Oleh: Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.
القاعدة الأولى
أن تعلم أنّ الكÙّار الذين قاتلهم رسول الله ÙŠÙÙ‚ÙØ±Ù‘Ùون بأنّ الله تعالى هو الخالÙÙ‚ Ø§Ù„Ù…Ø¯Ø¨Ù‘ÙØ±ØŒ وأنّ ذلك لم ÙŠÙØ¯Ù’Ø®Ùلْهم ÙÙŠ الإسلام، والدليل: قوله تعالىï™Ù‚Ùلْ مَنْ يَرْزÙÙ‚ÙÙƒÙمْ Ù…Ùنْ السَّمَاء٠وَالْأَرْض٠أَمَّنْ يَمْلÙك٠السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ ÙŠÙØ®Ù’Ø±ÙØ¬Ù الْØÙŽÙŠÙ‘ÙŽ Ù…Ùنْ Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙŠÙ‘ÙØªÙ ÙˆÙŽÙŠÙØ®Ù’Ø±ÙØ¬Ù Ø§Ù„Ù’Ù…ÙŽÙŠÙ‘ÙØªÙŽ Ù…Ùنْ الْØÙŽÙŠÙ‘٠وَمَنْ ÙŠÙØ¯ÙŽØ¨Ù‘ÙØ±Ù الْأَمْرَ ÙَسَيَقÙولÙونَ اللَّه٠ÙÙŽÙ‚Ùلْ Ø£ÙŽÙَلَا تَتَّقÙونَ ï˜ ÙŠÙˆÙ†Ø³:31
Kaidah pertama:
Anda harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah r, mereka itu meyakini bahwa Allah Ta’ala adalah Pencipta, dan yang mengatur segala urusan, dan bahwa hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
“Katakanlah: ‘Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (menghidupkan dan mematikan), dan siapa yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka (kaum musyrikin) akan menjawab: ‘Allah’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kalian tidak bertakwa [kepada-Nya]â€. (Yunus: 31).
القاعدة الثانية
أنّهم يقولون: ما دعوناهم وتوجّهنا إليهم إلا لطلب Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ù’بة ÙˆØ§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø©ØŒ ÙØ¯Ù„يل Ø§Ù„Ù‚ÙØ±Ø¨Ø© قوله تعالى ï™ÙˆÙŽØ§Ù„َّذÙينَ اتَّخَذÙوا Ù…Ùنْ دÙونÙه٠أَوْلÙيَاءَ مَا Ù†ÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯ÙÙ‡Ùمْ Ø¥Ùلَّا Ù„ÙÙŠÙÙ‚ÙŽØ±Ù‘ÙØ¨Ùونَا Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ اللَّه٠زÙلْÙÙŽÙ‰ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ ÙŠÙŽØÙ’ÙƒÙم٠بَيْنَهÙمْ ÙÙÙŠ مَا Ù‡Ùمْ ÙÙيه٠يَخْتَلÙÙÙونَ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ لَا يَهْدÙÙŠ مَنْ Ù‡ÙÙˆÙŽ ÙƒÙŽØ§Ø°ÙØ¨ÙŒ ÙƒÙŽÙَّارٌ ï˜ Ø§Ù„Ø²Ù…Ø±:3
ودليل Ø§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø© قوله تعالى: ï™ÙˆÙŽÙŠÙŽØ¹Ù’Ø¨ÙØ¯Ùونَ Ù…Ùنْ دÙون٠اللَّه٠مَا لَا ÙŠÙŽØ¶ÙØ±Ù‘ÙÙ‡Ùمْ وَلَا يَنْÙَعÙÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽÙŠÙŽÙ‚ÙولÙونَ هَؤÙلَاء٠شÙÙَعَاؤÙنَا عÙنْدَ Ø§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù ï˜ ÙŠÙˆÙ†Ø³:18
ÙˆØ§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø© Ø´ÙØ§Ø¹ØªØ§Ù†: Ø´ÙØ§Ø¹Ø© منÙيّة ÙˆØ´ÙØ§Ø¹Ø© مثبَتة
