OLEH:
AGUS HASAN BASHORI
(disampaikan pada kajian intensif Lembaga Keuangan Syariah Rinjani Group – Sabtu, 19 Mei 2012)
Sesungguhnya akhlak itu bukan muktasabah (hasil usaha) secara mutlak, sebagaimana bukan mawhibah (pemberian, anugerah) secara mutlak, akan tetapi gabungan antara fitrah yang salimah dengan akal yang sehat dalam memahami dan menetapkan satu sisi dari akhlak. Kemudian setelah itu datanglah peran syariat (iman dan ilmu) untuk menyempurnakan fitrah, melindungi akal dan meletakkan aturan-aturan umum yang meninggikan derajat pribadi dan masyarakat dari sisi akhlak. Jadi dua factor saja: fitrah dan akal sehat tidak mampu mewujudkan kesempurnaan manusiawi yang dicita-citakan. Oleh karena itu peran syariat (hukum Allah) datang untuk menyempurnakan fitrah dan meluruskan akal, menunjukkan kepada hukum-hukumnya. Dengan begitu rambu-rambu syariat beserta dengan arahan-arahannya ditambah dengan benarnya fitrah dan lurusnya akal fikiran secara bersama-sama membangun makhluk manusia dan bangsa.
Akhlak Fithriyah:
Banyak hadits yang menunjukkan bahwa ada diantara akhlak itu yang bersifat fitri (bawaan), dan manusia bertingkat-tingkat dalam penciptaannya. Diantara hadits itu adaah:
- Hadits Abu Hurairah dari nabi, beliau bersabda:
تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا وَتَجِدُونَ خَيْرَ النَّاسِ فِي هَذَا الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةً وَتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْه
“Kalian mendapati manusia itu (seperti) tambang (pangkalnya itu macam-macam; ada tambang emas, ada tambang perak dll.pent). yang paling baik dari mereka di jaman Jahiliyyah adalah yang paling dalam Islam jika mereka faqih (faham islam). Dan kalian akan mendapati sebaik-baik manusia dalam urusan (kepemimpinan; wilayah, imrah) ini adalah orang yang paling tidak suka kepadanya dari mereka. Dan kalian akan mendapatkan bahwa manusia paling buruk (jahat) adalah yang punya dua muka; mendatangi mereka dengan satu wajah dan merndatangi mereka dengan wajah yang lain.” (HR. Bukhari)
Berdasarkan ini manusia ada 4 macam:
1) syarif (mulia) di jahiliyyah lalu masuk islam dan faqih, lawannya: masyruf di jahiliyyah tidak masuk islam dan tidak faqih
2) syarif di jahiliyyah lalu masuk islam dan tidak faqih; bandingannya masyruf di jahiliyyah tidak masuk islam dan faqih
3) syarif di jahiliyyah tidak masuk islam dan tidak faqih, bandingannya: masyruf di jahiliyyah lalu masuk islam dan faqih
4) syarif di jahiliyyah, idak tmasuk islam dan tidak faqih, bandingannya masyruf di jahiliyyah, mhasuk islam dan tidak faqih
Yang paling tinggi adalah syarif di jahiliyyah lalu masuk islam dan faqih, dibawahnya masyruf kemudian masuk islam dan fakih, kemudian syarif di jahiliyyah yang masuk islam dan tidak fakih, lalu masyruf yang masuk islam dan tidak fakih.
Adapun orang yang tidak masuk islam maka tidak dihitung apakah syarif atau masyruf, apakah faqih atau tidak. Wallahu a’lam
Yang dimaksud syarif: orang yang berhias dengan akhlak baik seperti dermawan, iffah, santun dlsb, serta menghindari akhlak yang buruk seperti kikir, fujur, zhalim dlsb.
Contohnyan adalah ikrimah bin abi jahal, dia dan ayahnya (urwah ibn Hisyam al-Makhzumi) sangat memusuhi Rasulullah i. pada waktu fathu makkah dia lari menuju Yaman lalu disusul oleh istrinya dan dibawanya ke hadapan Rasulullah i lalu masuk Islam tahun itu juga 8 H lalu baik islamnya dan terbunuh syahid di perang Yarmuk tahun 13 H umur 62 tahun. Ummu salamah berkata: ikrimah mengadu kepada Nabi i bahwa apabila dia berjalan di Madinah mereka berkata: ini anak musuh Allah abu jahal. Maka Nabi i berdiri berpidato lalu bertahmid dan bersabda:
” النَّاسُ مَعَادِنُ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا ”
Dari abu hurairah rasulullah bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Arwah (ruh-ruh) itu pasukan yang digolong-golongkan, maka apa yang saling kenal diantaranya dia akan akrab, dan yang tidak saling kenal diantaranya dia akan berselisih.” (HR. Muslim dari abu hurairah)
قَالَ الْعُلَمَاء : مَعْنَاهُ جُمُوع مُجْتَمَعَة ، أَوْ أَنْوَاع مُخْتَلِفَة . وَأَمَّا تَعَارَفهَا فَهُوَ لِأَمْرٍ جَعَلَهَا اللَّه عَلَيْهِ. وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ وَغَيْره : تَآلُفهَا هُوَ مَا خَلَقَهَا اللَّه عَلَيْهِ مِنْ السَّعَادَة أَوْ الشَّقَاوَة فِي الْمُبْتَدَأ ، وَكَانَتْ الْأَرْوَاح قِسْمَيْنِ مُتَقَابِلَيْنِ . فَإِذَا تَلَاقَتْ الْأَجْسَاد فِي الدُّنْيَا اِئْتَلَفَتْ وَاخْتَلَفَتْ بِحَسَبِ مَا خُلِقَتْ عَلَيْهِ ، فَيَمِيل الْأَخْيَار إِلَى الْأَخْيَار ، وَالْأَشْرَار إِلَى الْأَشْرَار . وَاَللَّه أَعْلَم .
Ini menunjukkan adanya perbedaan pemberian, bawaan dan penciptaan. Nabi i menetapkan bahwa manusia terbaik dalam penciptaan fitrahnya adadalah yang terbaik akhlaknya; yaitu jika islam dan faham.
- Hadits Hudzaifah ibnul yaman t dia berkata:
Rasulullah r bersabda kepada kami dengan dua hadits; yang satu sudah saya saksikan dan yang lain masih saya tunggu. Beliau bersabda pada kami:
« أَنَّ الأمَانَةَ نَزَلَتْ فِى جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ »
“Amanah itu turun dalam akar hati kaum laki-laki kemudian mereka mengetahui dari al-Qur`an kemudian mereka mengerti dari sunnah.” (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi dll) Ini bukti bahwa hukum asal pada diri manusia itu amanah.
- Sabda nabi r kepada al-Asyajj; Mundzir ibn ‘Azir:
” إِنَّ فِيك لَخَصْلَتَيْنِ يُحِبّهُمَا اللَّه : الْحِلْم ، وَالْأَنَاة . قَالَ : يَا رَسُول اللَّه ، قَدِيمًا كَانَا فِي أَوْ حَدِيثًا ؟ قَالَ : قَدِيمًا . قَالَ : الْحَمْد اللَّه الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خُلُقَيْنِ يُحِبّهُمَا ” فَتَرْدِيده السُّؤَال وَتَقْرِيره عَلَيْهِ يُشْعِر بِأَنَّ فِي الْخُلُق مَا هُوَ جِبِلِيٌّ ، وَمَا هُوَ مُكْتَسَب .
Sesungguhnya dalam dirimu ada dua perkara yang dicintai Allah: santun dan hati-hati.” Dia bertanya: ya rasulullah apakah keduanya lama atau baru? Beliau bersabda: lama. Maka dia berkata: segala puji bagi Allah yang telah menciptakan aku dis dua akhlak yang Dia cintai.” (HR. Ahmad, Nasai, Bukhari dalam adab).
Beberapa kejadian menunjukkan adanya akhlak fithriyyah:
Abu Bakar t tidak pernah meminum khamer sama sekali, ketika dia ditanya mengapa ia menjauhinya pada masa jahiliyyah? Maka dia menjawab:
[كُنْتُ أَصُوْنُ عِرْضِيْ وَأَحْفَظُ مُرُوْءَتِيْ، فَإِنَّ مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ كَانَ مُضَيِّعًا فِي عَقْلِهِ وَمُرُوْءَتِهِ]
Aku melindungi kehormatanku dan menjaga nama baikku, karena orang yang meminum khamer menyia-nyiakan akalnya dan nama baiknya.”
Khadijah s ketika Rasulullah r mendatanginya di awal kenabian sambil berkata: zammiluni, zammiluni (selimuti aku selimuti aku.” Dia berkata:
وَاللهِ لاَ يُخْزِيْكَ الله أبَدًا: إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ، وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الدَّهْرِ.
Demi Allah Dia tidak akan menghinakan anda selamanya, karena andamenyambung tali rahim, memberi orang yang tidak punya dan menolong orang yang terkena bencana.” (HR.Bukhari, Muslim, Ahmad)
Kedua peristiwa tadi adalah sebelum bi’tsah (diutusnya Nabi r menjadi Rasul), namun demikian di sana ada adab dan akhlak yang terpatri dalam jiwa mereka dan setelah itu diakui oleh syariat; seperti al-karom (dermawan), memuliakan tamu dan sifat-sifat baik lainnya yang ada pada orang Arab sebelum bi’tsah.
