Agus Hasan bashori
4 Mei 2016
Ini adalah foto kajian beliau tahun 2010, saat beliau masih kuat, beliau duduk di atas kursi yang ada di masjid nabawi. Lain halnya kemarin tanggal 24 April 2016, saat kami duduk di sebelah kanan kursi beliau, ternyata beliau datang didorong di atas kursi dorong dan memberi kajian tetap di atas kursi dorongnya di hadapan kursinya yang kosong.
Alhamdulillah, pada umroh kali ini, saya juga masih berkesempatan menimba ilmu kepada beliau. Kajian beliau adalah Setiap hari ba’da maghrib, kecuali jumat.
Saat itu kajiannya adalah kitab shahih Muslim Bab
ان في ااجنة شجرة يسير الراكب في ظله Hadis no. 2826
Beliau memulai dengan Basmalah dan shalawat. Setelah itu ada yang membaca kitab dan beliau mengomentari, menjelaskan siapa para perawi yang ada dalam sanad hadits tersebut, menandakan bahwa beliau hafal nama-nama rijal. Setelah pembaca selesai, maka beliau mensyarah:
” إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا ” قَالَ أَبُو حَازِمٍ : فَحَدَّثْتُ بِهِ النُّعْمَانَ بْنَ أَبِي عَيَّاشٍ الزُّرَقِيَّ ، فَقَالَ حَدَّثَنِي أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ الْجَوَادَ الْمُضَمَّرَ السَّرِيعَ مِائَةَ عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا ” .
“Ini menun jukan besarnya surga, besarnya nikmat surga, pohon surga, panjang dan tinggi, kuda yang cepat berlari kencang di bawahnya selama 100 tahun belum bisa melewatinya. Jadi surga sangat besar, sesuai dengan hadits terdahulu “ma la ainun roat, wa la udzun samiat”. Lalu disebutlah sifat pohon surga ini, dan ini termasuk yang disebut, sekali lagi surga itu besar, untuk orang-orang yang beramal shalih.
Perlu diketahui, pohon satu seperti ini cabangnya dimana-mana, 100 tahun kuda cepat tidak dapat melewatinya. Sangat besar surga dan urusannya, dan nikmat yang ada di surga.
jarak antara Makkah ke madinah 9 marahil tanpa cepat sudah bisa ditempuh dalam beberapa hari. Sementara satu pohon di surga ini 100 tahun kuda cepat “La yaqthauha”. Ada tambahan, tidak melewati cabang pohon, Allah sempurna kekuatannya, dan besar nikmat surga.”
Syaikh sangat banyak memberikan komentar tentang para perawi. Diantaranya beliau berkata: “Laits ibn said al-mishri, said bin abi said, abu hurairah t adalah guru bagi bapak dan anaknya.”
kemudian dilanjut dengan hadits No 2828, Spt sebelumnya, Dlm hadits abu said ada tambahan sifat.
Syaikh selalu menambah nama rowi yang dibaca oleh pembaca kitab.
kemudian hadits no. 2829: “Hal radhitum?”
إِنَّ اللهَ يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ فِي يَدَيْكَ فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى؟ يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، فَيَقُولُ: أَلَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي، فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا “
Ini terus menerus, tanpa putus, melanggengkan yang ada pada mereka, abadi selamanya.
Ini sempurnanya nikmat dan kelezatan.
di Dalam al-Quran disebutkan:
{وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ} [التوبة:72]
kemudian dilanjutkan dengan
بَابُ تَرَائِي أَهْلِ الْجَنَّةِ أَهْلَ الْغُرَفِ، كَمَا يُرَى الْكَوْكَبُ فِي السَّمَاءِ
Ini penjelasan tentang derajat surga, sebagaian ahli surga berada diatas, sebagaimana neraka itu darakat.
Ghurfah maksudnya adalah ghuraf, saling melihat bintang di masyriq maghrib, besar terlihat kecil,
Orang yang di bawah melihat yang di atas.
Alif dan lam (al-Ghurfah) menunjukkan syumul, yaitu ghuraf
«إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ الْغُرْفَةَ فِي الْجَنَّةِ كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ فِي السَّمَاءِ»
Kemudian hadits كَمَا تَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ فِي الْأُفُقِ الشَّرْقِيِّ أَوِ الْغَرْبِيِّ، Seperti hadits sebelumnya, yaitu saling melihat, begitu tinggi sampai dianggap derajat para nabi. Mukmin itu bertingkat2, nabi tentu saja lebih tinggi lahi, tetapi ini adalah pengikut nabi.
«إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ مِنَ الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ، قَالَ «بَلَى، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ رِجَالٌ آمَنُوا بِاللهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ»
Kemudian bab ke-4 tentang orang yang ingin melihat Nabi i walau dengan mengorbankan keluarga dan hartanya بَابُ فِيمَنْ يَوَدُّ رُؤْيَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
Nabi bersabda:
«مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا، نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ»
Kecintaan kepada Nabi –Shalallahu alaihi wa salam-, Seperti hadits “3 hal siapa yang ada padanya”. Begitu cintanya kepada Nabi –Shalallahu alaihi wa salam- dia ingin melihat nabi, meski dg mengorbankan naknya.
Oleh karena itu Sahabat Nabi –Shalallahu alaihi wa salam- adalah manusia terbaik, kemudian Tabiin. Mengapa? Karena Tabiin melihat mata yang melihat nabi –Shalallahu alaihi wa salam-.
Bab pasar di surga
بَابٌ فِي سُوقِ الْجَنَّةِ وَمَا يَنَالُونَ فِيهَا مِنَ النَّعِيمِ وَالْجَمَالِ
Di Surga tidak ada matahari, tidak ada siang dan malam. Surga Hanya idha`ah wa isyraq (cahaya dan terang), yang ada adalah seukuran siang malam, tidak ada hari-hari sprt di dunia.
Disebut angin utara karena biasa yang membawa hujan adalah angin utara.
Imam Muslim berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو عُثْمَانَ سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ الْبَصْرِيُّ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا، يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ، فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ، فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدِ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ: وَاللهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا، فَيَقُولُونَ: وَأَنْتُمْ، وَاللهِ لَقَدِ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا “
Ini adalah Rubaiyyat, sanad tertinggi Imam Muslim.
Bab Awwalu zumrotin tadkhulu jannah
بَابُ أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَصِفَاتُهُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ
«إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّتِي تَلِيهَا عَلَى أَضْوَإِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ؟»
ini sifat Bidadari transparan.
عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: اخْتَصَمَ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ: أَيُّهُمْ فِي الْجَنَّةِ أَكْثَرُ؟ فَسَأَلُوا أَبَا هُرَيْرَةَ فَقَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ عُلَيَّةَ
Saat pembaca membaca “uluwwah” dikoreksi oleh syaikh dengan “Aluwwah”
«إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَالَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً، لَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتْفُلُونَ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ، وَأَزْوَاجُهُمُ الْحُورُ الْعِينُ، أَخْلَاقُهُمْ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ آدَمَ سِتُّونَ ذِرَاعًا فِي السَّمَاءِ»
«أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ نَجْمٍ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً، ثُمَّ هُمْ بَعْدَ ذَلِكَ مَنَازِلُ لَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَبُولُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَبْزُقُونَ، أَمْشَاطُهُمُ الذَّهَبُ، وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ، وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ، أَخْلَاقُهُمْ عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ وَاحِدٍ، عَلَى طُولِ أَبِيهِمْ آدَمَ، سِتُّونَ ذِرَاعًا» ، قَالَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ: عَلَى خُلُقِ رَجُلٍ، وقَالَ أَبُو كُرَيْبٍ: عَلَى خَلْقِ رَجُلٍ، وقَالَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ: عَلَى صُورَةِ أَبِيهِمْ
Manakah ahli surga yangg banyak?