ÙØ§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø© المنÙيّة ما كانت تٌطلب من غير الله Ùيما لا يقدر عليه إلاّ الله، والدليل: قوله تعالى ï™ÙŠÙŽØ§ أَيّÙهَا الَّذÙينَ آمَنÙوا Ø£ÙŽÙ†ÙÙÙ‚Ùوا Ù…Ùمَّا رَزَقْنَاكÙمْ Ù…Ùنْ قَبْل٠أَنْ يَأْتÙÙŠÙŽ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ ÙÙيه٠وَلَا Ø®Ùلَّةٌ وَلَا Ø´ÙŽÙَاعَةٌ وَالْكَاÙÙØ±Ùونَ Ù‡Ùمْ الظَّالÙÙ…Ùونَ ï˜ Ø§Ù„Ø¨Ù‚Ø±Ø©:254
ÙˆØ§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø© المثبَتة هي: التي ØªÙØ·Ù„ب من الله، ÙˆØ§Ù„Ø´Ù‘Ø§ÙØ¹ Ù…Ùكْرَمٌ Ø¨Ø§Ù„Ø´ÙØ§Ø¹Ø©ØŒ والمشÙوع له: من رضيَ الله٠قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: ï™Ù…َنْ ذَا الَّذÙÙŠ يَشْÙَع٠عÙنْدَه٠إÙلَّا Ø¨ÙØ¥ÙذْنÙÙ‡Ù ï˜ Ø§Ù„Ø¨Ù‚Ø±Ø©:255
Kaidah kedua:
Mereka (musyrikin) berkata: “Kami tidak berdo’a dan tidak menyerahkan ibadah kepada mereka (sembahan selain Allah) kecuali untuk meminta qurbah (kedekatan kepada Allah) dan syafaat (mereka di sisi Allah, pent.)
Dalil qurbah (pendekatan diri) adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):”Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (Az-Zumar: 3).
Adapun dalil tentang syafa’at adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka (musyrikin) berkata: “Mereka (sembahan selain Allah) itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak [pula] di bumi” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan [itu]â€. (Yunus: 18).
Syafa’at itu ada 2 macam:
1. Syafa’at manfiyah (yang ditolak keberadaannya).
2. Syafa’at mutsbatah (yang ditetapkan keberadaannya).
Syafa’at manfiyah adalah syafa’at yang dimintakan kepada selain Allah I, pada perkara yang tidak seorangpun sanggup memberikannya kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah [di jalan Allah] sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalimâ€. (Al-Baqarah: 254).
Syafa’at mutsbatah adalah syafa’at yang diminta dari Allah I. Makhluk yang memberikan syafa’at itu dimuliakan (oleh Allah) dengan (kemampuan memberikan) syafa’at, sedangkan yang akan diberikan syafa’at adalah orang yang Allah ridhai baik ucapan maupun perbuatannya, itupun setelah Allah mengizinkan. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
“Siapakah yang mampu memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?”. (Al- Baqarah: 255).
