Namaku Atha’ bin Abi Rabah. Aku pernah menjadi budak Habsyah, salah seorang wanita penduduk Mekah. Namun, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengangkat derajatku dengan ilmu.
Aku mengambil ilmu dari para sahabat Nabi. Abu Hurairah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubeir dan sahabat-sahabat lain yang mulia ridhwanullah ‘alaihim.
Puanku Habsyah memperhatikanku, bahwa aku semangat sekali menggali ilmu, lantas demi taqarrub kepada Allah, puanku memerdekakanku. Sejak saat itu aku membiasakan diri berdekatan dengan Baitul Haram sebagai tempatku bermalam, sebagai tempatku memperdalam ilmu, shalat, dan bertaqarrub kepada Allah, hal itu aku lakukan di Baitul Haram kurang lebih selama 20 tahun.
Pernah pada suatu ketika aku ingin menemui Hisyam bin Abdul Malik. Dalam perjalanan di suatu daerah bernama Damsyik, aku bertemu Utsman bin Atha’ Al-Khurasani. Ternyata dia juga ingin pergi ke istana Hisyam bin Abdul Malik.
Aku memakai himar hitam. Bajuku amat lusuh dan jubahku telah usang, penutup kepalaku yang juga usang tak lupa aku kenakan. Sungguh, sepanjang hayatku, aku hanya mengenakan baju tak lebih dari 5 dirham.
Sementara Utsman bin Atha’ Al-Khurasani tertawa geli melihatku.
Di dekat istana Hisyam, aku turun dari himarku, dan Utsman bin Atha’ turun dari bighalnya.
Aku memberikan beberapa nasihat kepada Hisyam bin Atha’ Al-Khurasani sebagai upayaku menyampaikan kebenaran kepada pemimpin.
Diakhir nasihat aku berkata kepadanya, aku tidak sungkan untuk mengatakan kebenaran kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, bertaqwalah kepada Allah! Ketahuilah bahwa engkau diciptakan seorang diri, engkau pun akan mati seorang diri, di kumpulkan di makhsyar seorang diri, dihisab seorang diri, dan demi Allah engkau tidak melihat siapapun!”
Hisyam lalu menundukkan kepalanya sambil menangis.
Setelah selesai menyampaikan sesuatu kepada Amirul Mukminin, saat melewati pintu istananya, aku dihampiri oleh seseorang yang sedari tadi membututiku. Ia sambil membawa bejana yang tidak aku ketahui isinya.
“Sesungguhnya Amirul Mukminin menyuruhku untuk menyerahkan ini kepada Anda!”
“Tidak! Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (QS. Asy-Syu’ara: 109)
“Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar !Merdeka !, Merdeka !, Merdeka!.
- Merdeka hakiki adalah merdeka hati dari ilah, tuhan tuhan selain Allah (syirik, kufur, fasik belum merdeka).
- Merdeka dari tipudaya dunia (serakah, bakhil belum merdeka).
- Merdeka dari nafsu (pezina, pemabuk, pejudi, pemarah belum merdeka).
- Merdeka dari keakuan diri (sombong, hasud, riya belum merdeka).
- Merdeka dari kebodohon (malas belajar, malas ngaji, belum merdeka).
- Merdeka dari syetan (percaya dukun, zimat, sesajen, ramalan, malas ibadah belum merdeka).
- Merdeka dari sifat zholim (pencuri, koruptor, hianat, penipu durhaka belum merdeka).
- Merdeka dari kezholiman (para pemimpin yg hianat, ingkar janji dan berani langgar sumpah, para penjajah maka rakyatnya belum merdeka).*
- Merdeka dari penindasan, pendiktean, dan eksploitasi oleh negara2 kafir. (Negara yg dikeruk kekayaannya oleh asing, ddiatur dan diperintah perintah oleh asing belum merdeka)
“Barang siapa yang Allah selamatkan dari siksa Neraka Jahanam, dan Allah masukkan ke dalam SyurgaNya di Akhirat kelak itulah hamba Allah yang merdeka !” (QS Ali Imron 185).
Save NKRI.