Satu laki-laki dengan 2 wanita dunia, ditambah dengan bidadari surga. Dengan demikian Maka jumlah wanita di surga lebih banyak. Sebagaimana di neraka wanita banyak, di surga juga banyak. Maka Di keduanya wanita lebih banyak.
yang pertama Dalam bentuk purnama, kemudian bintang kejora terus berkelas-kelas karena zumar (berkelompok-kelompok) itu banyak, dua kelompok yang disebut karena kelebihannya.
Dalam al-quran disebut al-Zumar: 73:
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَراً
Dalam hadits ada manazil selain zumrotain.
Mereka juga bertingkat-tingkat dalam sifat.
Hadits ini menunjukkan kesempurnaan kecantikan dan bentuknya, otaknya kelihatan dari balik dagingnya.
tidak ada dalam surga perjaka tanpa istri.
Zumroh pertama, mereka tidak kencing, tidak buang air besar, ini sempurna , yang ada hanya keringat itupun aroma misik, didunia bau , di surga hanya wangi.
Tidak ada ingus, tidak ada ludah. Sisir mereka emas, keringat mereka misik, Majamir aluwwah, gaharu india yang wangi. Sama halnya dengan anggur, yang sama hanya nama saja dengan yang di dunia.
Nabi bersabda (HR Bukhari):
«إِنِّي أُرِيتُ الجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا، وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا»
Kemudian pencipataan seperti nabi Adam. Ada khalq ada khuluq.
khalq setinggi 60 hasta, Khuluq, sifat terbaik akan ada satu hadits, hati mereka satu
Kedua sifag tadi benar.
Akhlaq mereka seperti akhlak seorang, Ala shurati abihim.
Semuanya shahikh.
Tidak ada keterangan lebarnya”.
Sebagaimana sebelumnya Syaikh selalu menjelaskan para perawi yang di baca, missal saat dibaca Ibn ulayyah, syaikh langsung mejelaskan namanya Ismail. Saat dibaca “Muhammad” syaikh menjelaskan “Ibn sirin”, saat dibaca “Sufyan” Syaikh membaca “ Ibn Uyainah”, begitu seterusya “Abu zur’ah ibn jarir, a’masy, sulaiman al kufi.”
Bab ke-7
بَابٌ فِي صِفَاتِ الْجَنَّةِ وَأَهْلِهَا وَتَسْبِيحِهِمْ فِيهَا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Sama dengan sebelumnya, akhlak mereka sama. Mereka bertasbih pagi sore, di surga itu semua satu waktu, ini miqdar saja.
Tasbih diilhamkan seperti nafas.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ،
Abd Razzaq adalah al shan’ani. Ini termasuk hadits dalam Shahifah hammam (ibn Munabbih).
Ada 140 isinya “waqalu ya rasululah”.
Imam Muslim bagus meriwayatkan dari shahifah, Adapun selain muslim maka kurang. Ibn hajar dalam biografinya mengatakan: “tamayyuz mufrith, munazhim tidak moton.”
«أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ، صُوَرُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، لَا يَبْصُقُونَ فِيهَا وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ فِيهَا، آنِيَتُهُمْ وَأَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَمَجَامِرُهُمْ مِنَ الْأَلُوَّةِ، وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يُرَى مُخُّ سَاقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، مِنَ الْحُسْنِ، لَا اخْتِلَافَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ، يُسَبِّحُونَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا»
«إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ يَأْكُلُونَ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ، وَلَا يَتْفُلُونَ وَلَا يَبُولُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ» قَالُوا: فَمَا بَالُ الطَّعَامِ؟ قَالَ: «جُشَاءٌ وَرَشْحٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ، يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّحْمِيدَ، كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ» ،
Hadits , sesungguhnya ahli surga mereka makan dan minum, tidak meludah, tidak kencing, tidak buang air besar dan tidak berdahak. Mereka bertanya: lalu makanannya bagaimana? Beliau bersabda: sendawa dan keringat seperti minyak misik. Mereka diilhami tasbih dan tahmid seperti diilhami nafas.”
