KEKAYAAN SEORANG MUKMIN (bag.2)

Oleh: ABDUL AZIZ, SKM.

SUMBER-SUMBER KEKAYAAN SEORANG MUKMIN

Sumber-sumber kekayaan seorang mukmin tidak berasal dari materi, tetapi bersumber dari keimanannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh ketaatan adalah kekayaan orang beriman. Diantara sumber-sumber kekayaan seorang mukmin adalah :

  1. SABAR
    sabarSabar adalah kekayaan terbesar yang dimiliki oleh seorang mukmin. Sabar adalah saudara bagi seorang mukmin. Kapanpun dan dimanapun, seorang mukmin akan senantiasa bersamanya karena ia membutuhkannya. Ketika melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menjalani takdir-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (al Anfal : 46). Orang yang bersabar akan mendapatkan banyak keberuntungan yang hakiki dalam kehidupan dunia dan akhirat karena kebersamaan Allah subhanahu wa ta’ala. Dia akan senantiasa bersama dengan orang yang sabar, mengawasinya, melindunginya dan menjaganya dari segala keburukan dunia dan akhirat. Orang yang sabar akan menjadi orang yang paling kaya, karena ia memiliki Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat Yang Memiliki alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, Umar bin Abdulaziz pernah berkata :

ما أنعم الله على عبد نعمة فانتزعها منه فعاضه مكانها الصبر إلا كان ما عوضه خيراً مما انتزعه

Tidaklah Allah subhanahu wa ta’ala memberikan nikmat kepada seorang hamba, lantas Ia mencabutnya dan menggantinya dengan kesabaran, kecuali gantinya (kesabaran) itu lebih baik dari yang dicabut oleh-Nya” (Tazkiyatun Nufus Bab Sabar)

  1. SHALAT
    Ilustrasi gerakan sholat ; Ilustrasi sholat : takbir , ruku', sujud, ; Fahmi sholat ; berdoa, tahiyatShalat adalah sumber kekayaan seorang mukmin jika ia dilaksanakan dengan baik dan benar. Hal ini sebagaimana sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas :

وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Dan dijadikan penyejuk mataku ada dalam shalat (an Nasai). Dalam syarah sunan an Nasai disebutkan : Ini adalah isyarat bahwa kecintaan yang dimaksud tidak seperti yang ada dibenak kita, yaitu munajat sempurna terhadap Rabb alam semesta. Akan tetapi, kecintaan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendorongnya untuk senantiasa munajat hingga akhirnya menjadi sejuk matanya, tidak ada penyejuk mata yang lain selainnya.

Ini berarti tidak ada yang lebih dicintai bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selain daripada shalat. Oleh karena itu, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik ibadahnya karena kecintaannya jika dibandingkan dengan yang lainnya. Hal itu nampak dari pengakuan tiga orang yang datang ke salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa mereka menganggap apa yang telah mereka lakukan tidak sebanding dengan yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal dosa-dosa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah lalu dan akan datang telah diampuni. Akhirnya salah seorang dari mereka berjanji untuk qiyamullail sepanjang malam, yang lain berjanji untuk puasa sepanjang waktu, dan terakhir tidak akan menikah, namun kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingkari niat mereka.

Shalat yang paling banyak diperhatikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentunya adalah shalat lima waktu, karena hukumnya yang wajib. Sedangkan diantara shalat sunnah yang banyak beliau perhatikan adalah :

Shalat sunnah fajar. Hal ini sebagaimana diberitakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عن عائشة رَضِيَ اللهُ عَنها، قالت : لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – عَلَى شَيْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أشَدَّ تَعَاهُدَاً مِنهُ عَلَى رَكْعَتَي الفَجْرِ

Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam benar-benar memperhatikan sesuatu dari shalat nawafil melebihi perhatian Beliau kepada 2 rakaat fajar“(Muttafaq ‘alaih). Demikian juga halnya dengan sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang juga diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha :

( رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدنْيَا وَمَا فِيهَا ) رواه مُسلِمٌ . وفي رواية : ( لَهُمَا أحَبُّ إليَّ مِنَ الدنْيَا جَمِيعاً )

Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia beserta isinya” (Muslim). Dalam riwayat yang lain : “Sungguh keduanya (dua rakaat fajar) lebih aku cintai dari seisi dunia“. Hadis ini menunjukkan jika dua rakaat fajar lebih baik dari dunia beserta isinya. Kalau seorang muslim mengerjakannya setiap harinya, maka ia mendapatkan kebaikan yang lebih baik dari dunia beserta isinya di setiap harinya juga.