Hadits Aisyah rha, Ketika Hindun bin Utbah berbaiat kepada Rasulullah r beliau bersabda:
أُبَايِعُكَ عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكِيْ بِاللهِ شَيْئًا وَلاَ تَسْرِقِيْ وَلاَ تَزْنِيْ «
“aku baiat kamu: jangan berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, jangan mencuri dan janganberzina.”
Maka hindun berkata: apakah wanita merdeka berzina?! (HR. Abu Ya’la, dengan sanad dhaif sekali, disaksikan oleh hadits ibnu Abbas, dan diriwayatkan dari Sya’bi) secara mursal, bahwa saat nabi r membaiat agar dia tidak berzina dia menjawab:
أَوَتَزْنِيْ الحُرَّةُ؟ لَقَدْ كُنَّا نَسْتَحِي مِنْ ذَلِكَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَكَيْفَ فِي اْلإِسْلاَمِ؟
Apakah wanita merdeka berzina? Sungguh kami malu dari hal tersebut di masa jahiliyyah, lalu bagaimana di masa Islam?!
Ini menunjukkan penolakannya terhadap akhlak buruk jahiliyyah dan kesuciannya di atas fitrah.
Akhlak muktasabah (hasil usaha)
Sebagaimana ada akhlak fithriyyah yang didapat sejak lahir maka sesorang bisa mendapatkan akhlak melalu usaha, belajar dan bimbingan. Allah telah menanmkan dalam diri setiap orang potensi kekuatan kebaikan untuk dikembangkan. Atas dasar itu maka ada taklif syar’i rabbani utnuk meningkatkan kesiapan masing-masing orang.
Rasululah bersabda:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، مَنْ يَتَحَرَّى الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ،
“sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar dan santun didapat dengan latihan, barang siapa mencari kebaikan maka dia diberinya dan barang siapa menjauhi keburukan maka dia dilindungi darinya.” (HR. Thbarani, Baihaqi, Baghdadi, Abu Khaitsamah, dihasankan oleh al-Albani)
Doa meminta akhlak yang baik
Diantara bukti kalau akhlak itu pemberian Allah serta didapat juga dari usaha adalah ajaran Nabi r agar kita meminta akhlak yang baik kepada Allah I:
” اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي “
“Ya Allah baguskan akhlakku sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku.” (HR. Ahmad, dishahihkan Ibnu Hibban)
Doa iftitah Muslim
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Doa pengantin baru
Diantara yang membuktikan jika akhlak ada dua macam adalah doa yang diajarkan untuk pengantin baru. Suami meletakkan tangan di kepala bagian depan (kening, jidat) isteri, lalu mengecup sedikit kemudian memohon kebaikan sebagaimana tertera dalam hadits berikut ini :
«إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا، فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَإِذَا اشْتَرَى بَعِيرًا فَلْيَأْخُذْ بِذِرْوَةِ سَنَامِهِ وَلْيَقُلْ مِثْلَ ذَلِكَ» . قَالَ أَبُو دَاوُدَ: زَادَ أَبُو سَعِيدٍ، ثُمَّ لِيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا وَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ فِي الْمَرْأَةِ وَالْخَادِمِ
“Apabila salah seorang di antara kalian menikahi seorang wanita atau membeli seorang budak pelayan (hamba), (peganglah terlebih dahulu keningnya, sebutlah nama Allah dan berdoalah untuk keberkahan serta) ucapkanlah doa berikut ini: “Allahumma inni as’aluka khairaha wa khaira ma jabaltaha ‘alaih, wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha ‘alaihi (Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan ia atasnya, dan aku berlindung kepadaMu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan dia atasnya. Dan apabila membeli unta maka peganglah punuknya dan ucapkan seperti itu. Abu Daud berkata: abu said menambah: kemudian peganglah ubun-ubunnya dan berdoalah memohon keberkahan dalam istri dan budak sahaya. (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ibn Majah).
