BINAMAS: EMPAT KEANEHAN

EMPAT KEANEHAN

City Tour 4senin, 25 april 2016, menjelang asar kita ke Masjid Nabawi. Setelah ashar kita ke Makam Baqi’ khususnya ke Sayyidina Utsman ibn Affan Dzunnuraini al Khalifah al Rasyid. Kebetulan saat itu ada beberapa pemakaman jenazah di Baqi’.

Setelah ziarah kita ingin cepat-cepat pulang. Tepat di belakang mihrab, keluarlah petugas sedang membawa nampan berisi banyak gelas teh panas,  saya maju mengambil satu untuk saya dan satu lagi untuk teman yang lain, ternyata yang lain sudah pada mengambil sendiri maka kedua tangan saya memegangi dua gelas yang panas, saat itu langsung ada yang nyapa “ustadz agus ya?”. Seiring anak muda berseragam “tau’iyah dan irsyad”. Saya jawab “ya”. Maka diapun memeluk binamas 5.1saya sementara kedua tangan saya memegang barang panas. Saya berikan kepadanya salah satunya malah dia tidak mau. Akhirnya saya ajak minggir ke tiang lalu saya letakkan kedua teh tersebut.

Setelah ngobrol ternyata dia anak bali sedang menempuh S2 pendidikan di Universitas Madinah.  Kita pun larut dalam banyak perbincangan soal syiah. Ini adalah keanehan pertama..

Kemudian saya pulang , mampir ke toko kitab, membelikan kitab-kitab tajwid, qiraat dan tafsir untuk putri-putri saya,

Setelah mandi, kembali ke masjid untuk sholat maghrib, seetelah itu keluar langsung disambut rintik rintik hujan yang dingin sekali. Setelah melewati halaman, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang hampir bisa menjatuhkan orang. Sungguh sesuatu yang langka.

Saya dan pak Ilyas langsung naik ke kamar untuk agenda manasik umroh.  Setelah diatas ternyata Ummu Ahmad Rifqi sedang ketiduran di dalam kamar dan kedua kartu kunci (cardlock) pintu hotel ada di dalam. Maka kitapun tetap melaksanakan pelatiah manasik.

Begitu isyak, acara manasik selesai dan kita langsung ke masjid. Setelah shalat saya menemui polisi berbintang 3 yang menjadi kepala polisi di Madinah. Saya disuruh menemuinya di dekat kursi Syaikh Muhammad Mukhtar al-Syinqiti di pintu Malik Abdul Aziz, pintu Syarqiyah.

quranSetelah saling temu kangen, saya pun cerita tentang syaikh Syatsri. Lalu beliau memanggil Syaikh Amin ahli qiraat Asyrah agar bisa membuat daurah pemberian sanad kepada para qari’ di al-Umm.

Kemudian datanglah Syaikh Aidh al-Qahthani. Saat mereka asyik ngobrol saya perhatikan di Masjid banyak anak-anak kecil, ternyata mereka para penghafal al-Quran. Ini keanehan kedua..

Kemudian Syaikh Amin. Kita berkenalan dan akhirnya janjipun kita buat. Kemudian utusan Syaikh Yusuf (polisi) datang membawa tafsir juz 30, untuk diberikan kepada saya dan 2 diberikan kepada Ustadz Sufyan Basuwedan.

Saat pulang saya melintasi sebuah halaqah..

Keanehan ketiga: saat saya melintas tiba-tiba saya dipanggil seorang Syaikh berjenggot panjang yang sedang duduk bersandar di tiang dan di hadapannya ada lingkaran rehal dan al-Quran. Setelah saya mendekat, dia bilang : kemari bacalah al-Fatihah, saya pikir “wah saya akan dites” mateng aku. Sayapun melihat disampingnya ada tulisan Halaqah al-Quran Lizzuwwar. Saya tanya namanya, dia bilang “Saad bin mukhtar” maka sayapun membaca al-Fatihah, setelah selesai diapun memuji dan mendoakan. Maka saya bilang dalam hati alhamdulillah dia tadi bilang “al-Fatihah”, coba dia bilang “al-Baqoroh”, maka mateng saya.

Keanehan keempat: ketika saya berjalan di halaman cepet-cepetan tiba-tiba orang dari Mesir masih umur sebaya mendekat sambil mengatakan “tashwir” saya pikir dia minta difotokan, eh ternyata tidak malah dia memoto dirinya dan saya, dia ulangi dua kali. Saya bilang lho kok foto bersama saya, untuk apa, dia bilang ya untuk kenang-kenangan.

Saya tanya namanya “Ali al-Mishri” lalu dia berjalan bareng minta didoakan. Saya tidak habis pikir, kok bisa, dia melihat apa saat saya lewat..?!

Terus aku pulang ke hotel dan makan malam yang hampir tutup..

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *