Selasa 25 Februari 2020 pas saya di Jakarta, melihat sisa2 banjir 24 Februari.
Dari sisi politik orang rame membicarakan “salahkah Anies Baswedan?”
Cukup menarik memang mendengarkan komentar publik yg beragam. Sampai kita banyak istighfar dan bertasbih.
Pro kontra dalam alam demokrasi memang biasa, namun terkadang miris karena tidak mencerminkan akhlak mulia dan ukhuwah islamiyyah.
Sebagian orang muslim menunjukkan ashobiyyah yang berlebihan dan meninggalkan akhlak ahlussunnah. Bahkan tidak jarang kebablasan dalam penyakit liberalisne dan terpapar Islamophobia.
Ketidak sukanya dengan Anis Baswedan walaupun mendapatkan 40 penghargaan sampai mengatakan:
“Banjir ini karena milih pemimpin yg diusung oleh isu sara”
“Ini pemimpin hasil politisasi ayat dan mayat”
“Ini pemimpin hasil yang penting bukan ahok, seandainya lawan ahok sandal jepit pasti yang menang sandal jepit”
” Makanya jangan buang sampah sembarangan, dan jangan pilih pemimpin sembarangan”.
Itu sebagian komentar yang mewarnai paska banjir.
Perlu diketahui bahwa sebelum Anies Bawedan menjadi calon gunernur yang ditetapkan sudah banyak yang memainkan isu sara dengan mengatakan misalnya “pemimpin kafir yang adil lebih baik dari pada pemimpin muslim yang zalim”. Sungguh suatu ungkapan yang menyakitkan umat Islam di negeri yang mayoritas muslim ini.
Walhasil kembali ke soal banjir..
Menurut saya harusnya sekarang ini ada dua pekerjaan besar untuk mengatasi dampak banjir ini:
1. Menolong korban banjir. Dimana jumlah pengungsi sampai 15 ribu orang
2. Menuntaskan agenda yang telah ditetapkan pemprov dan pemerintah pusat dalam mengatasi dan mengantisipasi banjir ini.
3. Melakukan kordinasi yang lebih baik lagi antara pusat dan pemprov DKI sebab di jakarta ada 13 sungai, dan sungai yg melintasi 2 propinsi ada kewajiban pemerintah pusat di sana.
4. Melakukan riset yang lebih mendalam lagi soal “peta air Jakarta” Sebab saluran air tidak mencukupi, daerah resapan tidak mencukupi, banyak permukaan tanah jadi aspal atau beton, aliran sungai ada yang dibelokkan (zaman belanda), gorong-gorong kurang besar dlsb.
5. Studi banding ke kota2 di dunia yang sdh sukses mengolah air.
Ini pekerjaan serius dan membutuhkan waktu yang cukup.
26 feb 20