MENYATUKAN RUKYAT & HISAB “MUHAMMAD NU”

Astrofotografi 7

BINAMASYARAKAT.COM – Jum’at, 11 Sepetember 2015 kami berempat Imbang, Abu Sholih, Sulaiman, & Fahreza perwakilan dari Yayasan Bina al-Mujtama’ mendapat kesempatan untuk menghadiri seminar Astrofotografi di Gedung Ir. Suyono lantai 2 Universitas Brawijaya Malang. Harapannya, Astrofotografi hadir sebagai jembatan untuk menyatukan umat islam dalam menentukan kalender khususnya di Indonesia.

Pada acara tersebut diisi oleh 4 narasumber :

  1. Astrofotografi 11Ir. Agus Mustofa (inisiator Astrofotografi Indonesia)
  2. AR Sugeng Riyadi (Kepala Observatorium CASA)
  3. Prof. Dr. Tono Saksono (Tim Ahli Falakiyah Majlis Tarjih PP Muhammadiyah)
  4. Hendro Setyanto, M.Si (Kepala Stasiun Astronomi “Imah No-ong”/ Kepala Litbang Lajnah Falakiyah PBNU)

Dalam pembukaan seminar, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. selaku Rektor UB sangat mengapresiasi inisiatif dari bapak Agus Mustofa dalam mencari solusi jalan tengah untuk menyatukan umat islam dalam penentuan kalender hijriyah. Sehingga muncul istilah “Muhammad NU”.

Satu persatu nara sumber menjelaskan berbagai persoalan yang sedang kita hadapi bersama. Garis besar tehnik Astrofotografi, adalah menggabungkan antara hisab & rukyat -dengan menggunakan alat yang canggih- sehingga bisa memulai proses rukyat di siang hari.

Astrofotografi 10Namun akhirnya muncul pertanyaan; “secara syar’i, bagaimana hukum merukyat di siang hari..?; seandainya kalender bisa disatukan dalam hitungan yang sama, bagaimana jika nantinya keadaan di lapangan berbeda.. ada yang puasa ramadhan sesuai kalender tgl. 1 & ada yg puasa ‘di tgl. 2’.. bagaimana hari rayanya? Karena ini yang menunjukkan syiar islam, apakah bisa pihak yang satu menunda hari rayanya esok hari..?

Kesimpulan yang dapat menyatukan umat islam ada beberapa opsi menurut Bpk. Agus Mustofa:

  1. Mendefinisikan hilal adalah bulan baru setelah konjungsi/ ijtimak (3 benda langit dalam kondisi segaris ‘bumi – bulan – matahari’). Sehingga bulan baru ditandai oleh peristiwa ijtimak & hari baru ditandai oleh datangnya maghrib.
  2. Kembali ke zaman Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam, yaitu sepenuhnya menggunakan mata telanjang, disandarkan pada sumpah seorang saksi & otoritas pemerintah.

Kemudian Pak AR Sugeng Riyadi juga menegaskan, bahwa teknologi yang juga harus dimiliki adalah teknologi ‘Legowo’ (ikhlas).

Astrofotografi 9

Astrofotografi 4

Setelah acara selesai, agenda berikutnya adalah mempelajari tehnik pemotretan angkasa sampai fajar shodiq.

Latihan Observasi 1

Latihan Observasi 2

Latihan Observasi 3

Latihan Observasi 4

Latihan Observasi 5

Latihan Observasi 6

Latihan Observasi 7

Yang disayangkan, rencana semula pemotretan akan dibimbing langsung oleh Pak AR Sugeng Riyadi, karena kendala saking banyaknya wisatawan yang berhamburan di Penanjakan, akhirnya beliau hanya sampai di Bukit Cinta. Namun demikian belajar dari pengalaman sendiri tidak kalah menariknya.

Setelah fajar pun tiba, kami shalat subuh bergantian. Ironisnya, dari sekian banyak pengunjung hanya beberapa orang saja yang peduli dengan shalat, lainnya hanya sibuk dengan keindahan alam yang fana. [iM]

Mount Bromo, Tengger, East Java Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *