Diterjemahkan oleh Ustadz Muhammad Syahri
dari Kitab Shahih al-Matjar ar-Rabih, Syaikh Ghulam Pakistani
Allah subhaanahu wata’ala berfirman: (yang artinya) “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah (2): 245)
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab (33): 35)
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. adz-Dzariyat (51): 17-18)
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul- Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. al-Hadid: 18)
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (QS. at-Taghabun: 17)
” dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS. al-Muzammil: 20)
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan.” (QS. al-Lail: 17-21)
(313) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قََالَ
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
.رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Harta tidak akan berkurang akibat sedekah. Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba karena maafnya kecuali kemuliaan, dan tidak seorangpun yang rendah hati karena Allah, kecuali Allah mengangkatnya.” (HR. Muslim)
(314) Dari Abu Kabsyah al-Anmari radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«ثَلَاثٌ Ø£ÙقْسÙم٠عَلَيْهÙنَّ، ÙˆÙŽØ£ÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«ÙÙƒÙمْ ØÙŽØ¯Ùيثًا ÙَاØÙ’ÙَظÙوهÙ» ØŒ قَالَ: « Ùَأَمَّا الثَّلَاث٠الَّتÙÙŠ Ø£ÙقْسÙم٠عَلَيْهÙنَّ: ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠مَا نَقَّصَ مَالَ عَبْد٠صَدَقَةٌ ØŒ وَلَا ظÙÙ„ÙÙ…ÙŽ عَبْدٌ بÙمَظْلَمَة٠ÙÙŽÙŠÙŽØµÙ’Ø¨ÙØ±Ù عَلَيْهَا Ø¥Ùلَّا زَادَه٠اللَّه٠بÙهَا Ø¹ÙØ²Ù‘ًا، وَلَا ÙŠÙŽÙْتَØÙ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَة٠إÙلَّا ÙَتَØÙŽ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ù„ÙŽÙ‡Ù Ø¨ÙŽØ§Ø¨ÙŽ ÙَقْرÙ» أَوْ ÙƒÙŽÙ„Ùمَةً Ù†ÙŽØÙ’وَهَا Â«ÙˆÙŽØ£ÙØÙŽØ¯Ù‘ÙØ«ÙÙƒÙمْ ØÙŽØ¯Ùيثًا ÙَاØÙ’ÙَظÙوه٠»، قَالَ: « Ø¥Ùنَّمَا الدّÙنْيَا Ù„ÙØ£ÙŽØ±Ù’بَعَة٠نَÙÙŽØ±ÙØŒ عَبْد٠رَزَقَه٠اللَّه٠مَالًا وَعÙلْمًا ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ يَتَّقÙÙŠ ÙÙÙŠÙ‡Ù Ø±ÙŽØ¨Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ وَيَصÙÙ„Ù ÙÙيه٠رَØÙÙ…ÙŽÙ‡ÙØŒ وَيَعْلَم٠لÙلَّه٠ÙÙيه٠ØÙŽÙ‚ًّا، Ùَهَذَا Ø¨ÙØ£ÙŽÙْضَل٠المَنَازÙÙ„ÙØŒ وَعَبْد٠رَزَقَه٠اللَّه٠عÙلْمًا وَلَمْ يَرْزÙقْه٠مَالًا ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ صَادÙق٠النّÙيَّة٠يَقÙولÙ: لَوْ أَنَّ Ù„ÙÙŠ مَالًا لَعَمÙÙ„Ù’ØªÙ Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…ÙŽÙ„Ù ÙÙلَان٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ بÙÙ†ÙيَّتÙÙ‡Ù ÙَأَجْرÙÙ‡Ùمَا سَوَاءٌ، وَعَبْد٠رَزَقَه٠اللَّه٠مَالًا وَلَمْ يَرْزÙقْه٠عÙلْمًا، ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ ÙŠÙŽØ®Ù’Ø¨ÙØ·Ù ÙÙÙŠ مَالÙÙ‡Ù Ø¨ÙØºÙŽÙŠÙ’ر٠عÙلْم٠لَا يَتَّقÙÙŠ ÙÙÙŠÙ‡Ù Ø±ÙŽØ¨Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ وَلَا يَصÙÙ„Ù ÙÙيه٠رَØÙÙ…ÙŽÙ‡ÙØŒ وَلَا يَعْلَم٠لÙلَّه٠ÙÙيه٠ØÙŽÙ‚ًّا، Ùَهَذَا Ø¨ÙØ£ÙŽØ®Ù’بَث٠المَنَازÙÙ„ÙØŒ وَعَبْد٠لَمْ يَرْزÙقْه٠اللَّه٠مَالًا وَلَا عÙلْمًا ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: لَوْ أَنَّ Ù„ÙÙŠ مَالًا لَعَمÙلْت٠ÙÙÙŠÙ‡Ù Ø¨ÙØ¹ÙŽÙ…ÙŽÙ„Ù ÙÙلَان٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ بÙÙ†ÙيَّتÙÙ‡Ù ÙÙŽÙˆÙØ²Ù’رÙÙ‡Ùمَا سَوَاءٌ »
“Tiga perkara dimana aku bersumpah atasnya dan aku menyampaikan hadtis kepada kalian, maka jagalah ia. Yakni, harta seorang hamba tidak berkurang karena sedekah, seorang hamba tidak dizhalimi lalu dia bersabar atasnya, kecuali Allah menambahkan kemuliaan kepadanya, dan seorang hamba tidak membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah membukakan untuknya pintu kemiskinan.’ Atau beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dunia itu hanya unuk empat orang; pertama, seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu oleh Allah. Dia bertaqwa kepada Allah, menjalin hubungan kekerabatannya, menyadari hak Allah padanya, ini adalah derajat yang termulia. Kedua, seorang hamba yang dikaruniai ilmu oleh Allah dan tidak dikaruniai harta. Dia benar dalam niatnya dengan berkata, ‘Seandainya aku berharta, niscaya aku menlakukan yang dilakukan oleh Fulan.’ Maka dia dengan niatnya mendapat pahala dan keduanya sama. Ketiga, seorang hamba yang dikaruniai harta oleh Allah, tetap tidak dikaruniai ilmu. Dia bertindak ngawur dalam hartanya tanpa ilmu. Dia tidak bertaqwa kepada Allah padanya, tidak menjalin hubungan kekerabatannya dan tidak menyadari hak Allah padanya. Orang ini adalah derajat yang paling buruk. Dan keempat, seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan ilmu oleh Allah. Dia berkata, ‘Seandainya aku berharta, niscaya aku akan melakukan seperti yang dilakukan oleh Fulan.’ Maka dosa keduanya sama.’ (Hasan, HR. Ibnu Majah, dan at-Turmudzi, dia berkata, ‘Hadits hasan shahih.’)
