SEBUAH KEPRIHATINAN, MUSIK MASUK MASJID!
Oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
https://almanhaj.or.id/4092-
Sungguh, tempat terbaik dan yang paling dicintai oleh Allâh Azza wa Jalla di bumi ini adalah masjid-masjid. Masjid merupakan tempat terkumpulnya kebaikan-kebaikan, sentral ketaatan, serta tempat berlabuhnya hati-hati kaum mukminin. Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan bangunan masjid ditinggikan guna disebutkan nama-Nya di sana dan menjadi tempat penegakan shalat. Juga agar berperan sebagai sumber ilmu dan pusat untuk memancarkan ilmu dan cahayanya. Masjid juga berguna menjadi mimbar penyebar hidayah dan kebaikan. Masjid adalah tempat yang dituju kaum Mukminin dan tempat berkumpulnya orang-orang yang bertakwa. Di situ, dijumpai orang yang sedang bertasbîh, berdzikir, berdoa, membaca Kitabullah, atau orang yang sedang ruku’ dan sujud dalam shalatnya. Mereka semua takut terhadap hari kiamat, saat itu hati dan pandangan mata terbelalak.
Di dalam masjid, hati menjadi tentram, jiwa pun tenang, kepenatan pikiran menjadi sirna, akhirnya ketenangan pun menjadi nyata. Di sana, hubungan seorang hamba dengan Rabbnya menjadi semakin kuat.
Betapa dahsyat pengaruh masjid ! Alangkah besar manfaat dan faedahnya ! Ruangan masjid sumber ketentraman pandangan kaum mukminin, ketenangan hati kaum muttaqin dan sumber keceriaan jiwa kaum muslimin.
Banyak sekali nash syar’i, baik dalam al-Qur`an maupun Sunnah, yang menunjukkan keutamaan masjid, fadhîlah (keutamaan) membangun masjid dan keutamaan memperhatikan dan memeliharanya. Jumlah dalil yang banyak tersebut mengindikasikan secara kuat akan keagungan kedudukan dan tingginya derajat masjid, serta urgensi memberikan atensi besar kepadanya, dalam segi fisik, kebersihan, dan memakmurkannya dengan segala bentuk ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .
Allah Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada Allâh dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allâh, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [at-Taubah/9:18]
Masjid, memiliki kehormatan dan kedudukan tinggi di hati kaum Mukminin. Mereka menyadari status masjid dan memperhatikan urusan-urusan penting yang terkait dengannya. Besar kecilnya, perhatian mereka terhadap urusan-urusan masjid, tergantung pada sejauh mana keimanan mereka terhadap Allâh Azza wa Jalla dan Hari Akhir. Istilah memakmurkan (menyemarakkan masjid) mencakup perhatian terhadap bangunan fisiknya, kebersihannya, menjalankan shalat dan berdzikir di dalamnya, dan amalan-amalan shaleh lainnya.
Akan tetapi, ada keprihatinan muncul pada hati banyak kaum Muslimin. Kekhawatiran ini dipicu suatu permasalahan yang kerap kali terjadi secara berulang-ulang pada zaman kita ini di dalam masjid yang merupakan rumah Allâh Azza wa Jalla. Kejadian yang menyebabkan gangguan besar bagi kaum Muslimin yang tengah melakukan shalat dan ibadah mereka. Kejadian ini, mengakibatkan hilangnya kekhusyu’an dan tawajjuh (menghadap) kepada Allâh Azza wa Jalla. Kejadian ini bersumber dari sejumlah orang yang mungkin saja mereka justru tidak ambil peduli dan menganggap masalah ini, masalah ringan, padahal sejatinya, persoalan ini benar-benar serius.
Permasalahan yang dimaksudkan disini adalah suara-suara musik melalui ringtone (nada panggilan -ed) handphone/smartphone yang terdengar berulang kali di masjid-masjid. Hampir-hampir tidak ada satu shalat pun, atau ruku’ atau sujud yang bebas dari gangguan suara musik tersebut.
Dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, bila engkau bertanya kepada seseorang, “Apakah terbayang dalam benakmu bahwa suatu hari nanti engkau akan mendengar suara musik (atau melihat permainan game -ed) di dalam masjid ?” Pastilah orang itu akan menjawab, “Itu khayalan belaka, mustahil”.
Siapakah yang akan percaya jika hal itu akan terjadi di dalam masjid-masjid ?!
Sedemikian parahkah kita, wahai umat Islam, sampai musik-musik yang mungkar itu terdengar di rumah-rumah Allâh Subhanahu wa Ta’ala ?!
Dimanakah kehormatan masjid-masjid itu ?!
Kemana kedudukan masjid yang agung di hati kita?!
Manakah usaha kita untuk menjaga dan menunaikan hak-hak para saudara kita yang sedang menjalankan ibadah shalat ?!
Dimanakah ketaqwaan dan rasa takut kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ?!
Mana bukti pengagungan kita terhadap syiar-syiar Allâh Subhanahu wa Ta’ala , apabila keadaan kita seperti ini saat menghadapai perkara buruk yang terulang ?!
Padahal, siapapun yang membawa handphone/smartphone, ia bisa dengan mudah mematikannya tatkala akan memasuki masjid-masjid, atau menyettingnya silent !. Namun, kebanyakan manusia tidak mau peduli, tidak memandang persoalan ini sebagaimana mestinya, sehingga terjadilah apa yang telah terjadi. Kaum Muslimin yang sedang shalat terus-menerus mendengar musik saat mereka sujud, ruku’ atau saat berdo’a, saat bertasbih. Saat ada yang bertasbih dan berdzikir (mengingat) Allâh Azza wa Jalla , tiba-tiba suara gaduh ringtone terdengar dari sana sini dalam masjid.