Shalat witir. Ini adalah shalat sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini tercermin dari sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha :

أوصاني خليلي صلى الله عليه و سلم بثلاث لا أدعهن في سفر ولا حضر ركعتي الضحى وصوم ثلاثة أيام من الشهر وأن لا أنام إلا على وتر   قال الشيخ الألباني : صحيح دون قوله في سفر ولا حضر

Kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam telah berwasiat kepadaku dengan tiga hal, agar aku tidak meninggalkannya ketika dalam perjalanan atau mukim, (yaitu) dua rakaat dhuha, puasa tiga hari setiap bulan, dan tidak tidur kecuali setelah melakukan witir (Abu Daud). Syaikh al Albani berkata : (hadis ini) shohih tanpa ucapan ketika dalam perjalanan atau mukim. Ini menunjukkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mendirikan shalat witir.

Karena betapa pentingnya witir, hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan untuk mengerjakannya sebelum tidur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anha :

أَوْصَانِى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan kepadaku untuk (shalat) witir sebelum tidur“ (Bukhori).

  1. TILAWATUL QUR’AN
    QuranAl Qur’an adalah rahmat Allah subhanahu wa ta’ala kepada manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (al Israa : 82). Al Qur’an juga merupakan obat dari dua penyakit hati, yaitu syubhat dan syahwat. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Yunus ayat 57 : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada”.

Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk banyak membacanya, sebagaimana firman-Nya dalam surat Fathir ayat 29-30 : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang membaca Kitabullah, mendirikan shalat dan bersedekah adalah orang-orang yang mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi. Dan ini semua akan dirasakan orang yang beriman pada kehidupan akhir. Dan kalau Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak, maka Ia akan memberikan juga dalam kehidupan dunia.

Utsman bin Affan berkata memberikan nasihat kepada kita semua : “Kalau sekiranya hati-hati kalian bersih, niscaya kalian tidak akan pernah kenyang dengan firman-firman Rabb kalian“. Karena dengan membacanya hati kita tenang dan segala penyakit yang ada di dalam hati kita akan terobati.

  1. DZIKIR
    Urgensi dzikir adalah sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah : “Dzikir bagi hati ibarat air bagi ikan, maka bagaimana keadaan ikan jika dikeluarkan dari air?“.

Dzikir yang dilakukan seorang mukmin akan menguatkan hati dan ruh, jika ia tidak ada maka akan seperti jasad yang kehilangan kekuatannya. Dzikir juga akan mengusir setan, menundukkannya, mengalahkannya, dan mendatangkan ridho Ar Rahman. Dzikir juga akan menghilangkan duka di hati, mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan, menerangi hati dan wajah, memakaikan pakaian kewibawaan, mewariskan kecintaan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat ar Rad ayat 28 :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Inilah kekayaan sebenarnya, yaitu ketenangan hati bukan kekayaan harta sebagaimana dijelaskan diatas.

Berkenaan dengan hal ini, dikisahkan dalam kitab Fathul Bari dan Shohih Muslim bahwa Fathimah radhiyallahu ‘anha pernah menyampaikan keluhannya kepada suaminya, Ali radhiyallahu ‘anha, perihal kesulitan hidup yang dialaminya. Maka Ali radhiyallahu ‘anha berkata kepada istrinya : “Bapakmu telah datang dengan membawa tawanan, pergilah menemuinya dan mintalah seorang untuk dijadikan sebagai pelayan”. Akan tetapi, perasaan malu Fathimah radhiyallahu ‘anha menghalanginya untuk meminta kepada bapaknya. Maka pergilah Ali radhiyallahu ‘anha menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta seorang pelayan yang membantu urusan keseharian mereka. Akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa memenuhi permintaan orang yang sangat ia cintai dan melupakan orang fakir yang lain. Akhirnya datanglah Rusulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemui mereka dan berkata : “Maukah kalian berdua aku ajarkan sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta? Jika kalian beranjak menuju tempat tidur kalian, ber-tasbih-lah 33 kali, kemudian ber-tahmid-lah 33 kali dan ber-takbir-lah 33 kali, itu semua lebih baik dari seorang pelayan”. Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pergi meninggalkan mereka berdua, setelah sebelumnya mengajarkan dzikir yang dapat melupakan kelelahan dan menghilangkan kesulitan. Dan Ali radhiyallahu ‘anha senantiasa mengulang-ulang kalimat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dan berkata : “Demi Allah, aku tidak pernah meninggalkannya (mengucapkannya) semenjak Beliau mengajarkannya kepadaku“.

Inilah kekayaan sesungguhnya seorang mukmin. Ketika ia mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, menyebut nama-nama-Nya, mencintai-Nya, mengerjakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, akan mendatangkan ridho dan cinta-Nya. Maka jika cinta dan ridho-Nya telah dimiliki seorang mukmin, maka ia telah memiliki kekayaan yang sebenarnya, karena milik Allah subhanahu wa ta’ala saja alam semesta beserta isinya.

Seluruh ketaatan adalah kekayaan orang mukmin. Apa yang disebutkan diatas hanyalah sebagiannya. Jika ketaatan senantiasa dilakukan seorang mukmin, maka imannya akan bertambah, sehingga akan bertambah pula kekayaan hatinya karena imannya. Wallahua’alam bis shawaab!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *