Makalah ini telah diterbitkan oleh Koran Malang Post pada rubrik Religi Edisi Jum’at, 12 Desember 2014
Oleh: Agus Hasan Bashori Al-Sanuwi
(Penasehat MIUMI dan Anggota Dewan Pakar ICMI Malang Raya)
Dakwah Islam untuk Jin dan Manusia
Islam adalah risalah untuk makhluk yang bernama manusia bahkan juga jin, tanpa mengenal sekat ruang dan waktu, jenis dan suku, untuk siapa saja, dimana dan kapan saja.
Dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam berbeda dengan dakwah nabi-nabi terdahulu yang terbatas pada kawasan tertentu, umat tertentu dan batas waktu tertentu. Universalitas Islam dapat kita jumpai dalam banyak ayat Al-Qur`an seperti al-Furqan: 1; Saba’: 28. al-A’ raf: 158; al-an’am: 19;Ali Imran: 20 dan lain-lain. Juga dalam al-Hadits seperti dalam Shahih Bukhori (Fath al-Bari I/346, tentang lima keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam) dan hadits Muslim yang artinya: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat (manusia) ini, Yahudi ataupun Nashrani yang mendengar tentang aku kemudian dia mati dan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa, melainkan dia termasuk penghuni Neraka“.(Muslim, Kitab Iman 240)
Dakwah Islam di Era Globalisasi (‘Awlamah)
Globalisasi dalam pandangan orang adalah peruntuhan batas dan jarak antara bangsa-bangsa, antara negara dan negara, antara budaya yang satu dengan budaya yang lain. Dengan demikian manusia akan berhubungan secara dekat dalam apa yang disebut dengan budaya global, pasar global, dan famili global. Pada waktu itu dunia bagaikan desa buana (qaryah kauniyah, global village) ataupun desa kecil (qaryah shagirah, small village).
Mendekati abad 21 ada tiga bidang IPTEK yang menonjol perkembangannya, yaitu elektronika, bioteknologi dan material. perkembangan elektronika diikuti dengan perkembangan telekomunikasi dan komputer yang menggunakan banyak komponen-komponen elektronika. Teknologi informasi dibangun dengan teknologi merupakan infrastruktur global yang luar biasa dahsyatnya.
Telekomunikasi adalah sarana untuk mengadakan hubungan dengan pihak yang berada jauh di tempat lain. Dengan kemajuan teknologi ini hubungan dapat dilaksanakan dengan sangat mudah, cepat dan murah. Dunia terasa dekat, satu kejadian disuatu titik belahan bumi lain, beberapa detik kemudian dan bahkan pada saat itu juga dapat diketahui bahkan dapat diliput ditempat lain, ambil sebagai contoh tragedi WTC, aksi dan reaksinya.
Dengan dibantu oleh jaringan telekomunikasi, informasi dapat diolah oleh komputer dan bahkan hand phone dari jarak yang sangat jauh sekalipun. Informasi menjadi sumber daya yang sangat penting, bahkan lebih penting dari modal uang dan modal fisik lainya. Sehingga abad 21 disebut juga abad teknologi informasi.
Dalam era globalisasi dengan teknologi komunikasi yang canggih, arus informasi akan melintas batas negara, tanpa dapat dihambat oleh kekuasaan fisik.
Karakteristik Umum Era Informasi
Menurut satu teori, dunia kita ini telah diterpa dua gelombang peradaban: Agrikultural dan industri. Kini, kita berhadapan dengan gelombang peradaban ketiga: perdaban pasca industri yaitu informasi dan teknetronik.
Era informasi ini dikelilingi oleh lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Hal ini kita prediksi sebagai berikut,
Ekonosfer: Berbeda dengan masyarakat agrikultural yang mengukur kekayaan dengan pemilikan sumber daya alam, berbeda dengan masyarakat industrial yang meletakkan kekayaan pada pemilikan alat produksi, masyarakat informasi menjadikan informasi sebagai kekayaan utama. Yang paling menentukan dalam masyarakat adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi.
Teknosfer: Bila masyarakat agrikultural bertumpu pada teknologi kecil dan dan masyarakat industrial menggunakan teknologi besar, maka masyarakat informasi menggunkan teknologi elektronika. Komputer mengambil alih berbagai profesi pada zaman ini. Lebih dari 60% pekerjaan bergerak pada bidang jasa informasi.
Infosfer: Penggunaan teknologi elektronik telah mengubah lingkungan informasi dari lingkungan lokal (zamam agrikultural) dan nasional (Industrial), ke lingkungan global. Pada masa era informasi lewat komunikasi satelit dan komputer orang memasuki lingkungan informasi dunia. Komputer bukan saja sanggup menyimpan informasi dari seluruh dunia, tetapi juga sanggup mengolahnya dan menghasilkannya secara lisan ataupun tulisan bahkan juga visual (grafis). Disampng itu media massa yang semula satu arah berubah menjadi media interaktif.
Sosiosfer. Peranan media elektronika yang demikian besar akan menggeser agen-agen sosialisasi yang tradisional: orang tua, guru, ulama, pemerintah dan sebagainya. Komputer dapat menjadi teman bermain, orang tua yang akrab, ulama yang memberi ilmu, nasihat, dan juga sewaktu-waktu menjadi mufti. Dengan demikian akan tercipata keluarga besar yang dinasabkan secara elektronis.
Dampak Era Globalisasi Pada Umat Islam
Pengalaman sekarang menunjukkan bahwa arus informasi global hampir seluruhnya tidak seimbang. Lebih banyak informasi datang dari budaya Barat (Penjajah/pemenang Perang Dunia II) ke budaya Islam daripada sebaliknya. Akibatnya adalah terjadinya imperialisme budaya, penggilasan budaya-budaya lain. Jadi globalisasi adalah informasi westernisasi atau Amerikanisasi. Dan kemenangan peradaban Barat berarti runtuhnya peradaban Islam.
Disamping itu, teknologi informasi sangat mahal, tidak semua orang dapat memilikinya. Ini berarti informasi akan terpusat pada para pemilik modal. Dan ironisnya para penguasa dan pengusaha di negara-negara Islam umumnya adalah orang-orang sekuler (terbaratkan). Ini berarti suara kebatilan sangat kuat, berbicara dimana-mana tanpa henti.
Kewajiban Kita Yang Tertinggal
Sebenarnya globalisasi, budaya global dan famili global adalah konsep islam dan prinsip tauhid. Allah ta’ala berfirman:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya manusia itu merupakan umat yang satu” (QS. al-Baqarah: 213)
Globalisasi dakwah sudah dilakukan oleh Rasululllah shallallahu ‘alayhi wasallam melalui surat-suratnya kepada seluruh penguasa dunia kala itu, globalisasi militer, politik dan ekonomi telah dilakukan para Khulafa’ Rasyidin (para Imam yang lurus; Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali) dan globalisasi IPTEK telah dipelopori oleh kaum muslimin melalui penerjemahan karya kebudayaan Yunani kedalam bahasa Arab. Namun kini, umat Islam sangat tertinggal yang sangat tidak mungkin melakukan “lompatan raksasa“ itu. Budaya tulis menulis, membaca dan menginformasikan sangat lemah. Sebagai gambaran pada tahun 1976:
No. | Penulisan karya ilmiah | Jumlah |
1 | Seluruh dunia | 352.000 |
2 | Dunia ketiga | 19.000 |
3 | Negeri-negeri Islam | 3.300 |
4 | Israel | 6.100 (Taksiran) |
No | Negara Islam | % dari karya ilmiah dunia |
1. | Mesir | 0,21 |
2. | Iran | 0,043 |
3. | Iraq | 0,022 |
4. | Libya | 0,002 |
5. | Pakistan | 0,055 |
6. | Saudi Arabia | 0,008 |
7. | Syiria | 0,001 |
8. | India | 2,200 |
9. | Indonesia | ? |
Jumlah pakar muslim, (UNESCO, 1997)
No. | Nama Negara | Agama Mayoritas | Pakar/juta orang |
1. | Jepang | Budha | 6.500 |
2. | Unisoviet | Atheis | 5.000 |
3. | Perancis | Nashrani | 4.500 |
4. | India | Hindu | 1.300 |
5. | Israel | Yahudi | 8.000 |
6. | Mesir | Muslim | 367 |
7. | AS | Yahudi/Nasharani | 6.500 |