(315) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
« بَيْنَا رَجÙÙ„ÙŒ بÙÙَلَاة٠مÙÙ†ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙŽØ±Ù’Ø¶ÙØŒ ÙÙŽØ³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ ØµÙŽÙˆÙ’ØªÙ‹Ø§ ÙÙÙŠ سَØÙŽØ§Ø¨ÙŽØ©Ù: اسْق٠ØÙŽØ¯Ùيقَةَ ÙÙÙ„ÙŽØ§Ù†ÙØŒ ÙَتَنَØÙ‘ÙŽÙ‰ ذَلÙÙƒÙŽ السَّØÙŽØ§Ø¨ÙØŒ ÙÙŽØ£ÙŽÙْرَغَ مَاءَه٠ÙÙÙŠ ØÙŽØ±Ù‘ÙŽØ©ÙØŒ ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ شَرْجَةٌ Ù…Ùنْ تÙلْكَ Ø§Ù„Ø´Ù‘ÙØ±ÙŽØ§Ø¬Ù قَد٠اسْتَوْعَبَتْ ذَلÙÙƒÙŽ الْمَاءَ ÙƒÙÙ„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ Ùَتَتَبَّعَ الْمَاءَ، ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ رَجÙÙ„ÙŒ قَائÙÙ…ÙŒ ÙÙÙŠ ØÙŽØ¯ÙيقَتÙÙ‡Ù ÙŠÙØÙŽÙˆÙ‘Ùل٠الْمَاءَ بÙÙ…ÙØ³Ù’ØÙŽØ§ØªÙÙ‡ÙØŒ Ùَقَالَ Ù„ÙŽÙ‡Ù: يَا عَبْدَ الله٠مَا اسْمÙÙƒÙŽØŸ قَالَ: ÙÙلَانٌ – Ù„ÙÙ„ÙØ§Ø³Ù’م٠الَّذÙÙŠ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹ÙŽ ÙÙÙŠ السَّØÙŽØ§Ø¨ÙŽØ©Ù – Ùَقَالَ Ù„ÙŽÙ‡Ù: يَا عَبْدَ الله٠لÙÙ…ÙŽ تَسْأَلÙÙ†ÙÙŠ عَن٠اسْمÙي؟ Ùَقَالَ: Ø¥ÙنّÙÙŠ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠صَوْتًا ÙÙÙŠ السَّØÙŽØ§Ø¨Ù الَّذÙÙŠ هَذَا مَاؤÙÙ‡Ù ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: اسْق٠ØÙŽØ¯Ùيقَةَ ÙÙÙ„ÙŽØ§Ù†ÙØŒ Ù„ÙØ§Ø³Ù’Ù…ÙÙƒÙŽØŒ Ùَمَا تَصْنَع٠ÙÙيهَا؟ قَالَ: أَمَّا Ø¥ÙØ°Ù’ Ù‚Ùلْتَ هَذَا، ÙÙŽØ¥ÙنّÙÙŠ Ø£ÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙØ±Ù Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ مَا ÙŠÙŽØ®Ù’Ø±ÙØ¬Ù Ù…Ùنْهَا، ÙÙŽØ£ÙŽØªÙŽØµÙŽØ¯Ù‘ÙŽÙ‚Ù Ø¨ÙØ«ÙÙ„ÙØ«ÙÙ‡ÙØŒ وَآكÙل٠أَنَا وَعÙيَالÙÙŠ Ø«ÙÙ„ÙØ«Ù‹Ø§ØŒ ÙˆÙŽØ£ÙŽØ±ÙØ¯Ù‘Ù ÙÙيهَا Ø«ÙÙ„ÙØ«ÙŽÙ‡Ù »
“Ketika seorang laki-laki berada di tanah yang lapang, dia mendengar suara di awan, ‘Siramilah kebun fulan.’ Lalu awan itu bergerak menjauh dan menumpahkan airnya di tanah berbatu hitam. Ternyata parit-parit telah mengalir dengan air tersebut. Lalu laki-laki itu mengikuti arah air, dan ternyata ada seorang laki-laki di sebuah kebun yang membelikkan arah air dengan cangkulnya. Dia bertanya, ‘Wahai hamba Allah, siapa namamu?’ dia menjawab, ‘Fulan.’ Nama yang didengarnya dari sebuah suaru di awan. Dia bertanya, ‘Mengapa kamu bertanya tentang namaku, wahai hamba Allah.’ Dia menjawab, ‘Aku mendengar suara di awan dimana airnya adalah ini, suara itu berkata, ‘Siramilah kebun Fulan.’ Dan itu adalah namamu. Apa yang kamu lakukan padanya?’ dia menjawab, ‘Karena kamu telah berkata demikian, maka sesungguhnya aku melihat hasil kebunku. Aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku, dan aku mengembalikan sepertiga kepadanya (sebagai benih).’ (HR. Muslim)
(316) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
ضَرَبَ رَسÙول٠الله٠i مَثَلَ الْبَخÙÙŠÙ„Ù ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ù…ÙØªÙŽØµÙŽØ¯Ù‘ÙÙ‚ÙØŒ كَمَثَل٠رَجÙلَيْن٠عَلَيْهÙمَا جÙنَّتَان٠مÙنْ ØÙŽØ¯ÙÙŠØ¯ÙØŒ قَدْ Ø§Ø¶Ù’Ø·ÙØ±Ù‘َتْ أَيْدÙيهÙمَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø«ÙØ¯ÙيّÙÙ‡Ùمَا وَتَرَاقÙيهÙمَا، Ùَجَعَلَ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØªÙŽØµÙŽØ¯Ù‘ÙÙ‚Ù ÙƒÙلَّمَا تَصَدَّقَ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚َة٠انْبَسَطَتْ Ø¹ÙŽÙ†Ù’Ù‡ÙØŒ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ØªÙØºÙŽØ´Ù‘ÙÙŠÙŽ أَنَامÙلَه٠وَتَعْÙÙÙˆÙŽ Ø£ÙŽØ«ÙŽØ±ÙŽÙ‡ÙØŒ وَجَعَلَ الْبَخÙيل٠كÙلَّمَا هَمَّ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚َة٠قَلَصَتْ، وَأَخَذَتْ ÙƒÙلّ٠ØÙŽÙ„ْقَة٠مَكَانَهَا » قَالَ: Ùَأَنَا رَأَيْت٠رَسÙولَ الله٠iØŒ ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: Ø¨ÙØ¥ÙصْبَعÙÙ‡Ù ÙÙÙŠ جَيْبÙه٠«Ùَلَوْ رَأَيْتَه٠يÙÙˆÙŽØ³Ù‘ÙØ¹Ùهَا وَلَا تَوَسَّعÙ»