Seperti diilhami nafas.
Kemana makanan? Keringat dan sendawa namun wangi. Ini Nikmat sempurna.
Ini pengaruh makanan di dunia, sangat beda dg di surga.
Diilhami tasbih seperti diilhami nafas
Jarir ,ibn abil hamid,
Akan tetapi makanan mereka adalah berubah menjadi sendawa:
«يَأْكُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فِيهَا وَيَشْرَبُونَ، وَلَا يَتَغَوَّطُونَ وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَبُولُونَ، وَلَكِنْ طَعَامُهُمْ ذَلِكَ جُشَاءٌ كَرَشْحِ الْمِسْكِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالْحَمْدَ، كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ» قَالَ وَفِي حَدِيثِ حَجَّاجٍ «طَعَامُهُمْ ذَلِكَ»
طعامهم ذلك
Diilhami tasbih dan takbir.
Said ibn Yahya al-Umawi, ayahnya adalah yahya bin said al Umawi. Yahya ibn said al-Umawi itu ada 4, 2 orang mutaqaddim yaitu yahya ibn said anshori, dan taimi. Sedangkan 2 Mutaakhir adalah syuyukh bukhari
Al qaththan, dan nabawi. Ini namanya muttafiq al muftariq.
«وَيُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ وَالتَّكْبِيرَ كَمَا تُلْهَمُونَ النَّفَسَ»
Siapa yang masuk surga?
Shallahu ala nabiyyina
selanjutnya nanti Bab dawam naim ahlil jannah
Sesi Soal Jawab:
Soal, bagaimana yang istri 4?
Jawab ya tetap, yang dimaksud istri dua itu adalah Tidak kurang dari 2 istri.
soal: Hotel disebut surga, apa boleh?
Jawab: kalau yang dimaksud surga di dunia ya boleh.
Dalam surat al qalam disebut ashhab al-Jannah, jadi boleh. Di hadits ada “Dunia adalah jannatul kafir”.
Soal, ahli surga terkecil merasa tertinggi
Wanita surga ada yang bidadari ada yang dari dunia
Soal, perjalanan 100 tahun tidak melewati pohon itu, ini ukuran tahun dunia atau akhirat?
jawab: tahun yang diketahui manusia di dunia, karena itu diterangkan dengan kuda cepat
soal, 60 Dzira’ itu seberapa?
Jawab: yang dikenal manusia , yaitu seperempat depa.
Dalam naungannya, dibawahnya
Soal, memberi nama anak dengan nama “burung surga”/Ushfur min ashafir jannah?
jawab: Anak kecil yang mati disebut ini. Kalau nama anak hidup tidak karena mungkin besar bisa jadi ahli neraka.
Soal, Ada hadits, inna aqalla sakini aljannah al nisa’ bagaimana?
Jawab: Pernah, kita bahas, kan? Ya , di awal kitab riqaq,
Tawjihnya bagaimana? wallahu a’lam, Jika yang dimaksud 2 istri dunia maka menyalahi hadits ini. Jika yang dimaksud bidadari maka tidak ada taarudh.
Soal, suami memerintahkan aku buka niqab jika tidak maka diancam, dihajr, bagaiamana?
Jawab: ya, Balik kamu yang hajr. Ya kamu Harus nasehatinya agar takwa kpd Allah.
Soal, Kalau KUA ahli bid’ah?
Jawab: selama tidak kufur, tidak masalah.
Soal, Umroh berkali kali, ihram dari tan’im
Ini umroh untuk fulan, ini ntuk fulan
jawab: Ini tidak dikenal, saya tidak tahu dalil yang membolehkan, adapun keluar dari tanah haram (menuju miqat) maka masyru’.
Soal, Mandi janabah apakah mencukupi wudhuk?
Jawab: selama tidak batal wudhunya, tidak nyentuh dzakarnya