdo’a untuk kita dan seluruh umat islam.
Â
الَلَّهÙمَّ صَلّ٠عَلَى نَبÙيّÙÙ†Ùَا Ù…ÙØَمَّدÙØŒ وَعَلَى آلÙÙ‡ÙØŒ ÙˆÙŽ أَصْØَابÙÙ‡ÙØŒ ÙˆÙŽ تَابÙعÙيْه٠بÙØ¥ÙØْسَان٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْم٠الدّÙيْنÙ
اللَّهÙمّ َاغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ الْمÙسْلÙمَاتÙØŒ اَلْأَØْيَاء٠مÙنْهÙمْ وَاْلأَمْوَاتÙØŒ Ø¥Ùنَّكَ سَمÙيْعٌ قَرÙيْبٌ، Ù…ÙجÙيْب٠الدَّعَوَاتÙ
اللهم تَقَبَّلْ Ù…Ùنَّا صÙيَامَنَا، ÙˆÙŽÙ‚Ùيَامَنَا، وَتَعَبّÙدَنَا، وَاسْتَجÙبْ دÙعَاءَنَا، وَاْغÙÙرْ خَطÙيْئَاتÙنَا، وَاْنصÙرْ عَلَى مَنْ عَادَانَا
اللهم أَعÙزَّ الْإÙسْلَامَ وَالْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ، ÙˆÙŽØ£ÙŽÙ‡Ùن٠الْكَÙَرَةَ وَالْمÙشْرÙÙƒÙيْنَ وَالÙْمÙَناÙÙÙ‚Ùيْنَ الَّذÙيْنَ ÙŠÙكَذّÙبÙوْنَ رÙسÙÙ„ÙŽÙƒÙŽØŒ ÙˆÙŽÙŠÙقَاتÙÙ„Ùوْنَ أَوْلÙيَاءَكَ وَيَصÙدّÙوْنَ عَنْ سَبÙيْلÙÙƒÙŽ. اللهم أَصْلÙØÙ’ ÙˆÙلَاةَ الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ، وَأَصْلÙØÙ’ مَنْ ÙÙيْ صَلَاØÙه٠صَلَاØÙŒ Ù„ÙلْإÙسْلَام٠وَاْلمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ، وَأَهْلÙكْ مَنْ ÙÙْي هَلاَكÙه٠صَلَاØÙŒ Ù„ÙلْإÙسْلَام٠وَاْلÙمْسلÙÙ…Ùيْنَ. اللهم انْصÙرْ Ø¥Ùخْوَانَنَا الْمÙجَاهÙدÙيْنَ ÙÙيْ ÙƒÙلّ٠مَكَانÙØŒ اللهم اْنصÙرْهÙمْ عَلَى عَدÙوّÙÙƒÙŽ وَعَدÙوّÙÙ‡Ùمْ، يَا Ù‚ÙŽÙˆÙيّ٠يَا عَزÙيْزÙØŒ اللهم عَجّÙلْ بÙنَصْرÙÙ‡Ùمْ، اللهم عَجّÙلْ بÙÙَرَجÙÙ‡Ùمْ.
 اللهم انصرنا على مَنْ عَادَانَا، وَلَا تَجْعَل٠الدّÙنْيَا أَكْبَرَ هَمّÙنَا، وَلَا مَبْلَغَ عÙلْمÙنَا، وَلَا تÙسَلّÙطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَخَاÙÙÙƒÙŽ وَلَا يَرْØÙŽÙ…Ùنَا.
اللهم Ø¥Ùنْ كَانَ ÙÙيْ سَابÙق٠عÙلْمÙÙƒÙŽ أَنْ تَجْمَعَنَا Ùَيْ Ù…Ùثْل٠هَذَا اْليَوْمÙØŒ ÙَبَارÙكْ لَنَا ÙÙيْه٠وَإÙنْ قَضَيْتَ بÙقَطْع٠آَجَالÙنَا ÙÙŽØ£ÙŽØْسÙن٠الخÙلَاÙÙŽØ©ÙŽ عَلَى بَاقÙيْنَا وَأَوْسÙع٠الرَّØْمَةَ عَلَى مَاضÙيْنَا، وَعَمَّنَا جَمÙيْعًا بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽØŒ يَا أَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ  .
اللهم اجْعَلْ عÙيْدَنَا سَعÙيْدًا، وَعَمَلَنَا صَالÙØًا رَشÙيْدًا، اللهم مÙنَّ عَلَيْنَا بÙØ¥Ùعَادَة٠اْلمَسْجÙد٠الْأَقْصَى Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ بÙلَاد٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ، وَبÙتَØْرÙيْر٠أَوْطَاÙÙ†Ùهمْ Ù…Ùنْ بَرَاثÙن٠أَعْدَاءÙÙƒÙŽØŒ يَا Øَيّ٠يَا َقَيّÙوْم٠يَا رَبَّ اْلعَلَمÙيْنَ.
وصلى الله على نبينا Ù…Øمد، وعلى آله، وصØبه، أجمعين، والتابعين، ومن تبعهم بإØسان إلى يوم الدين، والØمد لله رب العلمين.