‘Bahwa Rasulullah i membuat perumpamaan orang yang kikir dan orang yang dermawan. Keduanya seperti dua orang yang memakai jubah dari besi. Tangan keduanya terkekang ke dada dan leher. Setiap kali orang yang dermawan bersedekah, ia terbuka darinya hingga jari-jarinya mengembang dan menghapus bekasnya. Dan setiap kali orang kikir hendak bersedekah, ia tertahan dan setiap untaian terkunci di tempatnya.’ Abu Hurairah t berkata, ‘Aku melihat Rasulullah i mengisyaratkan dengan jarinya begini di belahan bajunya. Beliau memperluas tetapi tidak menjadi luas.’ (HR. al-Bukhari Muslim)
(317) Dari Yazid bin Abu Habib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
كَانَ Ù…ÙŽØ±Ù’Ø«ÙŽØ¯Ù Ø¨Ù’Ù†Ù Ø¹ÙŽØ¨Ù’Ø¯Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ²ÙŽÙ†Ùيّ٠أَوَّلَ Ø£ÙŽÙ‡Ù’Ù„Ù Ù…ÙØµÙ’رَ يَرÙÙˆØÙ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯ÙØŒ وَمَا رَأَيْتÙه٠دَاخÙلًا Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯ÙŽ Ù‚ÙŽØ·Ù‘Ù Ø¥Ùلَّا ÙˆÙŽÙÙÙŠ ÙƒÙمّÙه٠صَدَقَةٌ، Ø¥Ùمَّا ÙÙÙ„Ùوسٌ، ÙˆÙŽØ¥Ùمَّا Ø®ÙØ¨Ù’زٌ، ÙˆÙŽØ¥Ùمَّا قَمْØÙŒ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø±ÙØ¨Ù‘َمَا رَأَيْت٠الْبَصَلَ ÙŠÙŽØÙ’Ù…ÙÙ„Ùه٠قَالَ: ÙÙŽØ£ÙŽÙ‚Ùول٠يَا أَبَا الْخَيْر٠إÙنَّ هَذَا ÙŠÙنْتÙÙ†Ù Ø«Ùيَابَكَ قَالَ: ÙÙŽÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: يَا ابْنَ ØÙŽØ¨Ùيب٠أَمَا Ø¥ÙنّÙÙŠ لَمْ Ø£ÙŽØ¬ÙØ¯Ù’ ÙÙÙŠ الْبَيْت٠شَيْئًا أَتَصَدَّق٠بÙÙ‡Ù ØºÙŽÙŠÙ’Ø±ÙŽÙ‡ÙØŒ Ø¥Ùنَّه٠ØÙŽØ¯Ù‘َثَنÙÙŠ رَجÙÙ„ÙŒ Ù…Ùنْ أَصْØÙŽØ§Ø¨Ù رَسÙول٠اللَّه٠i أَنَّ رَسÙولَ اللَّه٠i قَالَ: «ظÙÙ„Ù‘Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙØ¤Ù’Ù…Ùن٠يَوْمَ الْقÙيَامَة٠صَدَقَتÙهٻ
‘Martsad bin ‘Abdullah al-Yazani adalah penduduk Mesir pertama yang pergi ke Masjid. Aku tidak sekalipun melihatnya masuk masjid, kecuali di sakunya tersedia shadaqah, berupa uang atau gandum. Bahkan kadang aku melihatnya membawa bawang merah. Aku berkata kepadanya, ‘Wahai Abul Khair, ini membuat bajumu berbau tidak seda.’ Dia menjawab, ‘Wahai Ibnu Abi Habib, ini aku bawa karena aku tidak mendapatkan apapun di rumah yang bisa aku sedekahkan selainnya. Seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah i telah menyampaikan kepadaku bahwa Rasulullah i bersabda, ‘Seorang mukmin dinaungi oleh sedekahnya pada hari kiamat.’ (Shahih, HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim)
(318) Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«كÙÙ„Ù‘Ù Ø§Ù…Ù’Ø±ÙØ¦Ù ÙÙÙŠ ظÙلّ٠صَدَقَتÙÙ‡Ù ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙقْضَى بَيْنَ النَّاسÙ» قَالَ يَزÙيدÙ: Ùَكَانَ أَبÙÙˆ الْخَيْر٠لَا ÙŠÙØ®Ù’Ø·ÙØ¦Ùه٠يَوْمٌ لَا يَتَصَدَّق٠ÙÙÙŠÙ‡Ù Ø¨ÙØ´ÙŽÙŠÙ’ء٠وَلَوْ كَعْكَةً، أَوْ بَصَلَةً
