Ada saja yg baru, meski yang baru tidak mesti lebih baik dan yang lama tidak mesti buruk.
Inilah dinamika dunia. Namun begitu, kita dituntut untuk selalu berubah kepada yang lebih baik. Di buku bacaan SD nama yg melegenda “Budi” telah mati diganti dengan “edo, siti, dayu, lani”. Dengan tujuan supaya lebih menunjukkan semangat nasionalisme. Tujuannya jelas baik, namun kalau hanya itu (kita masih belum tahu, belum baca bukunya) maka terasa masih kurang lengkap alias kurang adil, kenapa hanya batak, papua, bali, cina? Mana yang Ahmad atau Bakar atau Umar, Andik, atau Brudin, Kartini, Aisyah, Imam, Hasanuddin?!
Ya mudah-mudahan saja apa yg disebutkan oleh pak Nuh hanya contoh bukan batasan.
Tak akan ada lagi cerita mengenai Budi, juga bapak dan ibunya di buku SD. |
Mendikbud Mohammad Nuh menghapus sosok nama ‘Budi’ dan ungkapan yang mengikutinya seperti ‘ini Budi’, “ini ibu Budi” atau “ini bapak Budi” yang selama ini sudah melekat di pendidikan Sekolah Dasar (SD). Nuh mengatakan tidak ada lagi Budi di buku SD.
Menurutnya anekdot tentang seorang anak bernama Budi ini cerminan pendidikan yang monoton di Indonesia dan itu sudah berlangsung lama. Sistem pendidikan yang seperti ini dianggap kurang menyenangkan bagi peserta didik.
Cerita mengenai Budi juga bapak dan ibunya akan diganti dengan tokoh baru. Nuh mengatakan dalam Kurikulum 2013 akan diperkenalkan tokoh baru dalam buku SD. Tokoh baru ini wujud semangat menciptakan bahan ajar yang lebih dekat dan memuat pesan nasionalisme.
“Ada si Edo yang keriting, itu cerminan Papua. Ada si Siti yang berjilbab, ada si Dayu dari Bali, ada si Lani yang sipit, dia Chinese, ada juga si Beni orang Batak,” kata Nuh yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (01/06/14).
Tokoh-tokoh tersebut akan hadir mulai dari buku kelas 1 sampai 6 SD secara berturut-turut. Untuk SD pada Kurikulum 2013 menggunakan metode tematik integratif. Perubahan kurikulum baru ini yang hampir merombak seluruh sistem pembelajaran dan buku SD.
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/
padahal penamaan “Budi” dalam banyak buku anak-anak SD filosofinya adalah penanaman Budi Pekerti kepada anak-anak kita, bahwa anak-anak kita harus punya akhlak dan budi pekerti yang baik. jadi para guru kita pada masa lalu tidaklah memberikan itu semua kecuali karena suatu maksud, yaitu menanamkan bahwa seorang anak itu mesti berbudi dan berakhlak. coba kita renungkan betapa mendalamnya cara berpikir guru-guru kita terdahulu!