Menurut data terakhir di Amerika Serikat jumlah guru Yahudi mewakili 10% dari seluruh pengajar yang ada disana. Sedangkan dosen dan guru besar di AS 70% adalah Yahudi. Dan 50% percetakan serta penerbit dikuasai orang Yahudi, sehingga 50% buku-buku yang ada di AS berisi informasi yang buruk tentang Islam, 17% berisi informasi yang benar sedangkan 32% lainya memerlukan ralat dan revisi. Demikian tesis Ahmad Muhammad Zayyid al-Azhari (1418/1998 M)
Sehubungan dengan kewajiban dakwah Islamiyah ‘alamiyah maka umat Islam (baca: kita) wajib ikut prihatin yang kemudian bergerak ikut lari mengejar ketertinggalan umat ini karena dakwah Islam yang haq ini wajib didengar dan dibaca oleh semua manusia. Syeikh Abdul Aziz Ibn Baz mengatakan:
Adapun berhubungan dengan para penguasa dan orang-orang yang memiliki kekuatan luas, mereka terkena kewajiban yang lebih banyak lagi, mereka wajib menyampaikan dakwah ini kepada seluruh penjuru dunia yang mungkin mereka jangkau, dengan cara yang mungkin, dengan bahasa-bahasa yang digunakan oleh umat manusia dan mereka wajib menyampaikan syariat Allah dengan bahasa-bahasa itu. Hingga agama ini sampai kepada setiap orang dengan bahasa yang ia fahami, dengan bahasa Arab atau lainya. Sesungguhnya hal tersebut saat ini sangat mungkin dilakukan, dengan sangat mudah, dengan cara-cara yang sudah diterangkan diatas: melalui siaran radio, televisi, jurnalistik dan sarana-sarana lain yang memungkinkan saat ini dan tidak mngkin dimasa lalu. Begitupula wajib bagi para khatib”. mengingat tersebarnya propaganda yang mengajak kepada prinsip-prinsip yang merusak, ajaran-ajaran yang sesat, pengingkaran terhadap Tuhan manusia, pengingkaran terhadap kenabian, agama, hari kebangkitan, tersebarnya misi kristenisasi di banyak negara dan misi-misi lain yang menyesatkan. Hari ini dakwah Islam menjadi fardhu (wajib) secara umum dan wajib atas seluruh ulama (termasuk para sarjana dan akademisi), serta wajib atas para penguasa dan pejabat yang beragama Islam, wajib atas mereka melakukan tabligh, menyampaikan agama Allah ini semaksimal mungkin dengan menulis, ceramah, siaran dan dengan segala sarana yang mereka mampu. Mereka tidak boleh bermalas-malasan untuk hal itu, tidak boleh menunggu Zaid atau Amr. Sesunggunya kebutuhannya sangat mendesak dan darurat pada era ini, untuk mengadakan aliansi, bergandengan tangan merapatkan barisan demi kewajiban dakwah ini. Kebersatuan ini lebih banyak dan lebih dibutuhkan pada saat ini daripada masa-masa yang lalu, karena musuh-musuh Islam telah berbaris, bersatu rapat dan rapi, dengan segala daya dan upaya untuk menghadang agama ini , untuk merintangi manusia dari jalan Allah. Untuk membuat orang ragu-ragu tentang agamanya, untuk mengeluarkan mereka dari agama Allah ta’ala. Umat Islam wajib menghadapi gerakan penyesatan ini, gerakan pengingkaran ini dengan gerakan Islam dan dakwah Islamiyah pada setiap level dengan segala sarana, dengan semua cara yang mungkin, ini adalah demi menunaikan apa yang diamanahkan oleh Allah ta’ala atas hamba-Nya dari kewajiban berdakwah kepada jalan-Nya.
Malang, 19 Rajab 1422
6 Oktober 2001
_________________________
Maraji’
- Abdul Aziz Ibn Baz, Wujub Ad-Dakwah Ila Allah, Dar Al-Wathan, Riyadh cet.I 1413
- Ahmad Muhammad Zayid, Haqiqah Al-alaqah baina Al-Yahud wa An-Nashara wa atsaruha ‘ala al-‘alam Al-Islami, Dar Al-Ma’ali, Amman cet.I 1420
- Alvin Tofller, Previews and Premiss, Morrow, New York 1983
- Dhiyauddin Sardar, Information and The Moslem World, London,Niensell, 1988
- Yusuf al-Qardhawi, Ummatuna Baina Qarnain, Dar Al-Syuruq, Mesir cet.I 1421 H.
- Zalbani Soejoeti dkk, Al-Islam dan IPTEK, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1998
7. dll