‘Setiap orang di bawah naungan sedekahnya hingga diputuskan (perkaranya) diantara manusia.’ Yazid berkata, ‘Adalah Martsad; tiada hari yang terlewatkan, kecuali dia bersedekah dengan sesuatu, walaupun itu sepotong kue atau sebutir bawang mereka.’ (Shahih)
(319) Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ أَبÙÙˆ طَلْØÙŽØ©ÙŽ Ø£ÙŽÙƒÙ’Ø«ÙŽØ±ÙŽ Ø§Ù„Ø£ÙŽÙ†Ù’ØµÙŽØ§Ø±Ù Ø¨ÙØ§Ù„ْمَدÙينَة٠مَالًا Ù…Ùنْ Ù†ÙŽØ®Ù’Ù„ÙØŒ وَكَانَ Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘٠أَمْوَالÙه٠إÙÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡Ù Ø¨ÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØÙŽØ§Ø¡ÙŽØŒ وَكَانَتْ Ù…ÙØ³Ù’تَقْبÙلَةَ Ø§Ù„Ù…ÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯ÙØŒ وَكَانَ رَسÙول٠اللَّه٠i يَدْخÙÙ„Ùهَا وَيَشْرَب٠مÙنْ مَاء٠ÙÙيهَا Ø·ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨ÙØŒ قَالَ أَنَسٌ: Ùَلَمَّا Ø£ÙنْزÙلَتْ هَذÙه٠الآيَةÙ: {لَنْ تَنَالÙوا Ø§Ù„Ø¨ÙØ±Ù‘ÙŽ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تÙنْÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùمَّا ØªÙØÙØ¨Ù‘Ùونَ} [آل عمران: 92] قَامَ أَبÙÙˆ طَلْØÙŽØ©ÙŽ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ رَسÙول٠اللَّه٠i Ùَقَالَ: يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: {لَنْ تَنَالÙوا Ø§Ù„Ø¨ÙØ±Ù‘ÙŽ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تÙنْÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùمَّا ØªÙØÙØ¨Ù‘Ùونَ} [آل عمران: 92] ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ Ø£ÙŽØÙŽØ¨Ù‘ÙŽ أَمْوَالÙÙŠ Ø¥Ùلَيَّ Ø¨ÙŽÙŠÙ’Ø±ÙØÙŽØ§Ø¡ÙŽØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùنَّهَا صَدَقَةٌ Ù„ÙÙ„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ أَرْجÙÙˆ Ø¨ÙØ±Ù‘َهَا ÙˆÙŽØ°ÙØ®Ù’رَهَا عÙنْدَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ Ùَضَعْهَا يَا رَسÙولَ اللَّه٠ØÙŽÙŠÙ’ث٠أَرَاكَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ قَالَ: Ùَقَالَ رَسÙول٠اللَّه٠i: Â«Ø¨ÙŽØ®ÙØŒ ذَلÙÙƒÙŽ مَالٌ Ø±ÙŽØ§Ø¨ÙØÙŒØŒ ذَلÙÙƒÙŽ مَالٌ Ø±ÙŽØ§Ø¨ÙØÙŒØŒ وَقَدْ Ø³ÙŽÙ…ÙØ¹Ù’ت٠مَا Ù‚Ùلْتَ، ÙˆÙŽØ¥ÙنّÙÙŠ أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا ÙÙÙŠ الأَقْرَبÙينَ»
‘Abu Thalhah adalah orang Anshar di Madinah yang terkaya dengan harta dalam bentuk kebun korma. Harta yang paling dicintainya adalah kebun Bairuha yang menghadap ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa masuk ke kebun itu dan meminum airnya yang segar.’ Anas berkata, ‘Manakala turun ayat, ‘kamu tidak akan meraih kebaikan sepmurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’ (QS. Ali ‘Imran: 92) Abu Thalhah menghadap Rasulullah i dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, ‘Kamu tidak akan meraih kebaikan sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’ Dan harta yang paling aku cintai adalah kebunku, Bairuha. Aku menjadikannya sebagai sedekah yang aku harapkan pahala dan kebaikannya di sisi Allah. Maka, terimalah ia, wahai Rasulullah, seperti yang Allah sampaikan kepadamu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Bagus, bagus, bagus, itu adalah harta yang menguntungkan, dan sungguh aku telah mendengar apa yang telah kau katakan, dan sesungguhnya aku berpandangan agar Engkau menjadikannya (membagikannya) kepara kerabat(mu).’ (HR. al-Bukhari Muslim)
