YBM untuk kemanusiaan, 8 Juni 2015 berangkat menuju ke pengungsian korban Rohingya. Kami Imbang & Abu Hasan berangkat dari kantor YBM malang menuju Juanda lalu take off pada pukul 06.10 pagi, sedangkan Ustadz Abu Hamzah Hafidhohullah, berangkat langsung dari Jakarta usai mengisi pengajian di berbagai tempat di Jawa Barat.
Seharusnya pesawat dari Juanda Surabaya landing di Kuala Namu jam 09.00 & yang dari Jakarta landing pada jam 09.20, akan tetapi qoddarallah malah sebaliknya, Ustadz Abu Hamzah datang terlebih dulu. Alhamdulillah akhirnya kita bertemu dengan beliau di bandara Kuala Namu Medan.
Kita dijemput dengan saudara kita Abu Fathimah yang senantiasa setia menemani kita ketika keliling di Pulau Sumatera. Karena berangkat tadi perut kondisi kosong, kita mampir di warung dekat bandara untuk sarapan. Setelah itu, kita langsung meluncur ke Langsa, ditengah perjalanan kita ganti mobil, karena yang tadi ternyata mobil sewa.
Selanjutnya mobil dikemudikan oleh akhi Rudi si pemilik mobil. Karena waktu dhuhur sudah masuk, Ustadz Abu Hamzah napak tilas di Masjid Agung Binjai yang mana 5 tahun yang lalu beliau pernah ceramah dalam safari dakwah Sumatera untuk menerangkan seputar fajar shadiq.
Jam 17.00 kita tiba di kediaman Bapak Solihin di Kota Langsa. Meski dalam kondisi sakit karena habis kecelakaan, beliau mempunyai kepedulian & semangat kemanusiaan yang tinggi, & insyaAlloh beliau yang akan mengantar kita menuju pengungsian Rohingya.
—–
Misi kita, memberi bantuan dana, yang kedua untuk satu tahun lagi bantuan rohani akan tetapi terkendala dalam bahasa.
Tujuan pertama, kita datang ke pengungsian di Langsa, kita bertemu dengan ketua Kamp yaitu Bapak Khoirul Basyar (20th) yang mana keluarganya meninggal semua.
Kemudian kita juga bertemu dengan Ustadz Badrudin Ayyub dari Banglades, beliau sudah pernah kemana-mana tetapi beliau mengatakan tidak ada yang sebaik indonesia.
Mereka di Langsa dibikinkan rumah dari kayu, sedangkan orang-orang Bangladesh akan dipulangkan, kemudian pengungsi yang ada di Bayeun akan dijadikan satu dengan pengungsi yang ada di Langsa kalau rumahnya sudah selesai dibangun.
——
Pengungsian ke dua, Bayeun Aceh Timur 15 km dari rumah Bapak Solihin.
Di Kamp Pengungsian ini ada terdapat 409 orang Myanmar, 52 orang Bangladesh di antaranya ada dua orang Budha dan sudah dipulangkan. Penampungan disini adalah termasuk yang paling tertib dalam pengurusannya, di tempat lain banyak sekali penyelewengan – penyelewengan, ada preman – preman logistik yang mengambil hak – hak para korban & malah ada pula pengungsi yang berani menjual barang – barang bantuan dari Negara Qatar dll.
Untuk melanjutkan Perjalanan ke dua tempat yaitu Lhoksokun dan Lhoksumawe di Aceh Utara,  “kalau malam jangan dulu nginap aja di rumahâ€, tutur pak Solihin yang dalam kondisi ngedrop, karena saking gembiranya menerima kedatangan kita, beliau sampe lupa jadwal makan sore.
Malam hari, qoddarallah wa masyaa-a fa’ala Bapak Solihin Opname karena gula darah dan tensinya meningkat. Pagi hari selesai sarapan kita langsung menjenguk beliau dan melanjutkan perjalanan ke Lhoksokun.
Untuk memudahkan administrasi dll. Kita menjemput teman dari Hilal Ahmar di Bayeun. Sebut saja RA & satu lagi temannya, karena mereka jenuh kita ajak semuanya meski sedikit sesak di mobil, di sepanjang jalan dia menceritakan seluk beluk di pengungsian.
Ironis, bisa dibilang disemua tempat ada berbagai kedholiman terkait dengan bantuan yg masuk.
Untuk makanan para pengungsi saja kurang diperhatikan, setiap hari diberi makan telor ayam terus menerus.
Yang kurang saat ini adalah bantuan kerohanian, ungkap RA dengan wajah kecewa.
Setelah lama ngobrol, ternyata mereka belum sarapan, karena mereka sibuk menyiapkan makan bagi pengungsi sampai belum sempat makan untuk mereka sendiri. Lalu kita mampirkan ke warung sambil menikmati kopi Aceh.
Dari sini Tim YBM mengambil pelajaran, bagaimana cara menyalurkan yang efektif dan kita sudah tepat dalam langkah kerohanian dengan memberikan buku – buku yang insyaAllah bermanfaat bagi pemerintah dan panitia serta para pengungsi.
Sekitar jam 10.00 siang kita sampai di tempat pengungsian di pesisir pantai Lhoksukon Aceh Utara.
Disana kita bertemu dengan ketua rombongan Rohingya Muhammad Husein, remaja berusia 20 tahun yang terpisah dengan keluarganya, dia bisa komunikasi dengan kita menggunakan bahasa Melayu, karena dulu pernah belajar di Malaysia. Dia ceritakan panjang kali lebar betapa pilu apa yang mereka alami mulai dari Burma, sampai ke Indonesia ini. Mereka terombang ambing di lautan sampai 6 bulan dengan resiko kelaparan, kehausan, & kematian. Mereka sebenarnya bertujuan ke Malaysia, tetapi tidak tahunya terdampar di Thailand, tentunya mereka dicurigai dan sebagainya, lalu akhirnya mereka diberi makan bubur & air minum yang sangat minim bahkan air tersebut dicampur dengan air laut, bisa kita bayangkan, air laut malah akan membuatnya tambah haus. Semua ceritanya kita rekam dan live radio al-Umm by phone ekseklusif dari Lhoksukun Aceh Utara.
Perlu diketahui juga, di sini ada 3 orang laki-laki & 1 perempuan penghafal al-Qur’an, akan tetapi yang hafidhoh dalam kondisi sakit & sudah 2 tahun ini tidak bisa membaca al-Qur’an karena kondisi yg mereka alami.
Bersambung…..