القاعدة الثالثة
أنّ النبي ظهر على Ø£ÙÙ†Ø§Ø³Ù Ù…ØªÙØ±Ù‘قين ÙÙŠ عباداتهم منهم Ù…ÙŽÙ† ÙŠØ¹Ø¨ÙØ¯ الملائكة، ومنهم من يعبد الأنبياء والصالØÙŠÙ†ØŒ ومنهم من يعبد Ø§Ù„Ø£ØØ¬Ø§Ø± والأشجار، ومنهم Ù…ÙŽÙ† يعبد الشمس والقمر، وقاتلهم رسول الله ولم ÙŠÙØ±Ù‘ÙÙ‚ بينهم، والدليل قوله تعالى: ï™ÙˆÙŽÙ‚َاتÙÙ„ÙوهÙمْ ØÙŽØªÙ‘ÙŽÙ‰ لَا تَكÙونَ ÙÙØªÙ’نَةٌ ÙˆÙŽÙŠÙŽÙƒÙونَ الدّÙين٠لÙÙ„Ù‘ÙŽÙ‡Ù ï˜ Ø§Ù„Ø¨Ù‚Ø±Ø©:193
ودليل الشمس والقمر قوله تعالى: ï™ÙˆÙŽÙ…Ùنْ آيَاتÙه٠اللَّيْل٠وَالنَّهَار٠وَالشَّمْس٠وَالْقَمَر٠لَا ØªÙŽØ³Ù’Ø¬ÙØ¯Ùوا Ù„Ùلشَّمْس٠وَلَا Ù„ÙÙ„Ù’Ù‚ÙŽÙ…ÙŽØ±Ù ï˜ ÙØµÙ„ت:37
ودليل الملائكة قوله تعالى: ï™ÙˆÙŽÙ„َا ÙŠÙŽØ£Ù’Ù…ÙØ±ÙŽÙƒÙمْ أَنْ ØªÙŽØªÙ‘ÙŽØ®ÙØ°Ùوا الْمَلَائÙكَةَ وَالنَّبÙيّÙينَ أَرْبَابًا ï˜ Ø¢Ù„ عمران:80
ودليل الأنبياء قوله تعالى: ï™ÙˆÙŽØ¥Ùذْ قَالَ اللَّه٠يَا عÙيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ Ù‚Ùلْتَ Ù„ÙÙ„Ù†Ù‘ÙŽØ§Ø³Ù Ø§ØªÙ‘ÙŽØ®ÙØ°ÙونÙÙŠ ÙˆÙŽØ£ÙمّÙÙŠ Ø¥Ùلَهَيْن٠مÙنْ دÙون٠اللَّه٠قَالَ Ø³ÙØ¨Ù’ØÙŽØ§Ù†ÙŽÙƒÙŽ Ù…ÙŽØ§ ÙŠÙŽÙƒÙون٠لÙÙŠ أَنْ Ø£ÙŽÙ‚Ùولَ مَا لَيْسَ Ù„ÙÙŠ Ø¨ÙØÙŽÙ‚Ù‘Ù Ø¥Ùنْ ÙƒÙنت٠قÙلْتÙÙ‡Ù Ùَقَدْ عَلÙمْتَه٠تَعْلَم٠مَا ÙÙÙŠ Ù†ÙŽÙْسÙÙŠ وَلَا أَعْلَم٠مَا ÙÙÙŠ Ù†ÙŽÙْسÙÙƒÙŽ Ø¥Ùنَّكَ أَنْتَ عَلَّام٠الْغÙÙŠÙÙˆØ¨Ù ï˜ Ø§Ù„Ù…Ø§Ø¦Ø¯Ø©:116
ودليل الصالØÙŠÙ† قوله تعالى: ï™Ø£ÙوْلَئÙÙƒÙŽ الَّذÙينَ يَدْعÙونَ يَبْتَغÙونَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ رَبّÙÙ‡Ùمْ الْوَسÙيلَةَ أَيّÙÙ‡Ùمْ أَقْرَب٠وَيَرْجÙونَ رَØÙ’مَتَه٠وَيَخَاÙÙونَ عَذَابَهم ï˜ Ø§Ù„Ø¢ÙŠØ©Ø§Ù„Ø¥Ø³Ø±Ø§Ø¡:57
ودليل Ø§Ù„Ø£ØØ¬Ø§Ø± والأشجار قوله تعالى: ï™Ø£ÙŽÙَرَأَيْتÙمْ اللَّاتَ ÙˆÙŽØ§Ù„Ù’Ø¹ÙØ²Ù‘ÙŽÙ‰(19)وَمَنَاةَ Ø§Ù„Ø«Ù‘ÙŽØ§Ù„ÙØ«ÙŽØ©ÙŽ Ø§Ù„Ù’Ø£ÙØ®Ù’رَى ï˜ Ø§Ù„Ù†Ø¬Ù…:19-20
ÙˆØØ¯ÙŠØ« أبي واقد٠الليثي قال: خرجنا مع النبي إلى ØÙنين ونØÙ†Ù ØØ¯Ø«Ø§Ø¡ Ø¹Ù‡Ø¯Ù Ø¨ÙƒÙØ±ØŒ وللمشركين سدرة يعكÙون عندها وينوطون بها Ø£Ø³Ù„ØØªÙ‡Ù… يقال لها: ذات أنواط، Ùمررنا بسدرة Ùقلنا: يا رسول الله إجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط… Ø§Ù„ØØ¯ÙŠØ«
Kaidah ketiga:
Sesungguhnya Nabi r diutus kepada manusia yang bermacam-macam dalam cara ibadah mereka. Di antara mereka ada yang menyembah para malaikat, di antara mereka ada yang menyembah para nabi dan orang-orang shalih, di antara mereka ada yang menyembah pepohonan dan bebatuan serta di antara mereka ada pula yang menyembah matahari dan bulan. Akan tetapi mereka semua diperangi oleh Rasulullah r, dan beliau tidak membeda-bedakan di antara mereka. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan dien ini menjadi milik Allah semuanya”. (Al-Baqarah: 193).
Dalil (akan adanya penyembahan kepada) matahari dan bulan adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah [pula] kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada- Nya saja menyembah”. (Fushilat: 37).
Dalil (akan adanya penyembahan kepada para) malaikat adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan dia (Muhammad) tidak pernah memerintahkan kalian untuk menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai sembahan-sembahan”. (Ali Imran: 80).
Dalil (akan adanya penyembahan kepada para) Nabi adalah firman Allah Ta’ala:
“Dan [ingatlah] ketika Allah berfirman:”Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:”Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain Allah”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku [mengatakannya]. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” (Al-Maidah: 116).
Dalil (akan adanya penyembahan kepada) orang-orang shalih adalah firman Allah Ta’ala:
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat [kepada Allah] dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.†(Al-Isra`: 57).
Dalil (akan adanya penyembahan kepada) pepohonan dan bebatuan adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?†(An-Najm: 19-20)
Dan hadits Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata:
“Kami keluar bersama Rasulullah r menuju (perang) Hunain, dan ketika itu kami baru saja lepas dari kekafiran (muallaf). Sementara itu, orang-orang musyrikin mempunyai sebuah pohon bidara yang mereka biasa berdiam (i’tikaf) di sisinya dan mereka bisa menggantungkan senjata-senjata mereka di situ (untuk cari berkah sebelum perang, pent.). Pohon itu dikenal dengan nama Dzatu Anwath (Yang mempunyai tali-tali untuk menggantung). Kami kemudian melalui pohon bidara itu, lalu [sebagian dari] kami mengatakan: “Wahai Rasulullah, buatlah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka (musyrikin) mempunyai Dzatu Anwath….†sampai akhir hadits.
القاعدة الرابعة
أنّ مشركي زماننا أغلظ شركـًا من الأوّلين، لأنّ الأوّلين ÙŠÙØ´Ø±ÙƒÙˆÙ† ÙÙŠ الرخاء ÙˆÙŠÙØ®Ù„صون ÙÙŠ الشدّة، ومشركوا زماننا شركهم دائم؛ ÙÙŠ الرخاء والشدّة. والدليل قوله تعالى: ï™ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§ Ø±ÙŽÙƒÙØ¨Ùوا ÙÙÙŠ الْÙÙلْك٠دَعَوْا اللَّهَ Ù…ÙØ®Ù’Ù„ÙØµÙينَ لَه٠الدّÙينَ Ùَلَمَّا نَجَّاهÙمْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ø§Ù„Ù’Ø¨ÙŽØ±Ù‘Ù Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ù‡Ùمْ ÙŠÙØ´Ù’رÙÙƒÙونَ ï˜ Ø§Ù„Ø¹Ù†ÙƒØ¨ÙˆØª:65
Kaidah keempat:
Sesungguhnya kaum musyrikin di zaman kita lebih parah kesyirikannya dibandingkan (kesyirikan) kaum musyrikin zaman dahulu. Karena kaum musyrikin zaman dahulu mereka berbuat syirik ketika mereka dalam keadaan lapang dan mereka mengikhlaskan (ibadah kepada Allah) ketika mereka dalam keadaan sempit.
Sedangkan orang-orang musyrik di zaman kita, kesyirikan mereka berlangsung terus menerus, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka [kembali] mempersekutukan [Allah]. ” (Al- Ankabut: 65).
*****