(320) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«قَالَ رَجÙÙ„ÙŒ: لَأَتَصَدَّقَنَّ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©ÙØŒ Ùَخَرَجَ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚َتÙÙ‡ÙØŒ Ùَوَضَعَهَا ÙÙÙŠ يَد٠سَارÙÙ‚ÙØŒ ÙَأَصْبَØÙوا يَتَØÙŽØ¯Ù‘ÙŽØ«Ùونَ: ØªÙØµÙدّÙÙ‚ÙŽ [اللَّيْلَةَ] عَلَى سَارÙÙ‚Ù Ùَقَالَ: اللَّهÙمَّ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الØÙŽÙ…ْد٠عَلىَ سَارÙÙ‚ÙØŒ لَأَتَصَدَّقَنَّ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©ÙØŒ Ùَخَرَجَ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚َتÙÙ‡Ù Ùَوَضَعَهَا ÙÙÙŠ يَدَيْ زَانÙÙŠÙŽØ©ÙØŒ ÙَأَصْبَØÙوا يَتَØÙŽØ¯Ù‘ÙŽØ«Ùونَ: ØªÙØµÙدّÙÙ‚ÙŽ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانÙÙŠÙŽØ©ÙØŒ Ùَقَالَ: اللَّهÙمَّ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙØŒ عَلَى زَانÙÙŠÙŽØ©ÙØŸ لَأَتَصَدَّقَنَّ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©ÙØŒ Ùَخَرَجَ Ø¨ÙØµÙŽØ¯ÙŽÙ‚َتÙÙ‡ÙØŒ Ùَوَضَعَهَا ÙÙÙŠ يَدَيْ غَنÙÙŠÙ‘ÙØŒ ÙَأَصْبَØÙوا يَتَØÙŽØ¯Ù‘ÙŽØ«Ùونَ: ØªÙØµÙدّÙÙ‚ÙŽ عَلَى غَنÙÙŠÙ‘ÙØŒ Ùَقَالَ: اللَّهÙمَّ Ù„ÙŽÙƒÙŽ الØÙŽÙ…Ù’Ø¯ÙØŒ عَلَى سَارÙق٠وَعَلَى زَانÙيَة٠وَعَلَى غَنÙÙŠÙ‘ÙØŒ ÙÙŽØ£ÙØªÙÙŠÙŽ ÙÙŽÙ‚Ùيلَ Ù„ÙŽÙ‡Ù: أَمَّا صَدَقَتÙÙƒÙŽ عَلَى سَارÙÙ‚Ù Ùَلَعَلَّه٠أَنْ يَسْتَعÙÙÙ‘ÙŽ عَنْ سَرÙقَتÙÙ‡ÙØŒ وَأَمَّا الزَّانÙيَة٠Ùَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعÙÙÙ‘ÙŽ عَنْ زÙنَاهَا، وَأَمَّا الغَنÙيّ٠Ùَلَعَلَّه٠[أَنْ] ÙŠÙŽØ¹Ù’ØªÙŽØ¨ÙØ±ÙŽ ÙÙŽÙŠÙنْÙÙÙ‚Ù Ù…Ùمَّا أَعْطَاه٠اللَّه٠»
‘Seorang laki-laki berkata, ‘Demi Allah aku akan bersedekah.’ Lalu dia pergi membawa sedekahnya. Dia meletakkan sedekahnya di tangan pencuri. Pada pagi hari orang-orang membicarakan, ‘Malam ini seorang pencuri telah diberi sedekah.’ Dia berkata, ‘Ya Allah, segala puji bagi-Mu, diterima oleh pencuri. Demi Allah, aku akan bersedekah lagi.’ Lalu dia berangkat membawa sedekahnya dan meletakkan di tangan wanita pezina. Pada pagi hari orang-orang membicarakannya, ‘Malam ini seorang wanita pezina di beri sedekah.’ Dia berkata, ‘ya Allah, segala puji bagi-Mu, diterima oleh wanita pezina. Demi Allah, aku akan kembali bersedekah.’ Lalu dia pergi membawa sedekahnya dan meletakkan di tangan orang kaya. Pada pagi hari orang-orang berbincang, ‘Malam ini orang kaya menerima sedekah.’ Dia berkata, ‘Ya Allah, segala puji bagi-Mu. Diterima oleh pencuri, wanita pezina dan orang orang kaya.’ Lalu dia didatangi (di dalam mimpinya) dan dikatakan kepadnaya, ‘Sedekahmu kepada pencuri, semoga dia insyaf dari perbuatannya, sedekahmu ekpada wanita pezina, semoga dia insyaf dari zinanya, adapun orang kaya, maka semoga dia mengambil pelajaran, lalu dia menafkahkan sebagian yang diberikan Allah kepadanya.’ (HR. al-Bukhari Muslim) dan dia menambahkan,
ÙÙŽØ£ÙØªÙÙŠÙŽ ÙÙŽÙ‚Ùيلَ Ù„ÙŽÙ‡Ù: أَمَّا صَدَقَتÙÙƒÙŽ Ùَقَدْ Ù‚ÙØ¨Ùلَتْ
‘Dia didatangi, maka dikatakan kepadanya, ‘Sedekahmu telah di terima.’ Lalu dia menyebutkan hadits secara sempurna.’
(321) Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«أَيّÙÙƒÙمْ Ù…ÙŽØ§Ù„Ù ÙˆÙŽØ§Ø±ÙØ«Ùه٠أَØÙŽØ¨Ù‘٠إÙلَيْه٠مÙنْ مَالÙÙ‡ÙØŸÂ» قَالÙوا: يَا رَسÙولَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡ÙØŒ مَا Ù…Ùنَّا Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙŒ Ø¥Ùلَّا مَالÙه٠أَØÙŽØ¨Ù‘٠إÙÙ„ÙŽÙŠÙ’Ù‡ÙØŒ قَالَ: «ÙÙŽØ¥Ùنَّ مَالَه٠مَا قَدَّمَ، ÙˆÙŽÙ…ÙŽØ§Ù„Ù ÙˆÙŽØ§Ø±ÙØ«Ùه٠مَا أَخَّرَ»
‘Siapa diantara kalian yang harta ahli warisnya lebih dia cintai daripada hartanya sendiri?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, tidak seorangpun dari kami, kecuali hartanya lebih dia cintai.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya hartanya adalah apa yang dia berikan, dan harta warisnya adalah apa yang dia tahan.’ (HR. al-Bukhari)
(322) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ‘Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«مَنْ تَصَدَّقَ Ø¨ÙØ¹ÙŽØ¯Ù’ل٠تَمْرَة٠مÙنْ ÙƒÙŽØ³Ù’Ø¨Ù Ø·ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨ÙØŒ وَلاَ يَقْبَل٠اللَّه٠إÙلَّا Ø§Ù„Ø·Ù‘ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨ÙŽØŒ ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلÙهَا بÙÙŠÙŽÙ…ÙينÙÙ‡ÙØŒ Ø«Ùمَّ ÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘Ùيهَا Ù„ÙØµÙŽØ§ØÙبÙÙ‡ÙØŒ [كَمَا ÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙŠ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ Ù…ÙÙ‡Ù’Ø±ÙŽÙ‡ÙØŒ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ø¥Ùنَّ اللّÙقْمَةَ لَتَصÙÙŠØ±Ù Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ Ø£ÙØÙØ¯ÙØŒ وَتَصْدÙيق٠ذَلÙÙƒÙŽ ÙÙÙŠ ÙƒÙØªÙŽØ§Ø¨Ù اللَّه٠عَزَّ وَجَلَّ: {Ù‡ÙÙˆÙŽ يَقْبَل٠التَّوْبَةَ عَنْ Ø¹ÙØ¨ÙŽØ§Ø¯ÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙŠÙŽØ£Ù’Ø®ÙØ°Ù الصَّدَقَاتÙ} [التوبة: 104]ØŒ ÙˆÙŽ {يَمْØÙŽÙ‚Ù Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙØ¨ÙŽØ§ ÙˆÙŽÙŠÙØ±Ù’بÙÙŠ الصَّدَقَاتÙ} [البقرة: 276]]»
‘Barangsiapa bersedekah seberat satu biji korma dari penghasilan yang baik, dan Allah tidak menerima kecuali yang baik, maka Allah menerimanya dengan tangan kanan-Nya. Kemudian, dia menumbuhkannya seperti salah seorang dari kalian merawat anak kudanya, sehingga satu suapan menjadi seperti gunung Uhud. Bukti kebenarannya terdapat dalam firman Allah I: “… bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat…†(QS. at-Taubah (9): 104) “Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah…†(QS. al-Baqarah (2): 276) (HR. al-Bukhari Muslim)
Dalam sebuah riwayat,
« Ø¥Ùنَّ الْعَبْدَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ تَصَدَّقَ Ù…Ùنْ Ø·ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨Ù تَقَبَّلَهَا اللَّه٠مÙÙ†Ù’Ù‡ÙØŒ وَأَخَذَهَا بÙÙŠÙŽÙ…ÙينÙÙ‡ÙØŒ Ùَرَبَّاهَا كَمَا ÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙŠ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ ÙÙŽÙ„Ùوه٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تَكÙونَ Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ الْجَبَل٠»
‘Jika seorang hamba bersedekah dari hasil yang baik, niscaya Allah menerimanya darinya dengan tangan kanan-Nya. Dia merawatnya seperti salah seorang dari kalian merawat anak kudanya sehingga ia seperti gunung.’ (Shahih, HR. al-Bukhari, Muslim, at-Turmudzi)
Dalam lafadz Ibnu Khuzaimah ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
« Ø¥Ùنَّ اللهَ يَقْبَل٠الصَّدَقَةَ، ÙˆÙŽÙŠÙŽØ£Ù’Ø®ÙØ°Ùهَا بÙÙŠÙŽÙ…ÙينÙÙ‡Ù ØŒ ÙÙŽÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘Ùيهَا Ù„ÙØ£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ كَمَا ÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙŠ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ Ù…ÙÙ‡Ù’Ø±ÙŽÙ‡ÙØŒ أَوْ ÙَصÙÙŠÙ„ÙŽÙ‡ÙØŒ [ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ الرَّجÙÙ„ÙŽ Ù„ÙŽÙŠÙŽØªÙŽØµÙŽØ¯Ù‘ÙŽÙ‚Ù Ø¨ÙØ§Ù„لّÙÙ‚Ù’Ù…ÙŽØ©ÙØŒ ÙَتَرْبÙÙˆ ÙÙÙŠ يَد٠اللَّه٠أَوْ قَالَ: ÙÙÙŠ ÙƒÙŽÙّ٠اللَّه٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ تَكÙونَ Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ الْجَبَل٠ÙَتَصَدَّقÙوا »
‘Sesungguhnya Allah menerima sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia menyuburkannya seperti salah seorang dari kalian merawat anak kudanya atau anak ontanya. Sesungguhnya seorang laki-laki yang bersedekah dengan satu suapan, maka ia tumbuh subur di tangan Allah atau telapak Allah hingga seperti gunung.’ Maka bersedekahlah. (Shahih)
(323) Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
« Ø¥Ùنَّ اللَّهَ Ù„ÙŽÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙŠ Ù„ÙØ£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ التَّمْرَةَ وَاللّÙقْمَةَ كَمَا ÙŠÙØ±ÙŽØ¨Ù‘ÙÙŠ Ø£ÙŽØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ ÙÙŽÙ„Ùوَّه٠أَوْ ÙَصÙيْلَه٠ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ ÙŠÙŽÙƒÙوْنَ Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ Ø£ÙØÙØ¯Ù »
‘Sesungguhnya Allah menumbuhkan sebiji buah dan satu suapan dari salah seorang diantara kalian seperti salah satu dari kalian merawat anak kudanya atau anak ontanya sampai ia seperti gunging Uhud.’ (Shahih, HR. at-Thabrani, Ibnu Hibban)
(324) Thabrani meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Barzah al-Aslami, radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«إÙنَّ الْعَبْدَ Ù„ÙŽÙŠÙŽØªÙŽØµÙŽØ¯Ù‘ÙŽÙ‚Ù Ø¨ÙØ§Ù„Ù’ÙƒÙØ³Ù’رَة٠تَرْبÙÙˆ عÙنْدَ الله٠عَزَّ وَجَلَّ ØÙŽØªÙ‰Ù‘ÙŽ تَكÙوْنَ Ù…ÙØ«Ù’Ù„ÙŽ Ø£ÙØÙØ¯Ù»
‘Sesungguhnya seorang hamba bersedekah dengan sepotong roti, maka ia berkembang di sisi Allah hingga ia menjadi seperti gunung Uhud.’ (Hasan)
(325) Dari ‘Adiy bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«مَا Ù…ÙنْكÙمْ Ù…Ùنْ Ø£ÙŽØÙŽØ¯Ù Ø¥Ùلَّا سَيÙكَلّÙÙ…ÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù„Ù‡ÙØŒ لَيْسَ Ø¨ÙŽÙŠÙ’Ù†ÙŽÙ‡Ù ÙˆÙŽØ¨ÙŽÙŠÙ’Ù†ÙŽÙ‡Ù ØªÙØ±Ù’جÙمَانٌ، ÙÙŽÙŠÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙØ±Ù أَيْمَنَ Ù…Ùنْه٠Ùَلَا يَرَى Ø¥Ùلَّا مَا قَدَّمَ، ÙˆÙŽÙŠÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙØ±Ù أَشْأَمَ Ù…Ùنْه٠Ùَلَا يَرَى Ø¥Ùلَّا مَا قَدَّمَ، ÙˆÙŽÙŠÙŽÙ†Ù’Ø¸ÙØ±Ù بَيْنَ يَدَيْه٠Ùَلَا يَرَى Ø¥Ùلَّا النَّارَ تÙلْقَاءَ وَجْهÙÙ‡ÙØŒ ÙَاتَّقÙوا النَّارَ وَلَوْ Ø¨ÙØ´Ùقّ٠تَمْرَةÙ»
‘Tidak ada seorangpun dari kalian, kecuali Allah akan berbicara kepadanya tanpa penerjemah. Di amelhat ke sebelah kanan, maka di ahanya melihat amal perbuatannya. Dia melihat ke sebelah kiri, maka dia hanya melihat amal perbuatannya. Dia melhat di depannya, maka dia tidak melhat kecuali neraka di depan wajahnya. Maka, berlindunglah dari Neraka walau hanya dengan separuh biji korma.’
Dalam sebuah riwayat,
«مَن٠اسْتَطَاعَ Ù…ÙنْكÙمْ أَنْ ÙŠÙŽØ³Ù’ØªÙŽØªÙØ±ÙŽ Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّار٠وَلَوْ Ø¨ÙØ´ÙÙ‚Ù‘Ù ØªÙŽÙ…Ù’Ø±ÙŽØ©ÙØŒ ÙَلْيَÙْعَلْ»
‘Barangsiapa bisa berlindung dari api neraka walau hanya dengan separuh biji korma, maka hendkanya melakukannya.’ (HR. al-Bukhari Muslim)
(326) Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
«لÙيَتَّق٠أَØÙŽØ¯ÙÙƒÙمْ وَجْهَه٠النَّارَ، وَلَوْ Ø¨ÙØ´Ùقّ٠تَمْرَةÙ»
‘Hendaknya salah seorang dari kalian menjaga wajahnya dari Neraka walau hanya dengan separuh biji korma.’ (HR. Ahmad dengan sanad shahih)
(327) Dari Harits al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