Wahai pemilik handphone/smartphone, ingatlah Masjid memiliki kesucian.Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allâh, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [al-Hajj/22:32]
Orang-orang yang sedang menunaikan shalat harus dihormati dan mereka juga memiliki hak. Jika membaca al-Qur`ân dengan suara tinggi yang mengganggu saudaramu, terlarang di dalam masjid, sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, beliau berkata:
اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ، فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُون بِالْقِرَاءَةِ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ لَهُ، فَكَشَفَ السُّتُورَ، وَقَالَ: «إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعَنَّ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ» ، أَوْ قَالَ: «فِي الصَّلَاةِ»
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di masjid lalu mendengar orang-orang mengeraskan bacaan al-Qur`an dalam keadaan beliau di kemahnya. Lalu beliau menyingkap tirai dan bersabda, “Ketahuilah kalian semuanya sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka jangan sebagian kalian mengganggu sebagian yang lainnya ! Janganlah sebagian dari kalian mengeraskan suara atas yang lainnya dalam membaca al-Qur`an – atau menyatakan:- dalam shalat. [HR Ahmad no. 11896 dan Abu dawud no. 1332 dan dishahihkan al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi’, no. 2639]
Lalu, bagaimana dengan suara-suara jelek seperti ini ?! (Tentu lebih terlarang lagi-red).
Sungguh, masalah ini sangat menyedihkan ! Kondisi ini juga menunjukkan lemahnya iman, kurangnya agama dan lemahnya rasa hormat serta rendahnya keinginan menjaga kesucian rumah-rumah Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Mestinya, orang yang dimuliakan oleh Allâh Azza wa Jalla dengan dikarunia handphone/smartphone tersebut menyadari bahwa itu anugerah dari-Nya, sehingga dia bisa bersyukur kepada Allâh atas nikmat ini. Nikmat Allâh, yang dengannya, dia bisa dan mudah berkomunikasi dengan keluarga, kerabat dan anak-anaknya serta bisa juga untuk kebutuhan mereka. Seharusnya, dia menggunakan handphone/smartphone tersebut dalam koridor taat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Diantara realisasi penggunaannya dalam ketaatan adalah menjauhkannya dari konten-konten kemungkaran, misalnya musik.
Musik yang ada dalam handphone/smartphone diharamkan dalam segala hal. Sehingga, seharusnya ia memilih untuk handphone /smartphone suara-suara yang non-musik. Hukum ini akan lebih berat dan lebih berbahaya lagi ketika suara mungkar tersebut tedengar di dalam rumah Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Rumah Allâh harus dihormati dan memiliki kesucian.
Apabila orang yang mencari-cari barangnya yang hilang di masjid , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam nyatakan :
لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ ضَالَّتَكَ
Semoga Allâh tidak mengembalikan barangmu.
Lalu, bagaimana dengan kemungkaran besar dan jelek ini ?! Jika pun seandainya, suara ringtone (nada penggilan -ed) adalah doa, maka sesungguhnya doa-doa tersebut juga akan menggangu orang-orang shalat. Terkadang kita dapati diri kita, saat ingin membaca, bacaan kita sering salah atau saat membaca do’a, do’a kita sering salah, karena suara-suara tersebut.
Maka hendaklah, kehormatan rumah-rumah Allâh Subhanahu wa Ta’ala itu dijaga dan memperhatikan kehormatan orang yang sedang shalat.
Hendaknya pemilik handphone/smartphone mengingat nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang dikaruniakan kepadanya dan jangan menjadikannya alat menganggu saudaranya yang sedang shalat.
Hendaklah kita bertaqwa kepada Allâh dan hati-hati dari semua yang menyebabkan kemarahan dan siksa Allâh Subhanahu wa Ta’ala!
Wajib bagi setiap kita untuk bertaqwa kepada Allâh dalam urusan-urusan terkait masjid-masjid tersebut. Meski sekedar masuk masjid, sesaat setelah memasuki pintu masjid dan membaca do’a :
بِسْمِ اللهِ وِالصَّلَاةُ و السَّلاَمُ عَلَی رَسُوْ لِ اللهِ أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Dengan menyebut nama Allâh dan sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasûlullâh, Aku berlindung kepada Allâh yang maha Agung dan dengan wajah-Nya yang maha mulia serta kekuasaannya yang kekal dari syaithan yang terkutuk
Setelah itu, dia mematikan handphone/smartphone dan masuk masjid dengan penuh penghormatan dan jangan jadikan suara-suara mungkar ini ada di rumah-rumah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, meskipun sedikit.
Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allâh niscaya Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bertaqwalah pada diri anda, saudara-saudaramu yang sedang shalat dan amalan ini tidak akan membuatmu kehilangan satu maslahatpun selama kamu melakukannya dalam rangka taat kepada Allâh dan menjaga kesucian masjid serta menjaga hak-hak saudaramu yang shalat.
( Diterjemahkan dari Alamun Fil Qhulûb, salah satu judul dalam kitab Ta’zhîmus Sunnah, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrazaq, hlm. 120-124 )
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, ©almanhaj//مجانا/Free/