Selain doa ada shalat sunnah dua rakaat bagi kedua mempelai. Shalat sunnat malam pengantin ini sunnah hukumnya. Hal ini didasarkan kepada riwayat dari Abu Said mantan budak Abu Usaid berikut ini :
تَزَوَّجْتُ وَأَنَا مَمْلُوكٌ، فَدَعَوْتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِمْ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأَبُو ذَرٍّ وَحُذَيْفَةُ، قَالَ: وَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ، قَالَ: فَذَهَبَ أَبُو ذَرٍّ لِيَتَقَدَّمَ، فَقَالُوا: «إِلَيْكَ[1]» ، قَالَ: أَوَ كَذَلِكَ؟ قَالُوا: «نَعَمْ» ، قَالَ: فَتَقَدَّمْتُ إِلَيْهِمْ (بهم) وَأَنَا عَبْدٌ مَمْلُوكٌ وَعَلَّمُونِي فَقَالُوا: «إِذَا أُدْخِلَ عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ سَلِ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ خَيْرِ مَا دَخَلَ عَلَيْكَ، وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنْ شَرِّهِ، ثُمَّ شَأْنَكَ وَشَأْنَ أَهْلِكَ» (عزاه الألباني لمصنفي عبد الرزاق وابن أبي شيبة،وصحح سنده )
Artinya: “Saya menikah ketika masih menjadi hamba sahaya, lalu saya mengundang sekelompok sahabat Rasulullah -sholallahu ‘alaihi wasallam- di antaranya ada Ibnu Mas’ud dan Abu Dzar juga Hudzaifah. Abu Said berkata: “Lalu dibacakan iqamat untuk shalat. Abu Dzar kemudian maju ke depan (untuk menjadi imam), mereka berkata: “mundurlah “. dia berkata: “Apakah harus demikian?” Mereka menjawab: “Ya”. Dia berkata: Aku lalu maju kepada mereka sedangkan saya saat itu masih seorang budak belian dan Mereka mengajariku; mereka berkata: “Apabila istrimu dimasukkan kepadamu maka shalatlah terlebih dahulu dua rakaat, kemudian berdoalah kepada Allah meminta dari kebaikan yang masuk padamu, juga berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya. Kemudian setelah itu urusanmu dan urusan istrimu ” (HR. Ibn Abi Syaibah dengan sanad Shahih).
Edisi depan: etika profesi dalam Islam
[1] النهي عن إمامة الزائر للمزور ÙÙŠ بيته أو سلطانه “من زار قوماً Ùلا يؤمََّهم،وليؤمّهم رجلاً منهم “(رواه أبو داود 596 والترمذي 356-وقال:Øسن صØÙŠØ: عن ناÙع قال=أقيمت الصلاة ÙÙŠ مسجد بطائÙØ© من المدينة،ولابن عمر قريبا من ذلك المسجد أرض يعملها، وإمام ذلك المسجد مولىً له،ومسكن ذلك المولى وأصØابه،Ùلما سمعهم عبد الله بن عمر جاء ليشهد معهم الصلاة،Ùقال له المولى صاØب المسجد=تقدّم Ùصلّ،Ùقال له عبد الله=أنت Ø£ØÙ‚ أن تصلي ÙÙŠ مسجدك مني،Ùصلى المولى صاØب المسجد (رواه الشاÙعي ÙÙŠ كتاب الأم(1/283)،وØسنه Ùوزي العودة ÙÙŠ موسوعة الصلاة الصØÙŠØØ©(2/693))
Ùˆ- عن أبي Øازم قال=إني لشاهد يوم مات الØسن بن علي،Ùرأيت الØسين بن علي يقول لسعيد بن العاص-ويطعن ÙÙŠ عنقه ويقول-=تقدّم،Ùلولا أنها سنة ما قدّمتك-وسعيد أمير على المدينة يومئذ-،وكان بينهم شئ (رواه الطبراني ÙÙŠ المعجم الكبير(3/148) والØاكم (3/171)-وقال:صØÙŠØ Ø§Ù„Ø§Ø³Ù†Ø§Ø¯-،وØسنه الألباني ÙÙŠ Ø£Øكام الجنائز (ص 129) )
bismillah, assalamu’alaikum saya mau bertanya dan mohon jawabannya. kemanakah al ustadz agus hasan bashori dan al ustadz muhammad syuaib al faiz sekarang? apa beliau berdua sudah tidak lagi menjadi bagian dari Majalah Qiblati? soalnya saya melihat tulisan beliau berdua sudah tak hadir lagi di Qiblati edisi-edisi terbaru, ditambah ketika saya cek pun nama beliau berdua sudah tidak ada lagi di kolom redaksi. sudilah kiranya agar ditengah masyarakat tidak menjadi syubhat kembali agar diberi klarifikasi tentang hal ini, semata-mata agar tidak menjadi fitnah dikalangan ahlusunnah. saya mohon tanggapannya, jazakumullah khairan..
wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh
betul, ustadz abu hamzah, ustadz Faiz, ustadz Aziz, dan ustadz Mujib tidak lagi di qiblati.
silakan dilihat di web LBM: http://www.binamasyarakat.com/?p=333
atau baca pengumuman di majalah qiblati diumumkan dua kali (mungkin bulan maret dan april).
barakallahu fiikum.