« Ø¥Ùنَّ اللَّهَ أَوْØÙŽÙ‰ Ø¥Ùلىَ ÙŠÙŽØÙ’ÙŠÙŽÙ‰ بْنَ زَكَرÙيَّا Ø¨ÙØ®ÙŽÙ…ْس٠كَلÙمَات٠أَنْ يَعْمَلَ بÙÙ‡Ùنَّ ÙˆÙŽÙŠÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±ÙŽ Ø¨Ù†ÙŠ إسرائيل أَنْ يَعْمَلÙوا بÙÙ‡Ùنَّ، …» ÙØ°ÙƒØ± Ø§Ù„ØØ¯ÙŠØ« إلى أن قال « وَمَثَل٠ذَلÙÙƒÙŽ كَمَثَل٠رَجÙل٠أَسَرَه٠الْعَدÙÙˆÙ‘ÙØŒ ÙَأَوْثَقÙوا يَدَه٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ عÙÙ†ÙÙ‚ÙÙ‡ÙØŒ وَقَرَّبÙوه٠لÙÙŠÙŽØ¶Ù’Ø±ÙØ¨Ùوا عÙÙ†ÙÙ‚ÙŽÙ‡ÙØŒ Ùَجَعَلَ ÙŠÙŽÙ‚ÙولÙ: هَلْ Ù„ÙŽÙƒÙمْ أَنْ Ø£ÙŽÙْدÙÙŠÙŽ Ù†ÙŽÙْسÙÙŠÙŽ Ù…ÙنْكÙمْ؟ وَجَعَلَ ÙŠÙØ¹Ù’Ø·ÙÙŠ الْقَلÙيلَ وَالْكَثÙيرَ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ Ùَدَى Ù†ÙŽÙÙ’Ø³ÙŽÙ‡ÙØŒ …»
‘Sesungguhnya Allah mewayukan kepada Yahya bin Zakaria lima kalimat, dan hendaknya dia mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil untuk mengamalkannya.’ Mana Nabi menyebutkan haditsnya sampai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dan aku memerintahkan kalian dengan bersekah, dan perumpamaan hal itu adalah seperti seorang laki-laki yang ditawan oleh musuh. Merek amengikat tangannya kelehernya. Merek amendekatnya untuk dipenggal, maka dia mulai berkata, ‘Bersediahkan kalian aku menebus diriku dari kalian?’ lalu dia membayar apaun, baik yang murah maupun yang mahal smapai dia berhasil menebus dirinya.’ (Shahih, HR. at-Turmudzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban, al-Hakim berkata, ‘Shahih diatas syarat al-Bukhari Muslim)
(328) Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ka’ab bin Ujrah,
«يَا كَعْبَ بْنَ عَجْرَةَ؛ Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽÙ„Ø§Ø©Ù Ù‚ÙØ±Ù’بَانٌ، وَالصّÙيَام٠جÙنَّةٌ، ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©Ù ØªÙØ·Ù’ÙÙØ¦Ù الْخَطÙيئَةَ كَمَا ÙŠÙØ·Ù’ÙÙØ¦Ù الْمَاء٠النَّارَ. يَا كَعْبَ بْنَ عَجْرَةَ، النَّاس٠غَادÙيَان٠ÙÙŽØ¨ÙŽØ§Ø¦ÙØ¹Ù Ù†ÙŽÙْسÙÙ‡Ù ÙÙŽÙ…ÙوبÙق٠رَقَبَتÙÙ‡Ù ÙˆÙŽÙ…ÙØ¨Ù’تَاع٠نَÙْسÙÙ‡Ù ÙÙŽÙ…ÙØ¹Ù’تÙق٠رَقَبَتÙهٻ
‘Ya Ka’b bin Ujrah, shalat adalah pendekatan kepada Allah, puasa adalah perisai memadamgkan kesalahan seperti air memadamkan api. Wahai Ka’b bin Ujrah, manusia pergi berusaha, ada yang menjual dirinya dan menjerumuskan lehernya; juga ada yang membeli dirinya, maka dia menyelamatkan lehernya. (Shahih, HR. Abu Ya’la)
(329) Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya,
«أَلاَ أَدÙلّÙÙƒÙŽ عَلَى أَبْوَاب٠الخَيْرÙ»قلت: بلى، يا رسول الله، قال «الصَّوْم٠جÙنَّةٌ، ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©Ù ØªÙØ·Ù’ÙÙØ¦Ù الخَطÙيئَةَ كَمَا ÙŠÙØ·Ù’ÙÙØ¦Ù الْمَاء٠النَّارَ »
‘Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan?’ Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Nabi i bersabda, ‘Puasa adalah perisai, sedekah adalah pemadam kesalahan seperti air memadamkan api.’ (Hasan, HR. at-Turmudzi, dan dia berkata, ‘Hasan Shahih.’)
(330) Dan kami telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Ø¥Ùنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ اسْتÙÙˆÙ’Ø¯ÙØ¹ÙŽ Ø´ÙŽÙŠÙ’Ø¦Ù‹Ø§ ØÙŽÙÙØ¸ÙŽÙ‡Ù
‘Sesungguhnya jika Allah dititipi sesuatu, niscaya dia menjaganya.’ (Shahih)
Umar bin ‘Abdil ‘Aziz j berkata,
Ø§Ù„ØµÙ‘ÙŽÙ„Ø§ÙŽØ©Ù ØªÙŽØ¨Ù’Ù„ÙØºÙÙƒÙŽ Ù†ÙØµÙ’ÙÙŽ الطَّرÙÙŠÙ’Ù‚ÙØŒ ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙ‘ÙŽÙˆÙ’Ù…Ù ÙŠÙŽØ¨Ù’Ù„ÙØºÙÙƒÙŽ بَابَ الْمَلÙÙƒÙØŒ ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙ‘ÙŽØ¯ÙŽÙ‚ÙŽØ©Ù ØªÙØ¯Ù’Ø®ÙÙ„ÙÙƒÙŽ عَلَيْهÙ
‘Shalat mengantarkanmu setengah jalan, puasa mengantarkanmu di pintu Maha Raja, dan sedekah memasukkanmu ke dalamnya.’
Yahya bin Mu’adz berkata,
مَا أَعْرÙÙÙ ØÙŽØ¨Ù‘َةً تَزÙÙ†Ù Ø¬ÙØ¨ÙŽØ§Ù„ÙŽ الدّÙنْيَا Ø¥Ùلاَّ الْØÙŽØ¨Ù‘َةَ Ù…ÙÙ†ÙŽ الصَّدَقَةÙ
‘Aku tidak mengetahui satu biji yang menandingi gunung duni kecuali satu biji dari sedekah.’
Subhanallah