Landasan Ketiga
Ustadz abu Hamzah
Agus Hasan Bashori Lc., M.Ag
Nama lengkap:
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Mutholib bin Hasyim dari suku Quraisy. Suku Quraisy itu berasal dari bangsa Arab dan bangsa Arab itu berasal dari keturunan Nabi Ismail as putra Nabi Ibrahim as, kekasih Allah. Semoga sholawat dan salam yang paling mulia dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim as dan juga kepada Nabi kita.
Umur dan kenabian:
Beliau berumur 63 tahun; 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi dan 23 tahun setelah menjadi nabi dengan turunnya surat Al Muddatsir. Negeri tempat beliau tinggal adalah Makkah, setelah itu beliau hijrah ke Madinah.
Allah mengutus beliau untuk membasmi kesyirikan dan mengajak (orang) untuk bertauhid. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Agungkanlah Rabbmu dan bersikanlah pakaianmu. Tinggalkanlah berhala dan jangan kamu memberi dengan maksud memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Bersabarlah untuk (memenuhi perintah) Rabbmu.” (QS. Al Muddatsir: 1-7)
Makna qum fa andzir adalah memberi peringatan terhadap bahaya syirik dan berdakwah kepada tauhid. Makna wa robbaka fakabbir adalah agungkanlah Allah dengan bertauhid. Makna wa tsiyaa baka fathohhir adalah bersihkanlah amal perbuatanmu dari syirik. Makna war rujza fahjur adalah meninggalkan berhala dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
Beliau memulai dakwah dengan dakwah tauhid itu selama sepuluh tahun. Setelah itu, beliau dimi’rajkan ke langit. Beliau diberi kewajiban untuk mengerjakan shalat wajib lima waktu. Beliau mengerjakan shalat di Makkah selama tiga tahun. Setelah itu, beliau diperintahkan untuk berhijrah ke Madinah.
Hijrah adalah berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Hijrah hukumnya wajib bagi umat ini, yaitu dengan berpindah dari negeri syirik ke negeri Islam. Kewajiban hijrah selalu ada sampai hari kiamat. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, malaikat bertanya (kepada mereka): “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” mereka menjawab:”Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian bisa berhijrah di bumi itu?” Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki, wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk berhijrah).” (QS. An Nisa’: 97-98)
Allah ta’ala berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas. Oleh karena itu, sembahlah Aku saja.”(QS. Al Ankabut: 56)
Al Baghowi rahimahullah mengatakan,” Sebab turunnya ayat di atas adalah karena adanya orang-orang Islam yang berada di Makkah yang belum berangkat hijrah. Allah lantas menyeru mereka dengan nama orang-orang beriman. Dalil hijrah dari hadits Nabi adalah:
“Hijrah itu tidak akan terputus sampai pintu taubat tertutup. Pintu taubat tidaklah tertutup sampai matahari terbit dari barat.”(HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ad Darimi)
Setelah beliau tinggal di Madinah, Allah memerintahkan (kepadanya untuk menjalankan syariat Islam yang lainnya, seperti shoum, haji, jihad, amar makruf nahi mungkar dan syariat Islam yang lainnya. Beliau menyempurnakan sisa syariat itu selama sepuluh tahun. Setelah itu , beliau meninggal dunia. Semoga shalawat serta salam Allah limpahkan kepada beliau.
Agama beliau kekal. Dalam urusan agama, tidak ada satu kebaikan pun yang tidak beliau terangkan kepada umatnya, dan tidak ada satu kejelekan pun yang tidak diperingatkannya. Kebaikan yang beliau perintahkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Kejelekan yang beliau peringatkan adalah syirik dan segala sesuatu yang dibenci dan tidak disukai Allah. Allah mengutus beliau untuk semua manusia. Allah mewajibkan jin dan manusia untuk taat kepada beliau. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
Katakanlah,”Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semua.”(QS. Al A’Raf:158)
Allah telah menyempurnakan segala agama-Nya. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian, Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS. Al Maidah: 3)
Dalil bahwa Rasulullah saw juga akan wafat adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya engkau akan mati dan mereka pun juga akan mati.” (QS. Az Zumar: 30)
Setiap orang yang meninggal akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya pula Kami akan mengembalikan kalian serta dari bumi itu pula Kami akan mengeluarkan kalian pada hari yang lain.” (QS. Thaha: 55)
Allah ta’ala berfirman:
” Allah telah menumbuhkan tanaman untuk kalian, kemudian Dia akan benar-benar mengembalikan kalian.” (QS. Nuh: 17-18)
Setelah dibangkitkan (dari kubur), manusia akan dihisab dan dibalas sesuai amal perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Agar Dia membalas orang-orang yang berbuat kejelekan sesuai dengan amal perbuatannya dan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dengan balasan yang lebih baik (surga).” (QS. An Najm: 31)
Barang siapa yang mengingkari adanya hari kebangkitan maka dia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka tidak akan pernah dibangkitkan. Katakanlah,”Tidak demikian, demi Rabbku, engkau benar-benar akan dibangkitkan dan kemudian engkau akan diberitahu amal perbuatanmu. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”(QS. At Taghobun: 7)
Misi para rasul:
Allah mengutus seluruh rasul untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Mereka Kami utus sebagai rasul yang menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah kedatangan rasul.”(QS. An Nisa’: 165)
Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as, sedangkan rasul yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw. Dalil bahwa rasul yang pertama adalah Nabi Nuh as adalah firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi yang sesudahnya.”(QS. An Nisa’: 163)
Mengingkari thaghut:
Allah mengutus pada setiap umat seorang rasul yaitu dari nabi Nuh as sampai Nabi Muhammad saw. Rasul tersebut memerintahkan umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah dan melarang mereka beribadah kepada thaghut. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Sungguh, kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (agar menyerukan),”Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”.(QS. An Nahl: 36)
Allah mewajibkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya untuk mengingkari thaghut dan beriman kepada Allah. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan,”Thaghut adalah segala sesuatu (selain Allah) yang disembah, diikuti dan ditaati oleh seseorang sampai melampaui batas.”
Thaghut beraneka macam, akan tetapi pembesarnya ada lima macam, yaitu: iblis, orang yang disembah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut, orang yang menyeru orang lain agar menyembah dirinya, orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara yang ghaib dan orang yang berhukum dengan selain hukum Allah. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
“Tidak ada paksaan (untuk memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya jalan yang lurus telah jelas dan jalan yang sesat juga telah jelas. Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut dia beriman kepada Allah maka dia telah berpegang teguh dengan tali yang kuat.” (QS. Al Baqarah: 256)
Ini semua adalah makna laa ilaha illallah
Dalam hadits dinyatakan:
” Inti dari segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah.”
Hanya Allah yang mengetahui. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan para sahabat beliau.